Terobosan Mengejutkan Dunia Medis, Obat China Ampuh Sembuhkan Kanker Paru-Paru
Terobosan Baru Dunia Medis, Obat China Ampuh Sembuhkan Kanker Paru-Paru
Selama ini obat atau terapi kanker paru-paru yang tersedia tidak efektif.
- Penyebab Kanker Paru-Paru yang Perlu Diwaspadai, Sering Tak Bergejala
- Pengobatan Kanker Sudah Dilakukan Sejak Zaman Mesir Kuno, Ilmuwan Temukan Buktinya di Dua Tengkorak Berusia 4.000 Tahun
- Obat Kanker Dijamin Manjur jika Diracik di Luar Angkasa
- Obat Penyakit ini Dicoba Dibuat di Luar Angkasa, Bagaimana Hasilnya?
Terobosan Mengejutkan Dunia Medis, Obat China Ampuh Sembuhkan Kanker Paru-Paru
Obat yang diproduksi oleh perusahaan China terbukti efektif melawan jenis kanker paru-paru yang jarang dan sulit diobati, demikian laporan South China Morning Post (SCMP) kemarin.
Obat ini terbukti ampuh mengatasi kanker paru-paru yang tidak merespons terhadap kemoterapi berbasis platinum.
SCMP melaporkan, obat ini diakui sebagai terapi terobosan oleh Administrasi Produk Medis Nasional China dan Administrasi Makanan dan Obat-obatan Amerika Serikat.
Obat yang dikenal sebagai Sunvozertinib ini mencapai respons anti-tumor sebesar 61 persen dalam uji klinis fase 2 yang melibatkan 104 pasien lanjut usia, dan dari jumlah tersebut, 97 kasus telah dianalisis, demikian laporan SCMP.
Hasil awal dari uji coba ini telah melewati proses pengkajian oleh para ahli sejawat dan dipublikasikan dalam jurnal The Lancet Respiratory Medicine pada tanggal 12 Desember.
"Ini merupakan hasil yang mengesankan karena sebelumnya calon obat lain hanya mampu mencapai tingkat respons di bawah 50 persen untuk kelompok kanker paru-paru ini," jelas seorang ilmuwan yang diidentifikasi oleh SCMP sebagai Tang.
Produsen dari obat Sunvozertinib ini adalah Dizal, perusahaan yang berbasis di Provinsi Jiangsu, China timur.
Upaya pengembangan obat ini difokuskan pada kemampuannya untuk melawan kanker paru-paru yang mengalami mutasi yang disebut "EGFR exon 20 insertions."
Kanker paru-paru non-sel kecil (NSCLC) ini dilaporkan memiliki hubungan dengan mutasi gen reseptor faktor pertumbuhan epidermal (EGFR).
"Pasien dan penyedia layanan kesehatan sejak lama mencari bentuk pengobatan yang efektif untuk memberikan kelonggaran dari perkembangan penyakit yang terus-menerus," kata ahli onkologi Hidetoshi Hayashi, dari Fakultas Kedokteran Universitas Kindai di Jepang, sebagaimana dikutip oleh SCMP.
Media tersebut melaporkan uji coba fase 2 Sunvozertinib dilakukan di 37 pusat medis di China, dengan pendaftaran pasien dilakukan antara Juli 2021 dan Mei 2022.
Studi ini menyatakan 59 pasien menunjukkan respons yang diharapkan dan mencapai "tingkat respons objektif (ORR)" sebesar 61 persen.