Warga Israel Mulai Berbondong-Bondong Kabur ke Luar Negeri, Merasa Tidak Aman di Negara Sendiri
Jumlah warga Israel yang pindah negara melonjak sejak 7 Oktober 2023.
Warga Israel berbondong-bondong meninggalkan negaranya dan pindah ke negara lain sejak Israel meluncurkan perang genosida di Jalur Gaza, Palestina. Salah satu keluarga yang memutuskan pindah adalah keluarga Inbal Green.
Sebelumnya Inbal Green (40) dan istrinya, Shlomy Green (37), mengemasi barang-barang mereka untuk pindah ke pinggiran Tel Aviv dan pergi ke Thailand. Mereka merasa tidak aman untuk tetap tinggal di negaranya.
- Kelakuan Buruk Warga Israel di Negara Orang, Si Paling Tantrum Tak Tahu Malu
- Israel Terima 50.000 Ton Senjata dari AS Sejak 7 Oktober, Dikirim 607 Kali dari Udara dan Laut
- Israel di Ambang Keruntuhan, 46.000 Usaha Tutup Sejak 7 Oktober
- Warga Israel di Perbatasan Halangi Puluhan Truk Bantuan Masuk ke Gaza
"Sekarang kami harus memilah-milah seluruh rumah dan memutuskan hanya apa yang ingin kami bawa," ucap Inbal, dikutip dari NPR, Rabu (18/9).
Setelah 7 Oktober, keluarga Green melarikan diri ke Siprus namun kembali lagi setelah dua bulan karena masalah kesehatan. Inbal Green dan keluarga telah sepakat untuk menetap di Thailand selamanya jika di Israel masih belum ada tanda-tanda aman.
Media Israel melaporkan, berdasarkan data Biro Statistik Pusat, lebih dari 12.000 orang Israel meninggalkan negaranya sejak Oktober 2023 dan belum kembali hingga Juni.
Khawatir Perang Israel-Hizbullah
Liam Schwartz, pengacara ketenagakerjaan dan imigrasi perusahaan di salah satu firma hukum terbesar di Israel berkantor di Tel Aviv, 65 km dari wilayah Gaza
Schwartz, bekerja di bagian relokasi dan migrasi, dia sering menangani karyawan-karyawannya yang ingin pindah ke Amerika Serikat dan keluarga lainnya yang ingin pindah negara yang bersahabat dengan Israel tersebut. Biasanya ia menangani ratusan kasus setiap tahun, tetapi belakangan ini beban kerjanya meningkat lebih dari 40 persen di beberapa bulan terakhir.
"Saya belum pernah sesibuk ini dalam karier saya, ini jauh melampaui ekspektasi," ujar Schwartz.
Schwartz mengatakan, perusahan-perusahaan Israel khawatir akan kemungkinan perang besar-besaran tentara Israel dengan pasukan Hizbullah di Israel utara, yang semakin memanas sejak operasi genosida Israel di Gaza.
Kecewa dengan Pemerintah
Banyak dari warga israel mengatakan mereka ingin hengkang karena mereka kecewa dengan cara pemerintah menangani perang di Gaza. Keluarga para sandera yang ditawan di Gaza berunjuk rasa bersama ribuan warga Israel lainnya. Mereka berupaya untuk menekan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu agar menerima kesepakatan damai yang telah diajukan sebelumnya.
Dalam proses anti pemerintah di Tel Aviv pada Mei, Hadar Behrendt mengangkat spanduk bertuliskan “Sembilan Bulan Sudah” merujuk pada lamanya operasi genosida Israel di Gaza.
Behrendt mengatakan tidak ingin malu dengan apa yang telah terjadi di Israel. Karena itu dia lebih suka pergi ke tempat lain.
“Rasanya seperti menjadi orang asing di negara saya sendiri, kami diculik oleh pemerintah,” kata Behrendt
Reporter Magang: Elma Pinkan Yulianti