Ledakan Delapan Bom di Hari Paskah Jadi Teror Paling Kelam di Sri Lanka Tahun Ini
Serangkaian ledakan bom dalam satu hari menjadi pengalaman paling kelam bagi Sri Lanka di tahun ini. Delapan bom meledak di sejumlah lokasi bertepatan di Hari Paskah 21 April lalu dan menewaskan sedikitnya 321 orang serta melukai 500 lainnya.
Serangkaian ledakan bom dalam satu hari menjadi pengalaman paling kelam bagi Sri Lanka di tahun ini. Delapan bom meledak di sejumlah lokasi bertepatan di Hari Paskah 21 April lalu dan menewaskan sedikitnya 321 orang serta melukai 500 lainnya.
Ledakan pertama terjadi di Gereja St. Anthony di Kolombo dan St. Sebastian di kota Negombo di luar ibu kota. Ledakan kedua terjadi di tiga hotel dan ledakan ketiga di gereja di Batticaloa.
-
Dimana Festival Sriwijaya diadakan? Pada gelaran Festival Sriwijaya tahun ini, akan berlangsung di Plaza Benteng Kuto Besak Palembang yang menjadi salah satu tempat cagar budaya Indonesia.
-
Apa yang dirayakan dalam Festival Sriwijaya? Penyelenggaraan festival di Indonesia pastinya tak lepas dari budaya dan mengenang peristiwa tertentu, salah satunya festival di Sumatra Selatan yang bernama Festival Sriwijaya. Festival ini diadakan rutin oleh pemerintah setempat bertujuan untuk mengangkat kembali nilai-nilai tradisional yang bertajuk kejayaan Kerajaan Sriwijaya di masa lampau.
-
Kapan Festival Sriwijaya tahun ini diselenggarakan? Terselenggara pada 22-26 Juni 2023 lalu, namun Sriwijaya Lentern Festival masih hadir hingga 30 September mendatang. Festival ini akan terus diadakan setiap tahunnya untuk mengenang era kejayaan Sriwijaya.
-
Bagaimana Tiko Aryawardhana dan Bunga Citra Lestari tampil dalam Gala Premier? Tampil Senada Dengan Serba Hitam Pada acara yang diadakan di CGV Grand Indonesia pada Sabtu (3/2) yang lalu, Tiko dan BCL tampil serasi dengan mengenakan pakaian serba hitam.
-
Kapan Tiko Aryawardhana merayakan ulang tahunnya? Sebagai Istri Tiko Aryawardhana, suami baru Bunga Citra Lestari, baru aja ngerayain ultahnya pada Jumat (9/12) kemarin.
-
Apa yang dirayakan dalam acara tersebut? Acara ini merupakan bentuk syukur Syifa atas kelahiran anak keduanya ke dunia.
Beberapa jam kemudian, ledakan ke-7 terjadi di Hotel Tropical Inn. Dan ledakan ke-8 terjadi di sebuah rumah di area suburban Kolombo, tepatnya di Dematagoda. Sembilan pelaku bom bunuh diri mengguncang Sri Lanka hari itu.
Pemerintah Sri Lanka tidak perlu waktu lama untuk menuding kelompok militan Jemaah Tauhid Nasional (NTJ) sebagai dalang serangan ini. Sementara kelompok ISIS mengklaim serangan itu lewat corong media mereka, Amaq.
Meski sekian bukti bisa muncul di kemudian hari namun gambaran atas bagaimana serangan ini bisa terjadi cukup menyesakkan hati. Serangan ini sesungguhnya bisa dicegah tapi sejumlah kesalahan membuat peristiwa ini tetap terjadi.
Umat Kristen berjumlah 7,6 persen dan muslim 10 persen dari mayoritas penduduk Sri Lanka yang mayoritas beragama Buddha.
Hingga September lalu sudah hampir 300 orang ditangkap atas dugaan terlibat dalam serangan mematikan ini.
Mengabaikan Peringatan Intelijen
Dikutip dari laman Foreign Policy, Selasa (23/4), pemerintah Sri Lanka gagal mengantisipasi ancaman dari kelompok militan yang punya hubungan dengan jaringan internasional. Mereka juga mengabaikan peringatan intelijen dan gagal untuk saling berbagi informasi di lingkaran mereka sendiri.
Setidaknya dua pekan sebelum kejadian pejabat intelijen India dan Amerika Serikat memperingatkan intelijen Sri Lanka tentang adanya potensi serangan ke sejumlah gereja dan lokasi wisata di negara itu. Sepekan kemudian Kementerian Pertahanan menyampaikan informasi itu kepada kepolisian, lengkap dengan daftar nama dan alamat orang-orang yang berpotensi melancarkan serangan. Di antara nama-nama itu ada beberapa nama para pelaku serangan bom yang sebenarnya. Tapi aparat tidak berbuat apa-apa.
Sejumlah catatan yang dirilis kantor inspektur kepolisian ke beberapa direktur instansi pemerintah, termasuk kepala Divisi Keamanan Kementerian, Divisi Keamanan Yudisial, dan Divisi Keamanan Diplomatik, juga mengabaikan ancaman dan daftar nama itu.
Para pejabat Sri Lanka juga sebelumnya sudah mendapat peringatan soal NTJ dari sejumlah komunitas muslim di sana. Wakil presiden Dewan Muslim Sri Lanka mengaku dia sudah memperingatkan pejabat intelijen militer soal kelompok ini sekitar tiga tahun lalu.
Negara yang Terbelah
Tapi mengapa tidak seorang pun menanggapi dan mengambil tindakan atas peringatan ini? Menurut Lydia Khalil, mantan penasihat intelijen di kepolisian Boston sekaligus pengamat kontra-terorisme di Kepolisian New York, jawabannya mungkin karena alasan politik: pemerintahan Sri Lanka saat ini terbelah dua. Satu pihak mendukung presiden dan satu lagi mendukung perdana menteri. Kedua kubu kini dalam keadaan bertikai.
Sri Lanka masih mengalami krisis konstitusi sejak tahun lalu ketika sang presiden (sekaligus menteri pertahanan) Maithripala Sirisena berupaya mencopot Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe dari jabatannya dan menggantinya dengan manta pemimpin otoritarian, Mahinda Rajapaksa.
Meski kudeta ini gagal tapi pertentangan kedua kubu terus berlanjut dan kendali lembaga keamanan masih menjadi perebutan. Di tengah kondisi ketika informasi bisa menjadi alat politik dan Sirisena memegang kendali pertahanan dan kepolisian sekaligus mengabaikan perdana menteri dari dewan keamanan, sudah tidak heran rasanya kalau pejabat di level rendah tidak mengambil tindakan apa pun atas informasi intelijen itu.
Tapi meski begitu, sejumlah pejabat keamanan harusnya tahu soal ancaman itu dan mengambil tindakan. Lagipula, dua kantor kementerian: menteri Telekomunikasi Harin Fernando dan Menteri Integrasi Nasional Mano Galesan, juga mengatakan mereka sudah mengetahui ada peringatan itu. Dalam pemerintahan yang terbelah, semua masalah biarkan jadi urusan orang lain.
Betapa Bahayanya Krisis Politik
Para pejabat Sri Lanka tampaknya masih terjebak pada pertempuran melawan pemberontak Macan Tamil. Seperti disampaikan Samir Patil, direktur Pusat Gateway House untuk Keamanan Internasional dalam wawancara dengan Bloomberg: "Lembaga keamanan Sri Lanka masih terhanyut dengan pengalaman panjang mereka menghadapi pemberontakan berdarah. Otak mereka pola pikirnya masih untuk menghadapi serangan teroris yang berasal dari ekstremis Macan Tamil.
Di saat ketegangan di tengah masyarakat yang kian meningkat dan keberadaan ISIS di negara tetangga seperti Maladewa, Bangladesh, India, pengeboman di Sri Lanka lagi-lagi menunjukkan lemahnya antisipasi.
Secara keseluruhan, serangan bom di Minggu Paskah itu memperlihatkan betapa berbahayanya krisis politik yang masih terjadi di Sri Lanka dan ketegangan sektarian yang tak kunjung usai. Aparat juga tampaknya merasa masalah terorisme sudah berakhir ketika mereka berhasil mengalahkan Macan Tamil, padahal di sudut sana bahaya masih mengancam.
(mdk/pan)