Laporan Ekslusif: Israel Tipu Daya Rakyat AS dengan Propaganda Massif Soal Perang Gaza
Ada 80 program propaganda yang sedang berlangsung dengan dana sekitar Rp140,9 miliar.
Ada 80 program propaganda yang sedang berlangsung dengan dana sekitar Rp140,9 miliar.
Laporan Ekslusif: Israel Tipu Daya Rakyat AS dengan Propaganda Massif Soal Perang Gaza
-
Apa isi selebaran yang dijatuhkan Israel di Gaza? Selebaran Ramadan yang ditulis dalam bahasa Arab itu berisi seruan agar "memberi makan mereka yang membutuhkan dan berbicaralah yang baik". Di saat yang sama ratusan ribuan penduduk Gaza saat ini sedang kelaparan karena blokade Israel terhadap makanan dan air bersih.
-
Apa yang ditemukan oleh para tentara Israel di perbatasan Gaza? Dua tentara cadangan Israel baru-baru ini menemukan sebuah lampu minyak kuno dari zaman Bizantium yang berumur 1.500 tahun di perbatasan Gaza.
-
Apa yang dilakukan Israel terhadap warisan budaya Gaza? Sejak Israel menggempur Jalur Gaza, Palestina, pada Oktober 2023, lebih dari 200 situs warisan kebudayaan hancur, bersama dengan sejumlah arsip, universitas, dan museum. Ada juga laporan yang menyebutkan tentara Israel menjarah artefak bersejarah dari Jalur Gaza dan bahkan memamerkannya di kantor parlemen yang dikenal dengan nama Knesset.
-
Siapa yang mencatat kebiadaban Israel di Gaza? Ini salah satu kebiadaban Israel yang diungkap Euro-Med Monitor. Kebiadaban dan kekejian Israel selama operasi genosida mereka di Jalur Gaza, Palestina, tak ada habisnya. Baru-baru ini, lembaga pemantau HAM Eropa, Euro-Med Monitor mengungkapkan kebiadaban Israel yang sangat di luar akal manusia.
-
Mengapa Israel menjatuhkan selebaran ke Gaza? Pasukan Israel memakai taktik usang perang psikologi kepada 2,3 juta penduduk Jalur Gaza, Palestina dengan tujuan membuat mereka takut, menyebarkan berita bohong, dan membuat mereka membenci Hamas.
-
Apa yang dilakukan Israel terkait perang dengan Hamas? Menteri Keamanan Nasional Israel, Itmar Ben-Gvir mengatakan, pemerintah Israel akan membagikan 4.000 pucuk senapan serbu.
Israel secara diam-diam mendanai kampanye propaganda besar-besaran untuk menargetkan masyarakat Amerika Serikat terkait agresi brutal mereka di Jalur Gaza, Palestina. Salah satu caranya adalah melalui pengesahan undang-undang yang membatasi hak kebebasan berpendapatwarga negara AS ketika mengkritik Israel dan perang yang sedang berlangsung di Gaza.
Temuan ini dilaporkan The Guardian pada Senin (24/6). Menurut laporan tersebut, ada 80 program yang sedang berlangsung terkait propaganda besar-besaran ini yang dikenal dengan nama "Voices of Israel".
Program ini dirancang dan dilaksanakan Kementerian Urusan Diaspora Isreal yang dipimpin Amichai Chikli.
Dilansir The Cradle, tujuan program ini adalah untuk "aktivitas kesadaran massal" menargetkan masyarakat AS dan Eropa.
Voices of Israel bekerja melalui organisasi nirlaba dan entitas lain yang seringkali tidak mengungkapkan informasi donor. Dari bulan Oktober hingga Mei, kampanye tersebut menghabiskan sekitar USD8,6 juta atau sekitar Rp140,9 miliar untuk menargetkan warga AS yang memiliki propaganda pro-Israel.
- Laporan: Tentara Israel Tidak Akan Tinggalkan Gaza Sebelum 2026
- AS Tak Pedulikan 500 Laporan Soal Israel Gunakan Senjata Buatan Amerika Untuk Bunuh Warga Palestina di Gaza
- Tentara Israel Sudah Bangun 4 Pos Militer di Gaza, Ternyata Ini Tujuannya
- Taktik Busuk Propaganda Ramadan ala Israel di Gaza, Bikin Warga Justru Melawan
Institut Studi Antisemitisme dan Kebijakan Global (ISGAP) adalah salah satu organisasi yang menerima dana melalui program Israel. ISGP mengutip keberhasilannya dalam dengar pendapat kongres di mana Claudine Gay, rektor Universitas Harvard, dikecam karena mengizinkan protes pro-Palestina di kampus.
Anggota Kongres Elise Stefanik mengonfrontasi Gay selama sidang, menuduhnya mendorong antisemitisme di Harvard. Konfrontasi tersebut banyak dilihat di media sosial. Gay lalu mengundurkan diri dan diganti oleh profesor Yahudi-Amerika, Alan Garber.
ISGAP juga terlibat dalam kampanye untuk membatasi hak kebebasan berpendapat Amandemen Kedua warga negara AS dengan mengesahkan undang-undang di tingkat negara bagian dan lokal yang mendefinisikan ulang antisemitisme untuk memasukkan kritik tertentu terhadap Israel.
ISGAP melobi pemerintah untuk mengadopsi definisi antisemitisme dari International Holocaust Remembrance Alliance (IHRA), yang menyamakan kritik terhadap Israel sebagai ‘usaha rasis’ dan anti-Zionisme dengan antisemitisme.
“Kami mengalihkan fokus untuk bekerja di tingkat lokal,” kata Brigjen Sima Vaknin-Gill, mantan perwira intelijen yang kini menjadi direktur pelaksana ISGAP.
“Kami menemukan bahwa walikota dan negara bagian – jauh lebih mudah untuk bekerja sama dengan mereka dan benar-benar mewujudkan definisi tersebut menjadi sesuatu yang nyata.”
Kelompok AS lainnya yang terkait dengan kampanye Voices of Israel dan Kementerian Urusan Diaspora adalah CyberWell, sebuah kelompok “anti-disinformasi” pro-Israel yang dipimpin oleh mantan pejabat intelijen militer. CyberWell mengklaim dirinya sebagai “mitra tepercaya” resmi untuk TikTok dan Meta, yang memungkinkannya membantu menyaring dan mengedit konten.
Laporan CyberWell baru-baru ini menyerukan Meta untuk menekan slogan populer “From the river to the sea, Palestina will be free".
“Kita kesulitan menemukan persamaan dalam hal pengaruh negara asing terhadap debat politik Amerika," tulis Guardian dalam laporannya.
Organisasi-organisasi yang berbasis di AS yang memproduksi propaganda atau melobi untuk mempengaruhi warga negara AS diwajibkan oleh hukum untuk mendaftar sebagai agen asing.
Namun, tidak satu pun kelompok yang diidentifikasi dalam laporan The Guardian telah terdaftar berdasarkan Undang-Undang Pendaftaran Agen Asing (FARA).
“Ada asumsi yang tertanam bahwa tidak ada yang aneh dalam memandang AS sebagai ladang terbuka bagi Israel untuk beroperasi, bahwa tidak ada batasan,” kata Lara Friedman, presiden Yayasan Perdamaian Timur Tengah.