Lima fakta ISIS makin hari makin miskin
Dari jual organ tubuh hingga bisnis ikan dilakoni para militan untuk dapat uang.
Kelompok teror Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dikenal dengan tawarannya merekrut pengikut dengan gaji super besar. Namun, belakangan ini keuangan ISIS dinilai memburuk.
Perang yang dilakukan di wilayah basis ISIS, Raqqah, Suriah oleh koalisi negara pemberantas Daesh, sebutan lain ISIS, seperti Amerika, Turki, beberapa negara Eropa dan juga kerja sama Rusia dan militer Suriah rupanya berdampak besar. Serangan mereka menyasar ke gudang penyimpanan senjata hingga tempat penyimpanan uang.
-
Kapan Kapolda Kepri mencium istrinya? Kapolda Kepulauan Riau, Irjen Yan Fitri Halimansyah tertangkap kamera sedang mencium istrinya saat melantik ratusan calon anggota Polri di Polda Kepri.
-
Kapan Ridwan Kamil mencoblos? Hal itu ia sampaikan usai mencoblos surar suara di TPS 45, Jalan Gunung Kencana, Ciumbuleuit, Kota Bandung, Rabu (14/2).
-
Kapan Kesepian Kronis muncul? Peristiwa besar dalam hidup, seperti kehilangan orang yang dicintai, perceraian, atau pensiun, dapat menyebabkan kesepian.
-
Kapan Masjid Istiqlal diresmikan? Pembangunan Masjid Istiqlal berlangsung selama 17 tahun sebelum akhirnya diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 22 Februari 1978, dengan pemasangan prasasti di area tangga pintu As-Salam.
-
Kapan Kemal Idris menjabat sebagai Kepala Staf Kostrad? Di tahun 1966, Kemal Idris menjabat sebagai Kepala Staf Kostrad. Dia punya andil besar dalam transisi Orde Lama ke Orde Baru.
-
Kenapa Kastil Ayanis hancur? Bukti tertulis menunjukkan, kastil tersebut hancur akibat gempa bumi besar dan kebakaran, sekitar 20 hingga 25 tahun setelah pembangunannya.
Serangan membabi buta juga banyak menewaskan militan mereka. Dan semua hal tersebut mengakibatkan ISIS mulai bangkrut.
Kebangkrutan mereka ditandai dengan dikurangi gaji para militan hingga 50 persen, mereka juga sampai merekrut seorang ahli minyak untuk mengatur persediaan minyak untuk dijual.
Beberapa fakta ISIS semakin miskin sudah dirangkum merdeka.com. Penasaran apa saja? Berikut beritanya:
ISIS jual organ tubuh sandera dan anggota yang tewas
Kelompok Negara Islam untuk Irak dan Syam (ISIS) kini terancam bangkrut lalu mulai melakukan segala cara demi mendapatkan uang. Mereka menjual organ tubuh segar dari para sandera serta organ tubuh yang diawetkan dari anggota mereka telah tewas.
ISIS hingga kini masih mendapat pemasukan sekitar Rp 25 miliar dari jual minyak, perdagangan manusia, dan narkotika. Namun dilansir baru-baru ini mereka mendatangkan dokter untuk mengambil organ dalam tak hanya milik anggota mereka yang meninggal namun juga sandera masih hidup, termasuk anak-anak.
Laporan ini dimuat dalam situs al-Monitor. Salah satu dokter yang direkrut yakni spesialis hidung, telinga, dan tenggorokan (THT) bernama Siruwan al-Mosuli. Dia menceritakan pada al-Monitor jika bos ISIS menyewa beberapa para medis asing demi memuluskan penjualan organ ini dan tentu saja bisa mendatangkan keuntungan besar.
Bahkan ISIS mendirikan divisi khusus untuk menjual semua organ ini termasuk hati, jantung, dan ginjal di pasar ilegal. "Mereka menutupinya dengan membaurkan dokter sewaan ISIS dan dokter lokal," ujar al-Mosuli.
Setelah mengeluarkan organ-organ itu, ISIS langsung mendistribusikannya melalui jaringan dokter-dokter mereka di luar Irak. Kebanyakan dari organ ini dikirim ke Arab Saudi dan Turki. Salah satu laporan menyebut keluarga di Turki telah membeli organ ini seharga Rp 500 jutaan.
ISIS cari manager untuk urus minyak
Mencari pekerjaan dewasa ini bukan perkara gampang. Siapa tidak tergiur mendapat gaji Rp 2,7 miliar setahun? Sayangnya tawaran pendapatan besar itu berasal dari kelompok Negara Islam untuk Irak dan Syam (ISIS). Mereka mencari seseorang mampu menjadi manajer kilang minyak di wilayah kekuasaan ekstremis itu. Ini lantaran beberapa bulan belakangan ISIS mengalami kerugian.
Pekerjaan ini memang menarik dan ISIS menempatkan iklan pencarian ini lewat agen gelap yang menyebarkannya hingga ke Afrika Utara. Kelompok ekstremis ini telah menduduki setidaknya 11 ladang minyak di Irak dan Suriah dan menghasilkan Rp 38,6 miliar sehari dalam penjualan sekitar Juni. Ini menempatkan ISIS sebagai geng teroris paling kaya sejagat.
Namun lansiran terakhir keuntungan itu merosot dengan sejumlah alasan tertentu hingga memaksa mereka mencari tenaga ahli ditempatkan sebagai manajer paham soal pengolahan dan distribusi minyak.Â
Awalnya mereka mencari tenaga ahli dengan cara mengintimidasi namun tak berhasil. Banyak pekerja mereka melarikan diri lantaran keluarganya ikut diancam ISIS.
Kelompok ekstremis ini diyakini juga tengah berjuang mencari pembeli minyaknya. Namun pengamat minyak dunia Matthew M Reed dari Amerika Serikat mengatakan tentu tak ada perusahaan besar bakal bekerja sama dengan ISIS. "Minyak mereka saat ini seperti radioaktif yang berbahaya. Tak satu pun mau menyentuhnya," ujar Reed.
ISIS potong gaji militan hingga 50 persen
Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dilaporkan makin kesulitan mendanai aksi teror mereka. Hal ini diakibatkan makin menyusutnya wilayah kekuasaan dan harga minyak yang tengah murah.
Berdasarkan informasi dan analisis dari IHS, penerimaan ISIS ambruk 30 persen. Maret lalu, ISIS hanya mampu mengumpulkan USD 56 juta. Angka ini turun drastis dibanding pada pertengahan 2015 di mana mereka mampu meraup USD 80 juta.
Menurut Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat, penurunan pendapatan membuat ISIS kesulitan mengekspansi daerah jajahannya. Selain itu, imbas lainnya ialah gaji para pejuangnya harus rela dipotong hingga setengah.
Kejadian ini merupakan pukulan bagi kelompok yang sempat masuk salah satu teroris terkaya tersebut.
Penyebab lain dari kesulitan pendanaan ini ialah semakin sedikitnya penduduk yang tinggal di wilayah kekuasaan ISIS. Semakin sedikit penduduk maka penerimaan pajak turut tergerus.
"Penduduk yang tinggal di bawah kuasa ISIS menurun dari 9 juta menjadi 6 juta orang," ujat analis senior IHS, Columb Strack.
Militan ISIS juga sampai menarik biaya untuk tiap warga yang membetulkan antena rumahnya. Penduduk juga diminta 'denda keimanan' jika mereka tidak bisa menjawab pertanyaan seputar Al-quran.
Uang simpanan ISIS sebesar Rp 10,5 T ludes dibakar koalisi lawan terorisme
Serangan udara Amerika Serikat menghancurkan uang simpanan kelompok teror Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) sebesar USD 800 juta (setara Rp 10.5 triliun). Koalisi melawan ISIS ini sebelumnya juga telah menghancurkan depot uang ISIS di mana tersimpan uang sebanyak USD 150 juta (setara Rp 1,9 triliun).
Menurut Angkatan Udara AS, Mayjen Peter Gersten mengatakan kelompok teror tersebut sudah bangkrut dan juga gagal dalam merekrut mereka anggota baru. Gersten yang juga merupakan wakil komandan untuk operasi militer ini mengatakan akan mencoba untuk mematahkan semangat ISIS.
"Kami melihat sebuah kehancuran dari ISIS," kata dia.
"Kami juga melihat ketidakmampuan mereka membayar orang, ketidakmampuan untuk melawan, kami menonton mereka mencoba untuk meninggalkan ISIS setiap harinya dengan berbagai cara," sambung Gersten.
Sejak akhir tahun lalu, angka orang asing yang bergabung dengan ISIS semakin menurun. Dari sekitar 1.500 hingga 2.000 orang per bulan menjadi 200 saja.
Militan ISIS bisnis tambak ikan dan jual mobil
Negara Islam Irak dan Syam (ISIS) dilaporkan menjual ikan dari empang-empang di pesisir utara Irak yang mereka kuasai, untuk menutupi kebutuhan operasional. Militan Khilafah ini membutuhkan tambahan setelah beberapa sumur minyak yang mereka jarah direbut kembali oleh pasukan Suriah dibantu tentara Rusia.
Selain ikan, ISIS dilaporkan mulai menjual mobil bekas dari dealer-dealer yang mereka duduki. NDTV melaporkan, Jumat (29/4), ISIS berusaha kreatif mencari sumber pendapatan baru.
"Sumber-sumber pemasukan militan sudah sangat berbeda dibanding saat awal kekhalifahan dideklarasikan dua tahun lalu," kata Hakim Jabbar Abid al-Huchaimi di Pengadilan Baghdad yang menangani kasus penjualan barang ilegal wilayah ISIS.
Di masa jayanya, ISIS memperoleh pendapatan tahunan hingga USD 2,9 miliar hanya dari penjualan minyak. Dana sebesar itu cukup untuk membeli senjata, amunisi, serta menggaji militan dari Baitul Mal yang terpusat di Kota Mosul.
Belakangan, serangan intensif koalisi Barat dipimpin Amerika Serikat, serta keterlibatan Rusia membantu Presiden Bashar al-Assad, menekan manuver ISIS. Provinsi Homs, misalnya, kini sudah direbut kembali militer Suriah.
(mdk/ard)