Sudah Ada Sejak 200 Tahun Lalu, Tari Rayak-Rayak Gambarkan Cara Anak Muda Sukabumi Bersyukur
Tari Rayak-rayak jadi salah satu kesenian tertua di Sukabumi.
Tari Rayak-rayak jadi salah satu kesenian tertua di Sukabumi.
Sudah Ada Sejak 200 Tahun Lalu, Tari Rayak-Rayak Gambarkan Cara Anak Muda Sukabumi Bersyukur
Tradisi lokal seringkali merekam laku lampah dari masyarakat di suatu daerah. Ini biasanya tertuang menjadi sebuah bentuk ekspresi seperti yang bisa dilihat di tari Rayak-rayak.
Tari ini merupakan kesenian asli wilayah Sukabumi, dan menjadi warisan turun temurun dari nenek moyang.
-
Sapa sing iso ngerti tebak-tebakan lucu Jawa? Tebak-tebakan dalam bahasa Jawa dapat menjadi sarana untuk memahami kebudayaan yang satu ini.
-
Kapan Sumatra Thawalib resmi didirikan? Pada tahun 1918, nama Koperasi Pelajar berubah menjadi Sumatra Thawalib yang dicanangkan oleh Ichwan, El Yunusy, Jalaluddin Thalib, dan Inyiak Mandua Basa pada tahun 1919.
-
Kapan Masjid Raya Sumatra Barat diresmikan? Awal pembangunan masjid ini ditandai dengan peletakan batu pertama pada 21 Desember 2007 silam.
-
Kapan Prabowo tiba di Sumatera Barat? Calon Presiden (Capres) nomor urut 2 Prabowo Subianto tiba di Bandara Internasional Minangkabau (BIM) Padang Pariaman pada Sabtu (9/12) pagi.
-
Bagaimana Sobikhan merawat sawo raksasa? “Seiring berjalannya waktu, kita pupuk MPK sebulan sekali dengan dosis satu sendok per satu ember. Setelah pohon tambah besar, kita tambah dosisnya lagi 2-3 sendok,” kata Sobikhan dikutip dari kanal YouTube Cap Capung.
-
Kapan Kirab Kebo Bule di Surakarta diadakan? Surakarta memiliki tradisi pada perayaan malam 1 Suro atau bisa disebut malam tahun baru Hijriah.
Menariknya, tari Rayak-rayak tak hanya menampilkan gerakan tari yang lincah dan energik, namun juga menyiratkan tata krama anak muda salah satunya untuk bersyukur.
Tarian ini dilakukan oleh dua orang, yakni laki-laki dan perempuan, dengan aturan tidak bersentuhan dan membawa pesan kebaikan. Berikut selengkapnya.
Ditarikan secara energik
Melansir YouTube Budaya Jabar, Senin (11/9), tarian ini dilakukan oleh sepasang laki-laki dan perempuan dengan gerakan yang berbeda.
Ini cukup berbeda dari tarian kelompok lainnya, di mana gerakan dari masing-masing penarinya diharuskan sama.
Tarian yang dilakukan perempuan sedikit mirip Jaipong, karena dilakukan secara lincah. Hal yang sama juga ditampilkan oleh penari laki-laki yang mengimbangi ketukan rampak kendang.
Bentuk rasa syukur kaum muda
Disebutkan bahwa tari Rayak-rayak Sukabumian ini merupakan penggambaran dari rasa syukur oleh kaum muda di sana.
Ini terlihat dari gerakannya yang banyak menyibakkan tangan sebagai tanda bentuk sorak sorak bergembira. Ini diartikan sebagai bentuk rasa syukur yang dihadirkan melalui ekspresi tarian suka cita.
Ini juga terlihat dari arti nama Rayak-rayak, yang merupakan kata ulang dari rayak, berasal atau eak-eakan dalam bahasa Sunda dan mengarah ke bentuk ketenangan karena selalu merasa cukup.
Berusia 200 tahun
Merujuk laman pkn.id/pkd/sukabumi-kota/, tidak diketahui secara pasti awal mula munculnya tarian tersebut.
Namun Rayak-rayak diyakini sudah berusia lebih dari 200 tahun, dan kini masih terus dilestarikan oleh pegiat seni dan sanggar-sanggar yang ada di sana.
Disebutkan bahwa tarian ini sempat mengalami puncak kejayaannya di tahun 1980-an. Saat itu tari Rayak-rayak banyak dipentaskan di acara-acara kebudayaan.
- Tega, Bapak Ini Rudapaksa Anak Kandung Hingga Hamil 4 Bulan
- Pilu Ibu Dua Anak di Bogor Dicerai Suami Gara-Gara Ayam Mati, Begini Ceritanya
- Tingkah Jahil Rafathar Ambil Alih Kasur Sang Adik, Rayyanza Gak Rela Sampai Nangis Kejer
- Kasus Ayah Bunuh Anak di Kediri: Saat Pingsan Korban sempat Diperkosa, Lalu Ditenggelamkan
Tampilkan tata krama remaja Sukabumi.
Daya tarik lainnya adalah tarian ini mampu menunjukkan tata krama yang baik dari remaja Sukabumi.
Ini dibuktikan dari tidak adanya saling bersentuhan, baik dari penari laki-kaki ke perempuan ataupun sebaliknya.
Tarian Rayak-rayak juga mewakili citra dari Sukabumi yang ramah, subur, sopan santun dan adaptif, lewat Reugreug Pageuh Repeh Rapih, atas segala anugerah-Nya, panen melimpah, masyarakatnya sehat sejahtera, petani mukti (berhasil), pedagang senang, masyarakat aman, damai, towong rampog (tidak ada perampok), dan suda bégal (tidak ada pencurian).
Untuk wajahnya, penari pria diberi riasan berupa alis dan kumis, sebagai identitas
Untuk penari perempuan, busana yang dikenakan adalah pakaian tradisional Sunda, lengkap dengan sanggul dan kain batik yang pasang di pinggang.