Dinkes Kota Bandung Minta Warga Waspada Difteri Usai Mewabah di Garut, Kenali Cirinya
Mendapati kondisi demikian, Pemerintah Kota Bandung, melalui dinas kesehatan setempat meminta warganya agar mewaspadai penyakit tersebut melalui ciri-ciri yang ditimbulkan.
Penyakit difteri melanda Kecamatan Pangatikan, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Berdasarkan SK Bupati Garut nomor 100.3.3.2/KEP.91-DINKES/2023, tanggal 20 Februari 2023, wilayah tersebut kini berstatus Kejadian Luar Biasa (KLB) difteri, dengan total 8 orang meninggal dunia.
Mendapati kondisi demikian, Pemerintah Kota Bandung, melalui dinas kesehatan setempat meminta warganya agar mewaspadai penyakit tersebut melalui ciri-ciri yang ditimbulkan.
-
Apa isi dari surat kabar *Bataviasche Nouvelles*? Mengutip dari berbagai sumber, isi konten tulisan yang ada di surat kabar Bataviasceh Nouvelles ini mayoritas adalah iklan. Ada pula beberapa terbitannya juga memuat aneka berita kapal dagang milik VOC.
-
Kenapa berita hoaks ini beredar? Beredar sebuah tangkapan layar judul berita yang berisi Menteri Amerika Serikat menyebut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bodoh usai Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 diserang hacker beredar di media sosial.
-
Kapan nama surat kabar Benih Merdeka diubah? Akhirnya pada tahun 1920, ia mengubah nama menjadi "Mardeka".
-
Apa nama surat kabar pertama yang terbit di Jogja? Melalui sebuah unggahan pada 9 Mei 2024, akun Instagram @sejarahjogya menampilkan dua surat kabar yang pertama kali terbit di Jogja. Koran satu bernama “Mataram Courant” dan satunya lagi bernama “Bintang Mataram”.
-
Apa kabar terbaru dari Nunung? Nunung bilang badannya sekarang udah sehat, ga ada keluhan lagi dari sakit yang dia alamin. Kemo sudah selesai "Nggak ada (keluhan), karena kemo-nya sudah selesai sudah baik, aman, Alhamdulillah," tuturnya.
-
Apa isi dari surat kabar Soenting Melajoe? Terbit pertama kali pada 10 Juli 1912, isi dari surat kabar Soenting Melajoe ini seperti tajuk rencana, sajak-sajak, tulisan atau karya mengenai perempuan, hingga tulisan riwayat tokoh-tokoh kenamaan.
Menurut dr. Ira Dewi Jani, selaku Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung, penyakit ini cukup berbahaya karena bisa menular. Berikut selengkapnya.
Mudah Menular Melalui Air Liur
©2023 Dokumentasi Pemkot Bandung/Merdeka.com
Menurut Ira, difteri memiliki karakteristik mirip Covid-19. Penyakit ini bisa berpindah dari pihak satu ke pihak lainnya melalui cipratan air liur atau droplets saat bersin, batuk maupun berbicara.
Dikatakannya, jika penyakit ini disebabkan oleh bakteri Corynebacterium dan menjadi penting untuk mencegah penularan sehingga menjadi wabah di Kota Bandung, Jawa Barat.
"Imunisasi itu dapat mencegah dia (difteri) bermanifestasi. Sehingga meski potensi tertular itu tetap ada tapi tidak menimbulkan manifestasi klinis atau saat anak tertular atau bergejala tidak menimbulkan komplikasi yang hebat atau kematian," kata Ira, Selasa (28/2) merujuk laman Pemkot Bandung.
Tunjukkan Gejala Seperti Demam sampai Sakit saat Menelan
Berdasarkan pendalaman Dinkes, penyakit difteri juga bisa memunculkan gejala layaknya demam pada umumnya seperti peningkatan suhu tubuh. Namun di beberapa kasus justru tidak menunjukkan gejala itu.
Lalu ada juga kondisi lainnya seperti sakit saat menelan, sesak napas sampai batuk pilek. Gejala pasti dari difteri disebut sulit dideteksi sebab keluhannya berbeda-beda dari tiap penderita dan beragam.
"Gejala-gejala tersebut karena kuman difteri membentuk selaput berwarna abu keputihan di tenggorokan pasien. Itu yang menyebabkan sakit tenggorokan dan jika sudah parah bisa mengganggu pernafasan, atau berliur terus," ungkapnya.
Ira kemudian menekankan agar seseorang dengan kondisi demikian bisa segera dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat sehingga bisa ditangani sedini mungkin.
Tak Hanya Menyerang Anak tapi Orang Dewasa
Penanganan difteri, harus dilakukan layaknya seperti Covid-19 lalu. Ia kemudian menyarankan untuk segera mencari kontak erat dari penderita, dan pasien harus segera diisolasi sampai benar-benar diketahui penyebabnya terkait difteri atau bukan.
"Setelah kita mencurigai secara klinis difteri, harus segera dicari kontak eratnya dan yang bersangkutan harus diisolasi sampai memang dibuktikan ia tidak terkonfirmasi. Mirip seperti Covid-19," paparnya.
Dinkes juga menganalisis jika difteri sangat mungkin menyerang orang dewasa, tidak hanya anak-anak. Ini bisa dimungkinkan karena imunisasi yang belum lengkap atau adanya indikasi lainnya.
"Makanya dua kasus yang dilaporkan secara klinis ini alhamdulillah hasil akhirnya adalah hidup sehat kembali. Sebab yang dikhawatirkan itu jika mereka mengalami komplikasi berat akibat dari kurang lengkapnya imunisasi yang dulu dilakukan," ujarnya.
Masyarakat kemudian diimbau agar disiplin menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS), dan tetap melaksanakan protokol kesehatan yang berlaku di masa pandemi Covid-19 seperti mencuci tangan dan tetap memakai masker.
"Khusus untuk anak balita dan anak sekolah, harap dilengkapi lagi imunisasi DPT, kenali gejala dan tanda untuk mendeteksi dini difteri," imbuhnya.
Kejadian Luar Biasa Difteri di Garut
Imunisasi difteri ©2021 Merdeka.com/antara
Sebelumnya, Pemerintah Kabupaten Garut, Jawa Barat melalui Dinkes setempat melaporkan adanya 73 orang yang diketahui terpapar difteri. Mereka mengalami sejumlah gejala seperti batuk akut, demam, lemas, dan pembengkakan kelenjar getah bening selaput lendir.
Dari situ, 8 di antaranya dilaporkan meninggal dunia dan 3 orang dirawat di rumah sakit. Desa Sukahurip, Kecamatan Pangatikan, Kabupaten Garut menjadi lokasi penyebaran terbanyak.
Dari kasus itu, mayoritas adalah anak-anak sehingga Dinkes meminta masyarakat mewaspadai penyebarannya. Sebagai bentuk penanganan, pemerintah setempat akan melakukan vaksinasi massal guna memutus mata rantai penyebaran.