Kisah Pencipta Alat Pendeteksi Kebohongan Pertama Menyesali Penemuannya, Ini Alasannya
Alat pendeteksi kebohongan yang pertama diciptakan pada 1920-an.
Orang China kuno punya cara untuk menangkap pembohong. Mereka memberikan segenggam nasi mentah kepada tersangka selama interogasi—kemudian meminta mereka membuka mulut. Nasi yang tetap kering dianggap sebagai tanda mulut kering, yang diartikan sebagai bukti rasa gugup karena bersalah—dan terkadang menjadi alasan untuk menjatuhkan hukuman eksekusi.
Gagasan bahwa berbohong bisa memicu efek fisik yang bisa diamati membuat kita menciptakan alat yang dianggap bisa mendeteksi kebohongan.
-
Bagaimana seseorang bisa mendeteksi kebohongan? Mengetahui apakah seseorang sedang berbohong bisa menjadi keterampilan penting. Artikel ini akan menguraikan cara-cara untuk mendeteksi kebohongan berdasarkan penelitian ilmiah dan temuan dari para ahli psikologi serta komunikasi.
-
Bagaimana cara kerja alat pendeteksi kebohongan berbentuk topeng kuno ini? Menurut kepercayaan kuno, topeng ini akan menggigit tangan para pembohong.
-
Dimana alat pendeteksi kebohongan kuno berbentuk topeng ini berada? Alat pendeteksi kebohongan ini terletak di luar pintu gereja Paleokristen Santa Maria in Cosmedin, di kaki Bukit Aventine, Italia.
-
Siapa yang dipercaya sebagai pencipta alat pendeteksi kebohongan berbentuk topeng kuno? Topeng ini disebut menggambarkan wajah dewa laut, Oceanus.
-
Bagaimana cara mendeteksi hamil kebo? Penting bagi wanita untuk secara teratur memantau perubahan tubuh dan melakukan tes kehamilan jika terdapat keraguan.
-
Apa nama alat pendeteksi kebohongan berbentuk topeng kuno yang terletak di Italia? Topeng pendeteksi kebohongan ini disebut Bocca della Verità, berarti “Mulut Kebenaran”.
John A. Larson, seorang yang baru saja menerima gelar doktor dalam bidang fisiologi dari Universitas California, Berkeley, dan memiliki hasrat terhadap keadilan mulai bergabung dengan kepolisian Berkeley pada tahun 1920.
Vollmer, seorang kepala polisi di California bersama Larson tertarik dengan kemungkinan tes penipuan sederhana. Larson kemudian bereksperimen dengan rakitan pompa dan pengukur untuk dipasangkan ke tubuh manusia menggunakan manset lengan dan tali dada.
Perangkat ini akan mengukur perubahan denyut nadi, pernapasan, dan tekanan darah sekaligus, selama pemantauan terus-menerus terhadap subjek yang diinterogasi. Larson percaya alat itu akan menandai jawaban yang salah melalui fluktuasi berbeda yang diukir dengan stylus ke drum kertas yang berputar. Seorang operator kemudian akan menganalisis dan menginterpretasikan hasilnya.
Pada musim semi tahun 1921, Larson memperkenalkan mesin yang dinamainya “kardio-pneumo-psikogram”, kemudian disebut poligraf, yang mengacu pada berbagai sinyal fisik yang direkam oleh stylus.
Dilansir Smithsonian, sebuah laporan San Francisco Examiner kemudian mengatakan mesin itu tampak seperti campuran dari "satu set radio, stetoskop, bor dokter gigi, kompor gas" dan banyak lagi, semuanya disusun di atas meja kayu panjang.
Mulai banyak ditiru
Inovasi Larson saat itu melampaui semua upaya sebelumnya untuk melacak respons tubuh yang tidak disengaja. Pers menjuluki poligraf Larson sebagai "detektor kebohongan," dan Examiner mengatakan "Semua pembohong, terlepas dari kepintarannya, akan dikutuk."
Meski begitu, Larson sendiri tidak begitu percaya dengan kehebohan itu. Saat menguji penemuan itu, ia menemukan tingkat kesalahan yang mengkhawatirkan dan semakin khawatir tentang penggunaan resminya.
Banyak departemen di seluruh Amerika menerima perangkat itu. Namun, sejak tahun 1923, Pengadilan Banding AS untuk Distrik Columbia memutuskan hasil poligraf tidak dapat diterima di pengadilan karena pengujian itu tidak diterima secara luas oleh para ahli terkait.
Namun, polisi tetap menggunakan mesin itu. Larson menyaksikan dengan cemas saat seorang mantan rekannya mematenkan versi terbaru dari ide itu pada tahun 1931.
Mesin asli Larson mulai banyak ditiru dengan versi lebih modern, semuanya mengikuti parameter yang kurang lebih sama dengan Larson dan jutaan orang menjadi sasaran pengujian.
Selama Perang Dingin, Departemen Luar Negeri menggunakan uji poligraf untuk mengusir para simpatisan Komunis dan karyawan gay dari pemerintah federal. Banyak pekerja pemerintah yang tidak bersalah kehilangan mata pencaharian mereka, sementara yang lain yang akhirnya terungkap sebagai pengkhianat, termasuk mata-mata terkenal Aldrich Ames yang berhasil mengakali pengujian tersebut.
Larson menyebutkan bahwa ia selamanya tidak menyukai poligraf, dan menggambarkan perangkat itu sebagai "monster Frankenstein" miliknya sendiri, yang tidak dapat dikendalikan atau dibunuh.
Pada tahun 1988, Kongres akhirnya meloloskan undang-undang yang secara umum melarang pengusaha swasta untuk mewajibkan tes tersebut. Meski begitu, lembaga pemerintah masih menggunakannya untuk penyaringan, dan polisi dapat menggunakannya pada tersangka sebagai alat investigasi dalam keadaan tertentu.
Reporter Magang: Elma Pinkan Yulianti