Kisah Sedih di Hari Minggu: Tiga Bersaudara Tewas karena Jembatan Gantung Terputus
Kehidupan Kantaben berubah seketika saat dia mengetahui ketiga putranya itu meninggal akibat ambruknya jembatan gantung Morbi di Gujarat, India.
Pada Minggu malam itu Chirag Mucchadiya, 20 tahun, dan adiknya Dharmik, 17 tahun, serta Chetan, 15 tahun, pergi jalan-jalan.
Mereka mengatakan kepada ibu mereka, Kantaben, mereka akan pergi ke "julto pul", jembatan gantung bersejarah yang baru dibuka kembali beberapa hari sebelumnya.
-
Mengapa kejadian ini viral? Tak lama, unggahan tersebut seketika mencuri perhatian hingga viral di sosial media.
-
Kenapa Pantai Widodaren viral? Keberadaannya belum banyak yang tahu. Namun belakangan ini, pantai ini viral karena keindahannya.
-
Kolak apa yang viral di Mangga Besar? Baru-baru ini ramai di media sosial war kolak di kawasan Mangga Besar, Jakarta Barat. Sebagaimana terlihat dalam video yang tayang di akun Instagram @noonarosa, warga sudah antre sejak pukul 14:00 WIB sebelum kedainya buka.
-
Kenapa Pantai Cemara Cipanglay sempat viral? Sebelumnya, Pantai Cemara Cipanglay sempat viral di media sosial, karena jadi salah satu pantai yang tersembunyi dan belum banyak diketahui masyarakat umum.
-
Apa yang viral di Babelan Bekasi? Viral Video Pungli di Babelan Bekasi Palaki Sopir Truk Tiap Lima Meter, Ini Faktanya Beredar video pungli di Babelan Bekasi. Seorang sopir truk yang melintas di kawasan Jalan Raya Babelan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat merekam banyaknya aktivitas pungli baru-baru ini.
-
Apa yang terjadi pada bocah yang viral di Bandung? Viral Remaja Pukuli Bocah Lalu Mengaku sebagai Keponakan Mayor Jenderal Sekelompok remaja tmenganiaya dan mencaci bocah di Bandung, Jawa Barat. Videonya viral setelah seorang pelaku mengaku sebagai keponakan seorang jenderal.
Kehidupan Kantaben berubah seketika saat dia mengetahui ketiga putranya itu meninggal akibat ambruknya jembatan gantung Morbi di Gujarat, India.
Kantaben menceritakan ketiga putranya ingin pergi ke "julto pul" atau jembatan gantung era penjajahan yang baru saja dibuka beberapa hari lalu setelah diperbaiki.
Mereka pun membeli tiket seharga 17 rupee atau Rp 3.282 untuk orang dewasa dan 12 rupee atau Rp 2.344 untuk anak-anak.
Banyak orang yang datang ke jembatan bersejarah yang baru dibuka itu, sama seperti keluarga Nitin Kavaiya.
Saat itu Nitin datang ke jembatan bersama istrinya dan dua putrinya, satu berumur tujuh tahun dan satu lagi berumur tujuh bulan.
Sebelum ambruk, Nitin sempat berfoto bersama keluarganya di atas jembatan. Sekitar pukul 18.30, keluarga Nitin turun dari jembatan yang akan ambruk itu. Mereka pun duduk di pinggir sungai Macchu.
“Di jembatan itu sangat ramai. Saya kira mungkin ada 400-500 orang di sana. Saya pergi dan memberi tahu orang-orang yang menjual tiket bahwa mereka harus mengurangi kerumunan. Saya tidak tahu apa yang mereka lakukan,” ujar Nitin, dikutip dari BBC, Selasa (1/11).
Sepuluh menit setelah memberi tahu penjual tiket, Nitin mendengar suara orang-orang berteriak.
Jembatan itu putus, penyangga-penyangga jembatan pun terkulai di dua sisi.
“Saya melihat orang-orang tergelincir ke dalam air dan mereka tidak muncul ke permukaan setelah itu. Yang lain berpegangan pada bagian jembatan mencoba untuk tetap mengapung. Banyak dari kami mencoba membantu siapa pun yang kami bisa,” jelas Nitin.
Nitin menceritakan dia masih bisa mendengar suara teriakan-teriakan para korban yang jatuh ke sungai.
Hingga kini korban meninggal akibat tragedi itu diketahui berjumlah 141 orang. Chirag, Chetan, dan Dharmik termasuk di antara 141 orang yang meninggal itu. Kantaben pertama kali mendengar tragedi itu dari teman-teman putranya.
“Saya mulai menelepon putra-putra saya, tetapi saya tidak bisa tersambung. Saya sangat gelisah dan mulai mondar-mandir di rumah saya,” ujar Kantaben.
(mdk/pan)