Dipandang Sebelah Mata karena Janda, Ini Kisah Nyai Gan Djie Kapitan Tionghoa yang Sukses Pimpin Perdagangan Batavia
Namun nyatanya, sosok Kapitan bernama Nyai Gan Djie yang dipandang sebelah mata itu justru membantu perkembangan ekonomi di Batavia.
Di zaman dulu, pemerintah Belanda banyak membuat permukiman untuk warga berdasarkan etnis suku dari mana dia berasal. Di Kota Batavia misalnya, etnis Tionghoa menjadi komunitas yang menjalankan roda kehidupan sosialnya secara dominan.
Agar bisa bersinergis dengan kepemimpinan kolonial, dibentuklah sosok serupa pemimpin etnis yang biasanya dikenal sebagai Kapitan. Warga Tionghoa akan tunduk dan patuh atas perintah dari pemimpinnya itu.
-
Kapan Kota Tua Jakarta didirikan? Sejarah Kota Tua Jakarta berawal pada 1526, ketika Fatahillah, seorang komandan dari Kesultanan Demak, menyerang Pelabuhan Sunda Kelapa yang merupakan milik dari Kerajaan Pajajaran.
-
Siapa Tjoa Tjwan Djie? Tjoa Tjwan Djie merupakan pemilik pabrik gula Tjandi dan Porong di Sidoarjo, Jawa Timur yang berdiri jauh sebelum Indonesia merdeka.
-
Kapan Ganjar Pranowo menemani Kaisar Jepang berkeliling Candi Borobudur? Pada Kamis (22/6), Kaisar Jepang, Hironomiya Naruhito berkunjung ke Candi Borobudur.
-
Kapan Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo lahir? Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo lahir pada 7 Januari 1905, di Cepu, Jawa Tengah.
-
Kenapa Kota Tua Jakarta disebut Batavia? Kota Tua Jakarta, yang dahulu dikenal sebagai Batavia pada masa penjajahan Belanda, menghadirkan petualangan yang memikat bagi mereka yang ingin menjelajahi kekayaan sejarah dan keajaiban arsitektur kolonial.
-
Kapan Museum Batubara Tanjung Enim diresmikan? Melansir dari situs resmi ptba.co.id, Museum Batubara di Tanjung Enim ini baru diresmikan pada tahun 2022 lalu.
Namun ada suatu masa, di mana kepemimpinan kapitan tidak dihargai. Bukan karena kinerjanya yang tidak bagus, melainkan karena sosoknya yang merupakan perempuan.
Sayangnya, warga Tionghoa saat itu juga banyak yang menganut paham patriarki sehingga mereka akan menolak dengan keras ketika kekuasaan kapitan dipegang bukan oleh laki-laki. Nyatanya, sosok Kapitan bernama Nyai Gan Djie yang sempat dipandang sebelah mata itu justru membatu perkembangan ekonomi di Batavia. Begini kisahnya.
Kepemimpinannya Bermula saat Sang Suami Wafat
Merujuk catatan “Chineesche Officieren Te Batavia Onder De Compagnie” dalam laman jstor.org disebutkan bahwa kepemimpinan Nyai Gan Djie bermula ketika sang suami Gan Djie Ko wafat.
Gan Djie Ko yang oleh komunitasnya dikenal dengan nama Siqua ini sebelumnya menjabat sebagai kapitan selama beberapa periode. Setelah Siqua wafat pada 1666, terjadi kekosongan kepemimpinan karena Gubernur Jenderal yang berkuasa saat itu Joan Maetsuycker kurang menghargai adanya komunitas Tionghoa.
Namun di masa kekosongan itu, sang istri lah yang menggantikannya selama 12 tahun dan dipandang sebelah mata.
- Kisah Ipik Gandamana, Tokoh Bangsa yang Jadi Bupati Bogor Pertama
- Mengenal Sosok Ribka Haluk, Satu-satunya Pj Gubernur Wanita di Papua yang Curi Perhatian
- Baku Tembak di Intan Jaya, TNI Pukul Mundur OPM Pimpinan Apeni Kobogau
- Daerah Permukiman Penduduk di Jakarta Ini Dulunya Jadi Tempat Hukuman Gantung Era Batavia, Begini Penampakannya Kini
Dikucilkan Karena Janda dan Jadi Selir di Bali
Ada banyak alasan mengapa Nyai Gan Dji dikucilkan oleh warga Tionghoa, salah satu di antaranya karena ia merupakan perempuan. Di mata komunitasnya, perempuan hanya boleh beraktivitas di ranah domestik.
Perempuan dianggap lemah dan tidak memiliki daya untuk memimpin. Perempuan akan dipandang terhormat ketika ia mampu membina rumah dengan baik, mulai dari memasak, mengurus anak hingga melayani suami.
Selain itu, Nyai Gan Djie merupakan seorang janda dan selir dari Bali sehingga harga dirinya semakin dianggap rendah hingga masa kepemimpinannya tidak dihargai. Namun, rupanya, ia bisa membuktikan bahwa kepemimpinannya bisa membantu pertumbuhan ekonomi di wilayah Batavia.
Majukan Perdagangan di Batavia
Merujuk tulisan Mona Lohanda berjudul “The Kapitan Cina Of Batavia 1837 – 1942” walau kurang dihargai, nyatanya Nyai Gan Djie mampu membuktikan bahwa perempuan bisa setara dan menjadi seorang pemimpin.
Selama dirinya memimpin terjadi perubahan-perubahan yang cukup terasa, seperti mudahnya urusan kematian, memperoleh tempat tinggal, bantuan kesehatan sampai keringanan pungutan pajak.
Bahkan dalam catatan Onghokham di bukunya yang berjudul “Riwayat Tionghoa Peranakan di Jawa” dikatakan bahwa Nyai Gan Djie mampu mengerjakan pekerjaan laki-laki, termasuk menguasai perdagangan di Batavia yang kala itu tengah berkembang pesat.
Dipandang Kurang Baik dalam Kepercayaan Tionghoa
Mona menambahkan alasan lain mengapa kepemimpinan Nyai Gan Djie tidak disukai, karena ia dianggap membolak balikkan Yin and Yang yang menjadi simbol religiusitas masyarakat Tionghoa.
Kemudian, latar belakangnya yang merupakan seorang budak di Bali, lalu dijadikan selir oleh Gan Djie Ko membuat Nyai Gan Djie tidak pernah didengar. Walau begitu, secara kendali kepemimpinan dia tegas dan bijaksana.
Nyai Gan Djie menjadi salah satu bukti bahwa perempuan bisa menjadi sosok yang setara dengan laki-laki. Ia juga berhasil menjalankan tugas sebagai kapitan, dan mematahkan pandangan patriarki bahwa perempuan terutama dari kalangan budak adalah pribadi yang lemah.