Ibu Negara RI Dengan Perhiasan Pinjaman
Seorang Istri Presiden RI Tak Punya Perhiasan yang Layak Untuk Menghadiri Undangan Kenegaraan. Kok Bisa?
Istri Presiden tapi tampil dengan perhiasan pinjaman. Kok bisa?
Ibu Negara RI Dengan Perhiasan Pinjaman
Kisah Ini Dialami Ibu Negara Pertama Republik Indonesia, Fatmawati
Saat itu tahun 1950. Presiden Sukarno dan Ibu Negara mendapat undangan ke India untuk menghadiri Hari Perayaan Kemerdekaan India.
-
Di mana Fatmawati bertemu dengan Soekarno? Peninggalan rumah Fatmawati di Bengkulu ini dulunya menjadi saksi bisu pertemuan dirinya dengan Presiden Soekarno saat pengasingan.
-
Siapa yang bersama Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia? Pada tanggal 17 Agustus 1945, Hatta bersama Soekarno resmi memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jalan Pegangsaan Timur, Jakarta.
-
Kapan Try Sutrisno menjadi ajudan Presiden Soeharto? Berkat rekam jejaknya di bidang militer, pada tahun 1974 Try terpilih menjadi ajudan Presiden Soeharto.
-
Siapa yang ditunjuk oleh Presiden Soekarno sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) pada tahun 1955? Pada tahun 1955, Presiden Soekarno mengangkat Jenderal Mayor Bambang Utoyo sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) ke-4.
-
Siapa yang menculik Sukarno dan Hatta? Aksi ini dimulai saat para pemuda mendesak Sukarno untuk segera bertindak setelah Jepang menyerah pada sekutu. Sukarno Menolak Permintaan Para Pemuda Untuk Mengobarkan Revolusi dan Melawan tentara Jepang Sempat terjadi ketegangan saat seorang pemuda membawa senjata tajam dan seolah ingin mengancam Sukarno.
-
Apa yang diresmikan oleh Presiden Soekarno pada 5 Agustus 1962? Hotel Indonesia diresmikan pada tanggal 5 Agustus 1962 oleh Presiden RI Pertama, Soekarno, guna menyambut pagelaran Asian Games IV tahun 1962.
Kunjungan ke India itu Merupakan Lawatan Pertama Presiden Indonesia ke Luar Negeri
Kondisi masih serba sulit. Indonesia baru melalui masa perang kemerdekaan. Menghadapi Agresi Militer Belanda I tahun 1947 dan Agresi II tahun 1948. India adalah salah satu negara sahabat yang mendukung Indonesia selama perang kemerdekaan.
Ibu Negara Tak Punya Perhiasan Layaknya Seorang 'First Lady'
Fatmawati tak punya perhiasan yang layak untuk menghadiri undangan kenegaraan. Dia terpaksa meminjam dari istri seorang pejabat.
"Ketika itu aku terpaksa memakai perhiasan pinjaman dari istri sekretaris negara.
Seorang keturunan bangsawan keraton yang punya persediaan perhiasan," kenang Fatmawati.
Kehidupan Sebagai Istri Presiden Memang Jauh Dari Kata Mewah Pada Masa Awal Kemerdekaan.
Selain karena memang tak punya perhiasan emas, Presiden Sukarno pun berpesan, seorang Ibu Negara harus menjadi contoh. Penampilannya harus sederhana dan tidak bermewah-mewahan.
Terasa sekali kehangatan dari Perdana menteri Nehru menyambut mereka.
Kunjungan ke India itu Sangat Berkesan Untuk Fatmawati dan Bung Karno
Jawaharlal Nehru Memanggilnya Fatma, Yang Berarti Bunga Teratai Atau Lotus
Bung Karno dan Bu Fatmawati dikenalkan kepada seluruh keluarga besar Nehru. "Suasana kekeluargaan sangat terasa oleh kami dan mereka sangat mengagumi figur-figur kami yang baru lepas dari cengkeraman penjajahan Belanda," kenang Fatmawati.
- Ribuan Warga Rembang Hadiri Selawat Nusantara Doakan Pemilu Damai
- Anies: Kita Ingin Indonesia Bukan Negara yang Memusuhi Ulama, Tapi Mitra Pemuka Agama
- Potret Pernikahan Anak Panglima TNI Yudo Margono, Meriah Dihadiri Tamu Penting
- Momen AHY & SBY Hadiri Pernikahan Putri Mayjen TNI, Wajah Pengantin Serasi Banget
Sebenarnya, Tak Cuma Ibu Negara yang 'Meminjam' Barang
Para diplomat Indonesia pun tampil dengan jas dan sepatu pinjaman saat harus menghadiri perundingan internasional. Bung Karno mengisahkan betapa sederhananya para diplomat Indonesia di awal kemerdekaan.
Dengan Gaya Percaya Diri Para Diplomat Ini Hadir Mewakili Indonesia.
Mereka duduk berdampingan dengan politikus dunia yang bersetelan jas mahal dan topi laken dari Eropa. Para diplomat Indonesia pun dipanggil 'Yang Mulia' sebagai bentuk penghormatan. "Kesulitan terbesar dari para menteriku adalah menahan ketawa bila memikirkan keganjilan ini," kata Sukarno dengan tawa geli.