Tentara Israel Izinkan Penjarahan Truk Bantuan Kemanusiaan ke Gaza, Mesti Ada Uang "Jatah Preman"
Pekerja bantuan dipaksa membayar biaya perlindungan atau uang keamanan untuk memasuki Gaza dan dicegah oleh pasukan militer serta diserang pemukim Israel.
Surat kabar Israel Haaretz melaporkan tentara Israel telah mengizinkan penjarahan truk bantuan kemanusiaan oleh orang-orang bersenjata dan “kelompok” yang putus asa saat berusaha memasuki Jalur Gaza, pada (11/11).
Menurut laporan tersebut, orang-orang bersenjata telah memblokir jalan yang dilalui truk untuk memasuki Jalur Gaza melalui perbatasan Kerem Shalom yang sepenuhnya berada di bawah kendali tentara Israel.
- Tentara Amerika Terbukti Dikerahkan ke Gaza, Ikut Bantai 210 Warga Palestina Demi Selamatkan 4 Tawanan Israel
- Tentara Israel Ancam Lakukan Kudeta Militer Jika Perang di Gaza Dihentikan, "Kami Kehilangan Segalanya, Kami Tidak Punya Tempat Tujuan"
- Truk Bantuan Kemanusiaan Diserang Warga Israel Seluruh Makanannya Dibuang ke Jalan, 'Mereka Mau Rakyat Gaza Mati Kelaparan'
- Menteri Israel Serukan Tentara Tembak Anak-Anak dan Perempuan Gaza yang Dekati Perbatasan
Sumber di Gaza menyebutkan serangan penjarahan itu terjadi hanya beberapa ratus meter dari pasukan Israel. Beberapa kelompok bantuan mengatakan bahwa pengemudi truk yang diserang meminta bantuan tentara Israel, tetapi mereka menolak untuk campur tangan.
Membayar biaya untuk lewat perbatasan
Beberapa kelompok bantuan disebut menolak membayar uang perlindungan, karenanya bantuan tersebut seringkali berakhir di gudang-gudang yang berada di bawah kendali tentara Israel, tulis Haaretz.
Seorang pejabat bantuan senior di wilayah tersebut mengatakan dirinya sudah mencoba segalanya dan ingin menempuh jalan lain, tetapi tentara Israel melarang.
Pembentukan pasukan polisi perlindungan
“Saya melihat satu tank Israel dan seorang warga Palestina bersenjata senapan Kalashnikov hanya 100 meter dari tank itu. Orang-orang bersenjata itu memukuli pengemudi dan mengambil semua makanan jika mereka tidak membayar," kata pejabat itu.
Menurut laporan, kelompok bantuan lainnya akhirnya setuju untuk membayar biaya perlindungan.
Kelompok-kelompok bantuan mengatakan bahwa tidak ada solusi lain kecuali membentuk pasukan polisi baik lokal maupun internasional untuk ditempatkan di Gaza.
Namun, pemerintah dan tentara Israel menolak hal ini dan bersikeras bahwa militer Israel harus bertanggung jawab atas penyaluran bantuan ini.
Akhir oktober lalu, Kantor Media Pemerintah di Gaza mengonfirmasi bahwa Israel masih mencegah masuknya truk bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza yang terkepung dan mengatakan lebih dari 250.000 truk bantuan dan barang sejak Operasi Banjir Al-Aqsa.
Selain itu, tentara Israel juga berulang kali mengizinkan para pemukim Israel untuk mencegat dan merusak truk sebelum memasuki Gaza. Bahkan salah seorang pejabat keamanan Israel memberitahu lokasi truk bantuan, yang memungkinkan kendaraan tersebut diblokir dan dijarah.
Reporter Magang: Elma Pinkan Yulianti