Sejarah Kentut, dari Dewa Kentut Sampai Pemberontakan yang Tewaskan 10.000 Orang
Tak banyak orang tahu, kentut ternyata memiliki sejarah dan makna yang beragam dalam berbagai budaya.
Buang angin atau kentut kerap dianggap perbuatan yang seringkali dianggap lucu dan memalukan. Tak banyak orang tahu, kentut ternyata memiliki sejarah dan makna yang beragam dalam berbagai budaya.
Sejarah Kentut, dari Dewa Kentut Sampai Pemberontakan yang Tewaskan 10.000 Orang
Dewa Kentut
Selama ribuan tahun, nenek moyang bangsa Innu, juga dikenal sebagai Montagnais, mendiami wilayah timur laut Provinsi Quebec, Kanada, dan sebagian wilayah timur Labrador yang mereka sebut "Nitassinan" atau "Tanah Kami".
Pada tahun 1991, Marie Wadden dalam bukunya berjudul “The Innu Struggle to Reclaim Their Homeland” menyebutkan bahwa “mereka berburu rusa, caribou, rusa, dan hewan kecil, dan mereka juga bertani dan memancing.”
Suku Innu memiliki bahasa mereka sendiri yang disebut "Ilnu," dan mereka menyembah beragam dewa pemburu dan hewan sambil memberikan penghormatan kepada roh-roh hewan. Salah satu dewa yang unik adalah "Matshishkapeu," yang memiliki julukan tak biasa sebagai "dewa kentut."
-
Bagaimana KEK Singhasari memanfaatkan sejarah? Keunggulan lain dari KEK Singhasari yakni adanya sektor pariwisata dengan tema heritage and sejarah. Hal ini dilatarbelakangi nilai situs sejarah kerajaan Singhasari.
-
Kenapa Museum Kenangan Semeru dibangun? Museum yang diinisiasi oleh Pemerintah Desa Sumberwuluh bersama mahasiswa KKN Universitas Jember itu dapat menjadi media edukasi tentang bencana erupsi.
-
Kenapa KEK Singhasari penting? KEK Singhasari berkonsentrasi pada platform ekonomi digital untuk bersinergi dengan perkembangan antara bisnis pariwisata dan ekonomi digital.
-
Apa yang ada di dalam Museum Kenangan Semeru? Museum ini berisi barang-barang kenangan, seperti foto dokumentasi, peralatan rumah tangga, tempat tidur, sofa, dan lain-lainnya.
-
Apa itu Keteng-keteng? Keteng-keteng Memiliki Senar Seperti disinggung sebelumnya, alat musik ini memiliki bentuk menyerupai gitar. Di sana, terdapat tiga senar namun bukan berbahan nilon atau logam melainkan dari kulit bambu itu sendiri.Mengutip Instagram @sumut.berbudaya, senar menjadi unsur melodis dari alat musik ini. Dengan adanya senar, suaranya menjadi mendayu dan merdu.Senar juga yang membuat suaranya semakin beragam, tergantuk proses penyetemannya dan sisi mana yang dipukul.
-
Bagaimana Asisi Suharianto menyajikan kisah-kisah sejarah? Asisi dan sang istri pun mendapatkan pengalaman luar biasa selama keliling dunia. Keduanya bertemu dengan saksi mata maupun para korban perang masa lalu di beberapa negara.
Matshishkapeu diyakini selalu ada di sekitar mereka, terutama saat berburu, memancing, dan mengumpulkan. Dia bukan hanya dewa yang lucu, tetapi juga dianggap sebagai roh paling kuat dalam kepercayaan mereka.
Matshishkapeu, secara harfiah "Pria Kentut," dikisahkan dapat mengutuk "Tuan Caribou" jika dia enggan memberikan caribou kepada Innu untuk dimakan. Dalam mitos Innu, Matshishkapeu mengutuk Tuan Caribou dengan sembelit dan kemudian menyembuhkannya.
Kentut dianggap sebagai pesan penting dari Matshishkapeu, dan setiap kali terdengar suara kentut, orang-orang Innu berusaha keras untuk memahaminya.
Kentut dalam dunia kuno
Kentut bukanlah fenomena yang terbatas pada budaya Innu. Dalam dunia kuno, kentut telah mendapatkan berbagai interpretasi yang menarik. Beberapa teolog Abad Pertengahan mencatat kentut sebagai tanda "dekomposisi" dan "tanda kematian."
Namun, ada juga pandangan yang lebih mistis. Manikheisme adalah agama mistik yang pernah mengklaim St. Agustinus sebagai anggotanya, dan menganggap bahwa dia adalah orang yang bisa menghasilkan "suara-suara musik" yang tidak berbau seperti "menyanyi" dari pantat mereka. Manikheisme mempercayai kentut adalah tindakan “membebaskan cahaya ilahi dari tubuh”.
Seorang filsuf terkenal, Pythagoras, percaya bahwa jiwa adalah napas, dan kentut dianggap sebagai semacam napas. Dia bahkan khawatir seseorang bisa "mengeluarkan jiwa mereka melalui kentut" jika mendorong terlalu keras.
Sejarah juga mencatat beberapa perang yang dipicu oleh kentut. Salah satunya adalah pemberontakan terhadap Raja Apries Mesir pada abad ke-6, yang dipicu oleh sebuah kentut yang tak terduga oleh seorang prajurit Romawi dan kejadian itu menimbulkan kericuhan karena orang-orang berupaya mencari pelakunya hingga menyebabkan kerusuhan yang menewaskan lebih dari 10.000 orang.
Sumber: Ancient Origins
Tak hanya memiliki makna religius dan sejarah yang dalam, kentut juga dianggap sebagai lelucon tertua menurut para sejarawan. Sebuah peribahasa kuno Sumeria dari sekitar 1900 SM dianggap sebagai lelucon tertua di dunia berbunyi, "Hal yang tidak pernah terjadi sejak zaman purbakala; seorang wanita muda tidak kentut di pangkuan suaminya."
Sumber: Ancient Origins
merdeka.com
Selain itu, ada kisah menarik tentang seorang pelayan istana untuk Raja Henry II dari Inggris bernama Roland the Farter, yang melakukan tarian terkenal yang berakhir dengan "loncatan, siulan, dan kentut." Untuk prestasi anehnya ini, Roland diberi sebuah rumah manor di Suffolk dengan 100 hektar tanah.
Sumber: Ancient Origins