Intip Keunikan Gamelan Kodok Ngorek Peninggalan Sunan Kalijaga di Cirebon, Hanya Dibunyikan saat Musim Kemarau
Biasanya, Sunan Kalijaga membunyikan ini saat masuk musim kemarau yang berkepanjangan.
Biasanya, Sunan Kalijaga membunyikan ini saat masuk musim kemarau yang berkepanjangan.
Intip Keunikan Gamelan Kodok Ngorek Peninggalan Sunan Kalijaga di Cirebon, Hanya Dibunyikan saat Musim Kemarau
Di abad ke-15 pemerintahan Sunan Gunung Jati tengah berupaya mengenalkan Agama Islam kepada seluruh masyarakat di Cirebon, serta seluruh wilayah Jawa Barat. Saat itu, masih terdapat pengaruh kuat Hindu dan Buddha dari Kerajaan Pajajaran yang dipimpin oleh Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi.
Banyak masyarakat yang merasa puas atas pemerintahan dari Raja Prabu Siliwangi lantaran mampu menata wilayah melalui pembangunan jalan, irigasi sampai perlindungan hutan. Bukti kepuasan rakyat Sunda atas pemerintahan tersebut kemudian tertuang dalam Prasasti Huluhayeuh yang ada di area persawahan dekat Kabupaten Kuningan.
-
Siapa artis yang memiliki keturunan dari Keraton Kasunanan Surakarta? Maia Estianty, seorang musisi ternama dan pengusaha sukses, mewarisi kekayaan sejarah keluarganya. Ia adalah cucu dari salah satu tokoh sejarah Indonesia yang terkemuka, HOS Cokroaminoto, dan memiliki keturunan dari Keraton Kasunanan Surakarta.
-
Kapan Museum Wayang Sendang Mas diresmikan? Dilansir dari Liputan6.com, museum ini diresmikan pada 31 Desember 1983 dengan mendatangkan ketua Senawangi (Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia) pada waktu itu.
-
Kapan Keraton Surakarta dibangun? Keraton ini didirikan oleh Susuhunan Pakubuwono II sebagai pengganti Keraton Kartasura yang hancur karena adanya peristiwa Geger Pecinan pada tahun 1743.
-
Kapan tradisi Gamelan Sekaten dimainkan? Dikutip dari Indonesia.travel.id, Alunan Gamelan yang berada di sekitar area Keraton Kasepuhan Cirebon, menjadi penanda bahwa umat Muslim di Cirebon merayakan hari kemenangan. Rangkaian Gamelan dibunyikan sesaat setelah sultan Keraton Kasepuhan keluar dari Masjid Agung Sang Cipta Rasa.
-
Apa yang dikerjakan pada ritual pencucian gong Sekati di Keraton Kanoman? Dalam acara yang dilaksanakan pada Minggu (24/9) itu ratusan warga setempat memadati area keraton yang dijadikan tempat untuk memandikan gamelan. Yang menarik, air cucian dari gamelan menjadi buruan warga yang hadir.
-
Kapan Grebeg Maulud di Keraton Surakarta diadakan? Acara ini digelar dalam rangka peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Tradisi tahunan ini sudah dimulai sejak lama.
Di sisi lain, Sunan Gunung Jati mulai berupaya mengenalkan ajaran Islam yang dianggap lebih baik. Agar masyarakat menerima, digunakanlah berbagai media salah satunya kesenian yang dibantu oleh Sunan Kalijaga.
Salah satu bukti peninggalan Sunan Kalijaga di Cirebon adalah seperangkat Gamelan Kodok Ngorek yang kini tersimpan utuh di Museum Benda Pusaka Keraton Kasepuhan.
Upaya Mengenalkan Ajaran Islam dengan Kesenian
Di museum tersebut terdapat sejumlah bukti Sunan Kalijaga yang membantu Sunan Gunung Jati untuk mengenalkan ajaran Islam di wilayah Cirebon dan Jawa Barat.
Ketika itu, mereka memakai media kesenian berupa wayang hingga seperangkat gamelan yang kehadirannya selalu dinanti oleh lapisan masyarakat.
Mengutip YouTube Niskala Nusantara, wayang kulit dan gamelan selalu menjadi daya tarik warga sehingga dengan digunakannya media ini, masyarakat akan tertarik untuk mengenal ajaran Islam lebih dalam.
Hal ini kemudian terbukti, lantaran pementasan gamelan di wilayah keraton selalu dipadati oleh warga yang penasaran salah satunya gamelan Kodok Ngorek yang unik.
Gamelan Kodok Ngorek Warisan Sunan Kalijaga
Gambar di atas merupakan seperangkat Gamelan Kodok Ngorek peninggalan Sunan Kalijaga di Cirebon.
(Foto: Youtube Niskala Nusantara)
Gamelan ini terdiri dari beberapa instrumen berupa kenong, saron dan beberapa logam pipih yang menghasilkan bunyi.
Menurut pengelola museum, gamelan ini tidak bisa dibunyikan sembarangan dan hanya di waktu tertentu saja. Biasanya, Sunan Kalijaga membunyikan ini saat masuk musim kemarau yang berkepanjangan.
Karena sudah ada sejak tahun 1500 masehi, maka kondisinya sudah tidak utuh. Beberapa bagiannya terlepas dengan kayu yang keropos.
- Cara Unik Warga Lombok Peringati Maulid Nabi, Kompak Menumbuk Padi Diiringi Musik Gamelan
- Konflik Lagi, Keraton Surakarta Laporkan Dugaan Pengeroyokan Saat Pembukaan Sekaten
- Gamelan Kodok Ngorek Peninggalan Sunan Kalijaga Bentuknya Unik Terbuat dari Kayu Jati
- Dapat Dukungan dari Pesilat, Ganjar Tekankan Pentingnya Membangung Seni dan Kebudayaan
Sebagai Pemanggil Hujan
Adapun fungsi Gamelan Kodok Ngorek sebagai pemanggil hujan. Sunan Kalijaga membunyikannya sembari melantunkan doa dan salawat ke Nabi Muhammad SAW. Atas izin Allah, maka hujan kemudian mengguyur wilayah Cirebon.
Menurut asal usulnya, nama Kodok Ngorek dipercaya berasal dari bunyi kodok dari area persawahan saat turun hujan. Kodok juga identik dengan hewan yang hidup di kawasan basah, sehingga membawa karunia hujan dengan izin yang di atas.
Merujuk YouTube Buyut Cirebon Channel, keunikan dari gamelan ini juga terlihat dari motifnya yang menyerupai kodok, serta kereta naga di perangkat kayu gamelan. Selain itu, ukuran gamelan juga tidak terlalu besar sehingga mudah dibawa-bawa.
Jejak Dakwah Sunan Kalijaga di Cirebon
Sementara itu, Sunan Kalijaga diketahui sempat beberapa kali singgah di Cirebon. Ia kemudian mendirikan beberapa petilasan, sebagai tempat peristirahatan selama mengenalkan ajaran Islam bersama Sunan Gunung Jati.
Sunan Kalijaga atau As Syekh Said pernah menjadi bagi dari wilayah Cirebon dan Jawa Barat di abad ke-14 atau 15. Setelah menunaikan tugasnya, Sunan Kalijaga pindah ke Kadilangu, Kabupaten Demak.
Petilasan Sunan Kalijaga terletak tak jauh dari kawasan Harjamukti, dengan tersisa beberapa bangunan sebagai tempatnya bertawasul. Di sana juga terdapat sumur keramat yang dipercaya masyarakat memiliki karomah.
Alasan Sunan Kalijaga turut berdakwah di Cirebon dan Jawa Barat karena pada masa itu pengaruh Hindu masih sangat kental, dengan masyarakatnya yang juga menyukai hiburan gamelan serta wayang.
Agar menarik minat, Sunan Kalijaga mengubah cerita Mahabarata dan menggantinya dengan tokoh Islam.