Cara Unik Warga Warunggunung Lebak Protes Jalan Rusak Pakai Gapura, Tuliskan Kalimat Satire
Kondisi jalan begitu parah, yakni berlubang dan bergelombang besar. Akibat kerusakan ini, beberapa pengguna roda dua yang melintas sampai mengalami kecelakaan.
Hampir 20 tahun lamanya jalan di Kampung Citundun, Desa Banjarsari, Kecamatan Warunggunung, Kabupaten Lebak mengalami kerusakan amat parah. Lama tak diperbaiki, warga kemudian berinisiatif melakukan protes dengan cara unik yakni melalui gapura.
Di momen peringatan kemerdekaan Indonesia, mereka tak hanya merayakannya dengan antusias, namun juga menuntut agar pemerintah setempat memperhatikan kondisi lingkungan sekitar.
-
Apa yang terjadi di jalan rusak di Lebak? Belasan emak-emak di Lebak, Banten, tampak membawa cangkul, topi caping, dan bakul berisi benih padi. Bukan di sawah, mereka menanam benih padi di tengah jalan yang digenangi air.
-
Bagaimana kondisi jalan rusak di Lebak? Kondisi jalan yang tidak beraspal dan lembek membuat roda belakang seringkali selip bahkan sampai harus dibantu warga yang melintas.
-
Kenapa emak-emak di Lebak menanam padi di jalan? Warga kemudian bergerak melakukan protes, agar keluhannya didengar dan perbaikan jalan secara layak bisa segera dilakukan.
-
Kapan Jalan Tol Semarang-Batang diresmikan? Pada 20 Desember 2018, Jalan Tol Semarang-Batang telah diresmikan oleh Presiden Joko Widodo di Jembatan Kalikuto bersama dengan ruas tol Pemalang-Batang dan Salatiga-Kartasura.
-
Dimana jalan rusak yang diprotes warga? Rombongan Bupati Grobogan yang melintasi Desa Pandanharum, Kecamatan Gabus, Grobogan, dihadang oleh warga.
-
Di mana lokasi demo warga mengenai jalan rusak? Pada Minggu (17/3), warga di sepanjang Jalan Godean, tepatnya di Desa Sumberarum, Kecamatan Moyudan, Sleman, bersama satuan Jaga Warga mengadakan arak-arakan dengan membawa banner.
Kondisi jalan begitu parah, yakni berlubang dan bergelombang besar. Akibat kerusakan ini, beberapa pengguna roda dua yang melintas sampai mengalami kecelakaan.
Berikut informasinya.
Protes Menggunakan Gapura
Seperti tampak di lokasi, warga terlihat memadati gapura buatan yang dibangun untuk memeriahkan peringatan kemerdekaan 17 Agustus.
Mereka menyuarakan tuntutan kepada pemerintahan setempat agar jalan yang sudah puluhan tahun terbengkalai diperhatikan.
Terlihat bapak-bapak dan ibu-ibu menyampaikan pesan dan harapannya agar warga bisa kembali menikmati jalan yang layak untuk dilewati.
- Warga Sekitar Tidak Dengar Letusan Pistol saat Anggota Polres Manado Bunuh Diri
- Mudik Lebaran 2024, Pemudik di Lampung Antre 3 Jam untuk Masuk Kapal ke Merak
- Dahsyatnya Kecelakaan Angkot Tabrak Pospol di Jagakarsa: tembok Bolong dan Penumpang Terpental Keluar
- Kondisi Jalan Rusak Berat, Harta Kekayaan Camat Parung Panjang Kini jadi Sorotan
Gapura yang dibangun juga mencolok yakni dicat berwarna merah putih, dengan hiasan bendera dan balon.
Menuliskan Kalimat Satire
Terlihat di bagian atas gapura tertulis kalimat satire atau sindiran agar masyarakat yang melintas mengetahui kondisi jalan yang lama tidak diperhatikan.
Warga diketahui menuliskan kalimat “Selamat Menikmati Jalan Rusak” dengan ukuran besar, sehingga bisa dibaca siapapun yang melintas dengan jelas.
“Ini kami buat karena resah dan sudah lama rusak tapi dibiarkan, kami pengennya ini di-hotmix atau gimana gitu,” ucap seorang warga, Yadi, mengutip Youtube SCTV Banten, Selasa (20/8).
Saat Cuaca Panas Berdebu, di Musim Hujan Tergenang Air
Kerusakan parah ini dirasa menyusahkan warga dan pengguna jalan. Sebab saat musim kemarau seperti sekarang, debu berterbangan dan mengganggu pernapasan.
Di musim hujan, kondisinya lebih parah lagi. Terdapat banyak genangan air hingga menimbulkan kubangan. Kendaraan lantas kesulitan untuk melintas dengan nyaman.
“Kondisinya ini sudah 20 tahun ya rusaknya, kurang lebih,” terang Yadi
Sering Sebabkan Kecelakaan
Akibat kerusakan tersebut, sejumlah pengendara roda dua sempat mengalami kecelakaan di lokasi. Terparah, ada pemotor yang terperosok ke parit pinggir sawah.
“Keresahannya, karena banyak yang kecelakaan, lalu ada yang jatuh sampai ke pinggir irigasi juga,” tambah Yadi.
Warga lain, Euis mengaku kecewa lantaran jalan di desanya itu tak pernah diperbaiki. Pasalnya, jalan tersebut merupakan jalur alternatif. Saat ada perbaikan di jalan utama, kendaraan dialihkan ke sini.
“Ini kan jalan alternatif, kok malah nggak dibangun. Padahal waktu jalan utama dibangun, lewatnya pada ke sini,” ucap Euis.