Kisah Prajurit Kopassus Cuma Bawa 10 Butir Amunisi: Satu Peluru Satu Nyawa
"Karena sebagai pasukan khusus, satu peluru itu ya satu nyawa," jelas sang komandan Kopassus itu pada anak buahnya.
Berapa peluru yang dibawa prajurit Kopassus untuk bertempur? Dalam beberapa misi, mereka bahkan hanya membawa peluru 10 butir.
Perwira Komando Pasukan Khusus tak selalu mengandalkan senjata di medan tempur. Cara-cara persuasif dan merangkul lawan justru lebih efektif.
-
Apa yang menjadi cikal bakal Kopassus TNI AD? Soegito lulus Akademi Militer dan bergabung dengan Korps Baret Merah yang saat itu bernama Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD). Pasukan elite ini menjadi cikal bakal Kopassus TNI AD. Berbagai penugasan tempur pernah dijalani oleh Soegito. Termasuk terjun ke Dili saat Indonesia menyerbu Timor Timur.
-
Siapa sosok penemu ransum TNI? Pencipta ransum TNI ternyata bukanlah seorang tentara, melainkan seorang dokter.
-
Di mana TNI dibentuk? Dahulu TNI dibentuk dan dikembangkan dari sebuah organisasi bernama Badan Keamanan Rakyat (BKR).
-
Siapa yang kagum dengan kekuatan TNI? Gamal Abdul Nasser Adalah Sahabat Dekat Presiden Sukarno Keduanya menjadi pelopor gerakan Non Blok. Karena dekat, Nasser bicara terus terang pada Presiden Sukarno.
-
Apa yang terjadi pada anggota TNI di Bekasi? Seorang anggota TNI Angkatan Darat (AD) berinisial Praka S (27) tewas dengan luka-luka dan berlumuran darah di tubuhnya. Korban tewas setelah menjalani perawatan di Unit Gawat Darurat RSUD Kota Bekasi.
-
Siapa menantu Panglima TNI? Kini Jadi Menantu Panglima TNI, Intip Deretan Potret Cantik Natasya Regina Ini potret cantik Natasya Regina, menantu panglima TNI.
Jenderal Agum Gumelar mengisahkan penugasannya di Timor-Timur tahun 1982-1983. Agum saat itu masih berpangkat perwira menengah di Korps Baret Merah tersebut.
Menurut Agum dia diberi tugas mengurangi kekuatan Fretilin di Timor Timur. Ada dua cara yang bisa dilakukan, cari dan bunuh mereka. Atau sadarkan mereka untuk sama-sama membangun.
"Saya pilih cara kedua," kata Agum.
Kisah ini dituturkan Agum dalam biografinya yang berjudul Jenderal Bersenjata Nurani, diterbitkan Pustaka Sinar Harapan tahun 2004.
Mata Ditutup
Salah satu misi Agum dan pasukannya adalah menemui pemimpin Fretilin Vincencio Vieras yang bermarkas di Gunung Kablaque. Agum ingin menggunakan cara persuasif mengajak Vincencio untuk meletakkan senjata dan kembali ke masyarakat.
Pertemuan ini cukup menegangkan. Vincencio mau ditemui dengan syarat Agum tak membawa pasukan lengkap. Agum setuju, dia hanya membawa 10 prajurit Kopassus yang saat itu masih bernama Kopasandha. Sepanjang perjalanan, mata Agum dan anak buahnya harus ditutup.
"Saya sudah bersiap untuk kemungkinan terburuk yaitu mati. Tapi saya bilang ke anak buah saya, kalaupun kita harus mati, sebelum itu harus lebih banyak fretilin yang mati," kata Agum.
Namun untungnya tak terjadi hal apapun selama perjalanan. Agum bisa bertemu Vincencio dengan lancar. Dia pun meminta Fretilin berhenti berperang karena rakyat sudah mulai membangun. Fretilin pun tak lagi dapat dukungan internasional.
Cukup 10 Butir Peluru
Upaya persuasif TNI tak sia-sia. Ketika itu, banyak gerilyawan Fretilin yang kemudian turun gunung dan tak lagi mengangkat senjata.
Tak cuma itu, Agum pun tak mengizinkan anak buahnya membawa senjata dan amunisi yang banyak. Menurutnya hal itu tak berguna dan malah menciptakan kesan menakutkan bagi warga desa.
Setiap prajurit hanya dibekali 10 butir peluru. Selesai patroli dicek lagi berapa jumlah peluru yang terpakai.
"Karena sebagai pasukan khusus, satu peluru itu ya satu nyawa," jelas Agum.