Proyek Trotoar Baru di Bali Picu Kemacetan dan Keluhan Warga
"Ini sudah tidak layak lagi untuk ditinggali," kata seorang turis.
"Ini sudah tidak layak lagi untuk ditinggali."
Proyek Trotoar Baru di Bali Picu Kemacetan dan Keluhan Warga
Bali yang dikenal sebagai surga wisata kini menghadapi tantangan baru dalam mengelola infrastruktur pejalan kakinya.
Pemerintah daerah telah meluncurkan proyek trotoar yang bertujuan untuk meningkatkan kenyamanan dan keamanan bagi pejalan kaki.
Namun, proyek ini ternyata menimbulkan dampak negatif bagi lalu lintas di daerah tersebut.
- Petugas Pungli Turis Masuk Bali, Imigrasi Ngurah Rai Bali Ajukan Penangguhan Penahanan Kasi Pemeriksa
- Turis Terbantu Buku Panduan Do's and Don'ts Berlibur di Bali, Usul Ditempel di Tempat Umum Agar Efektif
- Menimbang Untung Rugi Pungutan Rp150 Ribu untuk Turis di Pulau Dewata
- Potret Bali Kini di Mata Para Turis: Macet, Sampah dan Pembangunan Semrawut
Proyek Trotoar Mengurangi Ruang Jalan
Dilansir Trstdly.com, salah satu lokasi yang menjadi sasaran proyek trotoar adalah Canggu, sebuah kawasan yang populer di kalangan wisatawan asing dan lokal.
Trotoar dibangun di sepanjang jalan-jalan yang sudah sempit sehingga mengurangi ruang bagi kendaraan bermotor. Akibatnya, kemacetan makin parah dan mengganggu aktivitas warga serta pengunjung.
"Jalan di sini saja sudah tidak cukup untuk dua mobil, kok malah ditambah trotoar? Ini kan jadi susah buat kita yang pakai motor atau mobil," ujar Made, pemilik warung di kawasan Berawa.
James, seorang wisatawan asal Melbourne yang sudah sering berkunjung ke Bali juga mengeluhkan situasi lalu lintas yang semakin memburuk.
"Saya sudah datang ke Bali selama 15 tahun, tapi sekarang rasanya sudah mencapai titik puncaknya. Kemacetan di Canggu makin tidak terkendali dengan adanya trotoar ini," katanya.
Pemerintah Daerah Bungkam
Meskipun banyak yang menyuarakan ketidakpuasan mereka atas proyek trotoar di Canggu, pemerintah daerah tampaknya tidak memberikan tanggapan.
Keputusan untuk membangun trotoar di Canggu telah memicu gelombang ketidakpuasan, baik dari warga setempat maupun wisatawan yang sudah langganan berlibur di Canggu.
Seorang turis asal Inggris bahkan menyebut bahwa Bali sudah bukan lagi surga. "Ini sudah tidak layak lagi untuk ditinggali. Bali sudah menjadi tujuan wisata yang tidak menawarkan apa-apa selain pemandangan kemacetan tanpa henti," keluhnya.
Tidak hanya warga dan pelaku usaha, bahkan anggota partai politik juga ikut menyoroti masalah infrastruktur di Canggu.
Seorang anggota PDIP di Jakarta yang enggan disebutkan namanya mengeluarkan kritik pedas terhadap proyek-proyek pembangunan di Canggu.
"Proyek ini gagal mempertimbangkan dampak negatifnya terhadap masyarakat. Ribuan orang menderita akibat inisiatif-inisiatif yang tidak dipikirkan matang. Ini menimbulkan pertanyaan: siapa sebenarnya yang bertanggung jawab atas pelaksanaan proyek ini?" ujarnya.
Trotoar untuk Kendaraan dan Pejalan Kaki
Di tengah keterbatasan infrastruktur, Bali mencoba berinovasi dengan memanfaatkan trotoar sebagai tempat bagi mobil dan pejalan kaki.
Hal ini tentu saja menimbulkan kontroversi, karena trotoar seharusnya merupakan fasilitas publik yang diperuntukkan bagi pejalan kaki, bukan kendaraan bermotor.
Namun, dengan kondisi jalan yang macet dan sempit, banyak pengendara mobil yang memilih untuk naik ke trotoar demi mencari jalan pintas.
Akibatnya, pejalan kaki harus berbagi ruang dengan mobil atau bahkan harus turun ke jalan raya yang lebih berbahaya.