Terungkap, Ini Jajanan Mahasiswa UI Tahun 1960-an
Mahasiswa zaman sekarang doyan nongkrong berjam-jam mengerjakan tugas di kafe. Menikmati kopi dan aneka makanan kekinian. Seperti apa di tahun 1960an?
Penulis: Arsya Muhammad
Tahun 1960an, Indonesia masih dipimpin Presiden Sukarno. Saat itu kondisi perekonomian sedang sulit. Jangan harap restoran, rumah makan atau ragam kuliner selengkap sekarang.
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Firman Lubis menceritakan bagaimana rasanya menjadi mahasiswa era Orde Lama. Termasuk kuliner langganan mahasiswa pada masanya kuliah dulu.
Ada beberapa kuliner yang menjadi langganan para mahasiswa FKUI yang kuliah di Salemba pada masa itu. Mulai dari soto daging atau gado-gado di Pasar Paseban. Ada juga restoran bakmi Mio-Seng di Jalan Salemba, atau ketoprak di Gang Tengah.
“Waktu itu belum banyak tempat makan yang bagus seperti sesudah tahun 1970an. Jenis makanannya pun masih terbatas dan cukup sederhana,” tulis Firman Lubis dalam buku Jakarta 1960an, Kenangan Semasa Mahasiswa yang diterbitkan Masup Jakarta.
-
Apa saja inovasi kuliner yang diciptakan oleh mahasiswa UNY? Selain tempe, mahasiswa Tata Boga UNY juga melakukan inovasi dengan memodifikasi makanan Gyoza atau pangsit mini dari Cina dengan ikan tongkol dan tepung mocaf menjadi Gyoza Mocaf Tongkol. Bila Gyoza dibuat dengan bahan dasar tepung terigu, mahasiswa UNY ini, Dimas Wahyu Nugroho, membuat kuliner itu dari bahan dasar tepung mocaf.
-
Siapa mahasiswa UGM yang berhasil lulus kuliah di usia termuda? Pada 29 Agustus lalu, Mia Yunita, mahasiswa prodi Kedokteran Hewan, Fakultas Kedokteran Hewan, berhasil menyelesaikan studinya. Ia berhasil menyelesaikan studi dalam waktu empat tahun. Namun di antara 3.627 wisudawan-wisudawati lainnya, Mia merupakan yang paling muda.
-
Siapa yang memasak makanan di Rutan Kelas IIB Garut? Para koki adalah warga binaan yang telah dilatih Makanan Bergizi Ruangan daur tempat memasaknya bersih dan rapi, nasi yang dimasak berasal dari beras medium.
-
Bagaimana hiu paus menelan makanannya? Hiu paus tidak memiliki gigi yang tajam dan panjang. Hal ini yang membuat mereka hanya bisa menelan makanan, seperti plankton, udang, dan ikan kecil secara utuh.
-
Mengapa mahasiswa UNY melakukan inovasi kuliner dengan tempe? Salma mengatakan, festival itu diadakan bukan sekedar untuk memilih makanan, namun juga demi mengambil langkah nyata untuk membangun kesehatan pribadi, merawat lingkungan, dan menciptakan masa depan yang lebih baik.
-
Apa yang menjadi menu andalan Rumah Makan Lintong sejak tahun 1962? Kedai ini bahkan sudah eksis dengan menu bakso andalannya sejak 1962.
Di tahun 1960an, warteg, soto atau sate madura, bakso, dan siomay, masih jarang ditemui. Tenda-tenda yang menyediakan pecel lele, atau ayam goreng, masih bisa dihitung dengan jari.
“Walau hanya sepotong, makan ayam goreng sudah dianggap mewah pada masa itu,” kenangnya.
Makanan Padang Mahal
Saat ini, rumah makan Padang menjamur di Jakarta. Mulai dari warung makan dengan paket murah Rp 10.000 hingga restoran yang mematok harga ratusan ribu per porsinya. Nah, di tahun 1960an, ternyata rumah makan Padang masih langka. Harganya pun cukup mahal untuk kalangan mahasiswa.
“Warung makan Padang belum sebanyak setelah tahun 1970an. Makan makanan Padang bagi mahasiswa zaman itu, terasa mahal. Sekali-sekali saja,” beber Firman Lubis.
Kue kegemaran mahasiswa pada masa itu adalah kue pancong. Kue ini terbuat dari adonan tepung yang dicampur gula dan kelapa. Cara memasaknya, adonan dimasukan dalam cetakan, dan setelah matang diangkat dengan kait besi seperti pancongan. Karena itu dinamakan kue pancong.
Harga kue ini cukup murah dan lumayan mengenyangkan untuk mahasiswa. Seperti makanan berat, pilihan kue pun terbatas di tahun 1960an. Aneka kue, cake, dan restoran siap saji belum bisa dibayangkan pada masa itu.
Kafetaria Kampus Jadi Andalan
Jajan di luar kampus seperti di atas, relatif jarang dilakukan mahasiswa FKUI ketika itu. Jadwal perkuliahan yang padat membuat mereka lebih sering makan di kafetaria atau kantin kampus.
Kafetaria ini dikelola oleh Senat Fakultas. Karena itu harga makanan bisa ditekan sesuai kantong mahasiswa. Pilihan makanannya pun cukup bervariasi.
“Ada gado-gado, sup, nasi rames, tahu dan tempe yang bisa diambil sendiri,” tuturnya.
Kantin ini menjadi andalan para mahasiwa untuk mengganjal perut di tengah-tengah perkuliahan.
Siapa yang sangka, anggota senat mahasiswa yang mengurusi makanan di kantin tersebut kelak menjadi seorang menteri.
“Yang mengurusi kafetaria saat itu Abdul Gafur, kemudian jadi Menpora di era orde Baru,” tutup Firman Lubis.
- Bekal Makan Siswa Ini Beda Banget Dari yang Lain, Aksinya di Kelas Ramai Disorot
- Mahasiswa di Kupang Perkosa Teman Satu Kos karena Cinta Ditolak Berkali-kali
- Mahasiswa Dibacok di Jaktim, Ratusan Teman Korban Geruduk Permukiman Diduga Tempat Pelaku Sembunyi
- 11 Mahasiswa Vokasi Undip Keracunan Makanan saat PMB