Pria Palestina Bikin Minuman Gaza Cola 'Bebas Genosida', Kini Populer di Inggris
Minuma itu dibuat setahun lalu setelah peristiwa 7 Oktober.
Sebuah minuman yang disebut-sebut sebagai minuman bebas Genosida yang disebut “Gaza Cola” kini mulai populer di London, Inggris, terutama sejak boikot besar-besaran terhadap produk-produk pro-Israel.
Minuman ini diciptakan setahun lalu oleh seorang imigran asal Palestina yang menghabiskan hidupnya untuk perjuangan dan kemerdekaan Palestina, Osama Qashoo.
- PBB Ungkap 70 Persen Korban Perang Genosida Israel di Gaza Anak-Anak dan Perempuan
- Israel Terima 50.000 Ton Senjata dari AS Sejak 7 Oktober, Dikirim 607 Kali dari Udara dan Laut
- Ingat Pria Arab Pendukung Israel Pembenci Palestina? Kabarnya Kini Tengah Sakit Parah di RS
- Tak Ada Pasokan Gandum, Warga Gaza Terpaksa Giling Pakan Ternak Untuk Bikin Roti
Osama Qashoo, (43) adalah seorang pendiri Hiba Express, restoran cepat saji yang menyajikan masakan Palestina dan Lebanon. Namun, hanya sampai tahun 2020.
Ia juga mengelola sebuah “Palestine House”, tempat berkumpul bagi warga Palestina dan para pendukungnya yang dibangun dengan gaya rumah tradisional Arab dengan dinding batu dan halaman tengah dengan air mancur.
Gaza cola bebas genosida
Qashoo menjelaskan minuman yang memiliki rasa manis dan asam itu "sama sekali berbeda dari formula yang digunakan Coke".
Ia tidak mengatakan bagaimana atau dari mana resep tersebut berasal, tetapi Qashoo menegaskan ia menciptakan Gaza Cola pada bulan November 2023, tepat sebulan setelah serangan Israel pada 7 Oktober 2023.
Qashoo mengatakan alasan dia menciptakan Gaza Cola adalah karena ingin memboikot perusahaan yang mendukung dan mendanai tentara Israel serta mendukung genosida di Gaza.
Alasan lainnya adalah untuk menemukan rasa yang bebas dari rasa bersalah dan genosida.
"Rasa kebebasan yang sesungguhnya," ujar Qasho, seperti dilansir Aljazeera, Sabtu, (23/11).
Seorang pelanggan Gaza Cola, Nynke Brett, 53, menemukan Gaza Cola saat menghadiri acara budaya di Palestina House mengatakan bahwa, “Rasanya tidak semanis Coke. Lebih lembut, lebih enak di lidah. Rasanya lebih enak karena Anda mendukung Palestina,” katanya.
Disumbangkan untuk Gaza
Meskipun pembuatannya hanya memakan waktu satu tahun, Qashoo mengatakan menciptakan Gaza Cola merupakan tantangan tersendiri.
Tantangan itu datang dari proses yang sangat sulit dari segi kemasan produksi seperti warna, huruf, nama, bendera dan logo minuman. Namun dengan mata berbinar Qashoo mengatakan, “Gaza Cola lugas dengan pesan yang jujur dan jelas.”
Tantangan juga datang dari pendistribusian Gaza Cola. Ia memulainya dengan meminta Hiba Express dan restoran Palestina setempat lainnya untuk menjual Gaza Cola.
Minuman tersebut juga dijual oleh pengecer Muslim seperti Al Aqsa yang berkantor pusat di Manchester, yang baru-baru ini kehabisan stok, menurut manajer toko tersebut, Mohammed Hussain.
Sejak awal Agustus, 500.000 kaleng Gaza Cola telah terjual.
Secara daring, satu bungkus Gaza Cola dijual seharga 12 poundsterling Inggris atau setara dengan Rp 238 ribu.
Semua keuntungan dari minuman tersebut akan disumbangkan untuk membangun kembali bangsal bersalin Rumah Sakit al-Karama, barat laut Kota Gaza, jelas Qashoo.
Qashoo kini tengah menggarap Gaza Cola versi berikutnya, yang lebih bersoda. Sementara itu, ia berharap setiap tegukan Gaza Cola dapat mengingatkan orang-orang tentang penderitaan Palestina.
“Itu hanya perlu menjadi pengingat kecil yang lembut, seperti 'ngomong-ngomong, nikmati minumanmu, salam dari Palestina',” imbuhnya.
Sebelum merintis usaha cola, Qashoo merupakan seorang aktivis yang mendukung kemerdekaan Palestina, ia sempat mendirikan organisasi yang berperan langsung untuk menentang penindasan Israel di Gaza. Ia juga seorang sutradara yang mengangkat tema-tema tentang Palestina, sayangnya ia sempat dipenjara dan berhasil mengungsi di Inggris pada 2003.
Reporter Magang: Elma Pinkan Yulianti