Cerita Raja Majapahit Brawijaya V Masuk Islam Berkat Bimbingan Sunan Kalijaga
Ada peristiwa penting ketika Brawijaya memimpin kerajaan bercorak Hindu-Buddha terbesar di Nusantara tersebut. Prabu Brawijaya yang bernama asli Raden Alit diketahui berpindah keyakinan, menjadi mualaf dengan memeluk Islam.
Kerajaan Majapahit pernah mencapai puncak kejayaan, yang ditandai dengan luasnya cakupan wilayah. Di penghujung kekuasaan kerajaan, Majapahit dipimpin oleh Prabu Brawijaya V atau populer disebut Prabu Brawijaya. Dia tercatat memimpin Kerajaan Majapahit sampai tahun 1478.
Ada peristiwa penting ketika Brawijaya memimpin kerajaan bercorak Hindu-Buddha terbesar di Nusantara tersebut. Prabu Brawijaya yang bernama asli Raden Alit diketahui berpindah keyakinan, menjadi mualaf dengan memeluk Islam.
-
Apa yang viral di Babelan Bekasi? Viral Video Pungli di Babelan Bekasi Palaki Sopir Truk Tiap Lima Meter, Ini Faktanya Beredar video pungli di Babelan Bekasi. Seorang sopir truk yang melintas di kawasan Jalan Raya Babelan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat merekam banyaknya aktivitas pungli baru-baru ini.
-
Kolak apa yang viral di Mangga Besar? Baru-baru ini ramai di media sosial war kolak di kawasan Mangga Besar, Jakarta Barat. Sebagaimana terlihat dalam video yang tayang di akun Instagram @noonarosa, warga sudah antre sejak pukul 14:00 WIB sebelum kedainya buka.
-
Kenapa Hanum Mega viral belakangan ini? Baru-baru ini nama Hanum Mega tengah menjadi sorotan hingga trending di Twitter lantaran berhasil membongkar bukti perselingkuhan suaminya.
-
Apa yang viral di Bangkalan Madura? Viral video memperlihatkan seekor anjing laut yang tidak sewajarnya dikarenakan berkepala sapi yang berada di Kabupaten Bangkalan, Provinsi Jawa Timur.
-
Apa yang sedang viral di Makassar? Viral Masjid Dijual di Makassar, Ini Penjelasan Camat dan Imam Masjid Fatimah Umar di Kelurahan Bangkala, Kecamatan Manggala, Kota Makassar viral karena hendak dijual.
-
Mengapa kejadian ini viral? Tak lama, unggahan tersebut seketika mencuri perhatian hingga viral di sosial media.
M Rizal Qasim dalam bukunya berjudul Di Balik Runtuhnya Majapahit dan Berdirinya Kerajaan-Kerajaan Islam di Jawa, menjelaskan secara detail peristiwa sejarah tersebut.
Brawijaya naik tahta menggantikan ayahnya bernama Prabu Bratanjung, dan kemudian memerintah dalam waktu yang sangat lama, sejak putra sulungnya yang bernama Arya Damar belum lahir sampai akhirnya turun tahta karena ingin menyepi serta karena pertentangan-pertentangan internal kerajaan majapahit.
Bagi Brawijaya, Islam bukan sesuatu yang baru. Hal ini dibuktikan dengan hadirnya Ratu Dwarawati, permaisuri Brawijaya yang ternyata seorang muslimah dari Campa. Brawijaya diketahui memiliki banyak selir, dari mereka lahir Arya Damar yang pernah menjabat sebagai Bupati Palembang, Raden Patah Bupati Demak, Batara Katong Bupati Ponorogo, serta Bondan Kejawan lelulur raja-raja Kesultanan Mataram.
Wawan Seusetya dalam bukunya, Brawijaya Moksa, Detik-Detik Akhir Perjalanan Hidup Prabu Majapahit, menjelaskan bahwa Brawijaya V naik tahta menggantikan ayahnya bernama Prabu Bratanjung. Di akhir kekuasannya, Brawijaya V yang awalnya memeluk agama Hindu, akhirnya memutuskan menjadi mualaf karena bimbingan Sunan Kalijaga.
Sebelum menjadi mualaf, Prabu Brawijaya V sendiri sesungguhnya sudah pernah bergerak hatinya akan memeluk agama Islam saat suatu waktu menjamu tamunya, Syekh Maulana Malik Ibrahim dan Raja Cermain di istana Majapahit.
"Kedua tamunya yang merupakan para ulama itu datang untuk mengenalkan agama Islam kepadanya dan juga kepada rakyat Majapahit. Di antara rombongan para ulama itu, turut serta Dewi Sari, putri Raja Cermain yang cantik jelita," tulis Wawan.
Kecantikan Dewi Sari ini membuat Brawijaya V jatuh hati. Bahkan dia rela masuk Islam asal bisa mempersunting Dewi Sari, yang membuatnya tergila-gila pada cinta pandangan pertama.
Dikisahkan bahwa saat pertemuan tersebut, Prabu Brawijaya V merasakan hatinya seperti tertusuk belati tajam ketika matanya tertuju kepada Dewi Sari yang mengenakan pakaian kerudung.
Pada momen tersebut, Brawijaya V terlihat tidak dengan hati tulus ingin masuk Islam, melainkan karena ingin menikahi seorang muslimah cantik jelita.
Karena belum adanya niat sungguh-sungguh dari Brawijaya V untuk menerima cahaya Islam, Syekh Maulana Malik Ibrahim lantas memberikan nasihat agar mengurungkan niat memeluk Islam.
Pada tahap ini, kebenaran Islam belum sampai mengetuk hati sang raja. Syekh Maulana Malik Ibrahim lantas meminta izin untuk berdakwah di kawasan Majapahit, mengajak siapa saja yang mau menerima Islam dengan tulus dan ikhlas.
Ajakan memeluk Islam juga datang dari keluarga istana Majapahit yang sudah mualaf, termasuk Ratu Dewi Dwarawati, anak-anaknya serta para selir.
Permaisuri Ratu Dewi memiliki anak bernama Ratu Ayu Handayaningrat, Dewi Chandrawati, Raden Jaka Peteng, Raden Gugur atau Sunan Lawu Argopura dan Panembahan Brawijaya Bondhan Surati. Dia selalu berulang kali mengajak Brawijaya V untuk memeluk Islam. namun, alih-alih menerima saran permaisuri, Raja Brawijaya V tetap bahkan semakin kukuh terhadap keyakinan Hindu.
Begitu juga menantu sang raja yang tergolong sebagai wali dan ulama besar, Raden Rahmat alias Sunan Ampel yang telah menjadi suami Dewi Chandrawati, juga tidak berhasil meluluhkan ketegaran hati Brawijaya. Selain itu seorang ulama besar dari Bukhara, Syekh Jamaluddin Jumadil Kubra juga pernah mencoba berdakwah kepada Prabu Brawijaya V, namun usaha tersebut gagal. Hal yang sama juga dialami Raden Arya Damar saat membujuk ayahnya memeluk Islam.
Pangeran Jimbun alias Raden Patah, anak Brawijaya V dari selir Dewi Kian juga berusaha untuk menyadarkan ayahnya untuk masuk Islam. Raden Patah dikenal sangat peduli terhadap ayahnya, termasuk dalam hal agamanya. Dia sering kali berdakwah kepada ayahnya tanpa lelah mesti tetap saja mengalami kegagalan.
Kuatnya prinsip Prabu Brawijaya ini diduga kuat karena pengaruh kedua penasihatnya, Sabda Palon dan Naya Genggong. Keduanya dikenal sakti dan selalu mencegah Prabu Brawijaya untuk masuk Islam.
Akan tetapi, Raden Patah tidak kurang akal. Sebagai Adipati Demak, dia meminta bantuan Sunan Kalijaga yang menjabat sebagai penasihat keagamaan di keraton Demak Bintoro untuk berdakwah mengajak Prabu Brawijaya V masuk Islam.
Salah satu alasannya lantaran Sunan Kalijaga memiliki karomah dan kesaktian luar biasa. Dia juga dikenal sangat men-jawa dalam penyebaran agama Islam. Selain itu juga karena Sunan Kalijaga merupakan menantu Sunan Ampel karena sang sunan ini menikahi Dewi Khafshah, putri Sunan Ampel dengan Dewi Chandrawati.
Dengan demikian, Sunan Kalijaga juga masih tergolong sebagai cucu Prabu Brawijaya V. Dengan adanya hubungan keluarga ini, Sunan Kalijaga bisa percaya diri untuk mengajak kakeknya memeluk Islam.
Kemudian diutuskan Sunan Kalijaga oleh Raden Patah ke istana Prabu Brawijaya V, tepatnya di pesanggrahannya yang ada di Gunung Lawu yang saat itu terkenal sebagai tempat angker dan banyak dihuni makhluk halus.
Dalam Serat Darmoghandhul dijelaskan, saat berdakwah di hadapan Prabu Brawijaya, Sunan Kalijaga lebih banyak menggunakan bahasa sastra yang sarat metafora, simbol-simbol dan pelambang. Dia berusaha membahasakan Islam yang terdiri dari syariat, tarekat dan hakikat dengan lambang persenggamaan antara suami-istri. Apa yang dilakukan Sunan Kalijaga ini jelas bukan bermaksud merendahkan Islam, melainkan sebagai siasat agar Prabu Brawijaya V bersedia mengucapkan dua kalimat syahadat.
Dengan cara Sunan Kalijaga itu, maka kedua penasihat Brawijaya menjadi lemah di hadapan Sunan Kalijaga. Karena melemahnya dua penasihatnya itu, Prabu Brawijaya lantas menunjukkan keinginannya untuk memeluk Islam kepada Sunan Kalijaga.
Sebelum mengucapkan dua kalimat Syahadat, Prabu Brawijaya V memutuskan untuk mencukur rambut dan mandi besar sebagai isyarat kesungguhan memeluk Islam. Sunan Kalijaga kemudian membimbing dan mengajari Prabu Brawijaya V mengucapkan dua kalimat Syahadat.
Dengan mengucapkan dua kalimat itu, Prabu Brawijaya kemudian benar-benar memeluk Islam di hadapan Sunan Kalijaga. Dalam kesungguhannya bergulat dengan nilai-nilai spiritual Jawa yang dipadu dengan Islam itu, konon Prabu Brawijaya V sampai mengalami moksa atau hilang beserta raganya.