Menakar Impian China Menggapai Luar Angkasa
Miliaran dolar telah digelontorkan Negeri Tirai Bambu demi merealisasikan mimpi luar angkasanya, salah satunya adalah mengirim manusia ke Bulan.
China belakangan ini semakin gencar membangun “kekaisaran” luar angkasanya. Berbagai peluncuran dilakukan China untuk membangun stasiun luar angkasa miliknya, Tiangong Space Station.
Miliaran dolar telah digelontorkan Negeri Tirai Bambu demi merealisasikan mimpi luar angkasanya, salah satunya adalah mengirim manusia ke Bulan.
-
Di mana sampah luar angkasa menghantam Stasiun Luar Angkasa China? “Modul inti Tianhe dari stasiun luar angkasa telah mengalami kehilangan sebagian pasokan daya akibat benturan dari sampah luar angkasa pada kabel daya di sayap panel surya,” ujar wakil direktur CMSA, Lin Xiqiang.
-
Apa yang ditemukan oleh ilmuwan di China? Ilmuwan menemukan fosil larva cacing yang hidup sekitar 500 juta tahun lalu.
-
Apa yang sedang dirancang oleh China di luar angkasa? China sedang Merancang Teleskop Luar Angkasa yang Tujuannya Bisa Kalahkan Hubble, Begini Spesifikasinya Demi menglahkan Hubble, China membuat teleskop yang punya spesifikasi tinggi.
-
Apa yang didengar oleh astronot China di luar angkasa? Astronot China melaporkan mendengar suara “ketukan” aneh di luar angkasa – dan hingga kini tidak ada yang benar-benar tahu apa itu.
-
Apa yang ditemukan di China selatan? Sebuah fosil buaya yang telah punah ditemukan dengan kondisi terpenggal di China selatan.
-
Apa yang baru saja ditemukan oleh ilmuwan China? Ilmuwan dari China telah menciptakan desain baterai berbasis air terbaru yang lebih aman dan lebih efisien dalam menyimpan energi dibandingkan dengan baterai ion litium (Li-ion) yang saat ini banyak digunakan oleh manusia.
Negara-negara yang dahulu telah menguasai luar angkasa, seperti Rusia dan Amerika Serikat (AS) bisa terkejar dengan kegesitan China. Kemampuan teknologi China mengejar ambisi ini bukan terjadi kemarin sore, melainkan sudah muncul sejak China masih dipimpin oleh pemimpin pertamanya, Mao Zedong.
Pada 1957, tidak lama setelah Mao mendengar Uni Soviet meluncurkan satelit Sputnik, dia berjanji China akan segera membuat satelit. Meski menghabiskan waktu 13 tahun, namun pada 1970 China akhirnya berhasil meluncurkan satelit pertamanya melalui roket Long March. Demikian dikutip dari France 24, Senin (14/11).
Tiga dasawarsa setelah peluncuran satelit tepatnya pada 2003, China berhasil mengirim Yang Liwei ke luar angkasa. Yang pun menjadi orang dan ‘taikonaut’ (astronot) pertama China yang berhasil ke luar angkasa.
Pada penerbangan yang memakan waktu 21 jam itu, Yang berhasil mengorbit Bumi selama 14 kali menaiki pesawat luar angkasa bernama Shenzhou 5.
Tidak lama mengirim Yang ke orbit Bumi, China segera mengirim tujuh taikonaut lainnya ke luar angkasa.
China yang telah berhasil mengirim taikonautnya ke luar angkasa juga tidak mau kalah dengan pencapaian serta pengalaman Rusia dan AS yang berhasil membangun stasiun luar angkasanya sendiri.
Untuk mengalahkan dua negara itu, China membangun bagian stasiun luar angkasa Tiangong-1 yang berfungsi sebagai laboratorium pada 2011.
Pada 2013, taikonaut wanita kedua China bernama Wang Yaping membuat aksi mengesankan. Bagaimana tidak, taikonaut itu mengajar anak-anak di daratan China langsung melalui stasiun luar angkasa.
Berbagai penelitian, mulai dari eksperimen medis hingga pembangunan stasiun luar angkasa juga dilakukan taikonaut China di stasiun itu.
Pada 2013, China kembali membuat dunia tercengang dengan mengirimkan ‘Jade Rabbit’ atau robot penjelajah Bulan (lunar rover). Saat mendarat di Bulan, robot penjelajah itu menjalankan misinya selama 31 bulan.
Lalu pada 2016, China meluncurkan bagian kedua stasiun luar angkasanya, Tiangong-2. Berbagai penelitian mulai dari percobaan menanam padi dan tanaman lain juga telah dilakukan taikonaut-taikonaut China.
Bahkan pada September lalu, taikonaut China berhasil menumbuhkan padi di stasiun luar angkasa mereka. Benih padi itu diketahui telah bertunas, dalam kondisi baik serta memiliki ukuran sepanjang 30 sentimeter. Tanaman lain seperti Arabidopsis thaliana juga berhasil menumbuhkan daun.
Bahkan China juga akan mengirim monyet ke stasiun luar angkasanya untuk mempelajari cara mereka bertumbuh dan bereproduksi di lingkungan nol-gravitasi. Meski penelitian itu diyakini beberapa pihak akan gagal, namun China akan tetap mengejar ambisi mereka.
Ambisi China untuk menguasai luar angkasa mendapat dorongan besar di bawah pemerintahan Presiden Xi Jinping melalui kebijakan ‘mimpi luar angkasa China’.
Di bawah Xi, China berlari cepat mengejar Rusia dan AS yang sudah lebih dulu menguasai luar angkasa. Bahkan Badan Antariksa Nasional China menargetkan mereka akan membangun pangkalan di Bulan dan meluncurkan misi Bulan berawak pada 2029 nanti.
Namun beberapa masalah dihadapi China, seperti gagalnya peluncuran roket Long March-5 Y2 pada 2017 lalu. Kegagalan itu bahkan membuat China tidak dapat menerbangkan satelit komunikasinya di orbit.
Kegagalan itu juga menghambat peluncuran Chang’e-5 yang dijadwalkan untuk mendarat di Bulan pada 2017.
Namun di balik hambatan-hambatan itu, China berhasil menjadi negara pertama yang mengirim robot penjelajah ke sisi jauh Bulan, yaitu Chang’e-4 pada Januari 2019 lalu. Tahun lalu China juga berhasil mendirikan benderanya di dekat sisi jauh Bulan.
Robot itu pun berhasil terbang ke Bumi membawa batu-batu Bulan. Juga pada tahun lalu, pesawat luar angkasa China Tianwen-1 berhasil menangkap gambar objek mengejutkan di permukaan Mars.
Foto-foto seperti kutub selatan Mars hingga ngarai Valles Marineris berhasil diambil pesawat luar angaksa itu.
Dalam misi itu, China juga mengirim robot penjelajah luar angkasanya untuk menjelajahi Planet Mars.
Pesawat luar angkasa Tianwen-1 mendarat di situs dataran luas Mars yang dikenal sebagai Utopia Planitia. Penjelajah bertenaga surya bernama Zhurong pun diaktifkan untuk menjelajah permukaan planet merah itu.
Zhurong sendiri memiliki enam instrumen ilmiah, seperti kamera topografi resolusi tinggi dan radar penembus tanah.
Ambisi China untuk menguasai luar angkasa dapat dilihat melalui pembangunan stasiun luar angkasa Tiangongnya yang berarti ‘istana surgawi’.
Untuk merealisasikan mimpi itu, China kembali mengirim tiga taikonautnya, yaitu Chen Dong, Liu Yang, dan Cai Xuzhe pada Juni lalu. Untuk mencapai Tiangong, ketiga taikonaut itu pergi menggunakan pesawat luar angkasa Shenzhou-14.
“Ya, misi itu untuk membangun stasiun luar angkasa menjadi laboratorium luar angkasa nasional,” jelas Wakil Direktur China Manned Space Agency (CMSA), Lin Xiqiang.
Tiangong diperkirakan akan selesai dibangun pada akhir tahun ini.
Berbagai peralatan untuk penelitian sains pun telah disimpan dalam stasiun luar angkasa itu. Setelah pembangunan selesai, Tiangong akan terbang di zona orbit rendah Bumi, sekitar 400 dan 450 kilometer dari permukaan selama 10 tahun.
Reporter Magang: Theofilus Jose Setiawan