Kisah Sarma 'Sang Pembuka Jalan' Masuknya Agama Kristen di Banten
Sarma dikenal sebagai warga asli Desa Cikuya, Kecamatan Solear, Kabupaten Tangerang yang bekerja sebagai mandor perkebunan. Ia bersama warga lain bernama Minggu, dibaptis oleh seorang missionaris Belanda sekaligus pendeta dari Batavia di tahun 1855.
Tanah Banten memiliki sejarah terkait penyebaran agama Kristen yang cukup berpengaruh di Tatar Sunda. Perkembangan tersebut didukung para missionaris lokal, seperti sosok Sarma dan keluarga.
Sarma dikenal sebagai warga asli Desa Cikuya, Kecamatan Solear, Kabupaten Tangerang yang bekerja sebagai mandor perkebunan. Ia bersama warga lain bernama Minggu, dibaptis oleh seorang missionaris Belanda sekaligus pendeta dari Batavia di tahun 1855.
-
Bagaimana para jawara Banten mendapatkan kekuatannya? Kekuatan magis yang dimiliki para jawara ini bersumber dari para kiai melalui bimbingan khusus. Ilmu-ilmu yang dimanfaatkan untuk memukul mundur penjajah di antaranya brajamusti, kanuragan, dan ilmu kebal.
-
Apa saja yang ditemukan di Situs Banten Girang sebagai bukti peradaban di masa lampau? Di area tersebut terdapat kompleks bangunan, arca hingga makam dari tokoh agama yang cukup berpengaruh kala itu.
-
Kenapa Banten disebut tanah jawara? Para jawara berada di bawah komando para ulama dan kiai yang saat itu menjadi sumber kekuatan sosial dan spiritual di Banten. Para kiai ini memiliki dua kategori murid, yang pertama adalah para santri yang terus masif menyebarkan agama Islam untuk mengusir penjajah. Lalu murid kedua adalah para jawara yang fokus menangani perlawanan secara fisik dan spiritual.
-
Bagaimana pernyataan tersebut dibantah? Seorang dokter kulit di negara bagian Maryland, AS yang berspesialisasi dalam terapi cahaya untuk penyakit kulit membantah klaim kacamata hitam yang dikaitkan dengan kanker."Apakah kacamata hitam yang menghalangi sinar UV bersifat melindungi? Ya. Apakah ada bukti bahwa memakai kacamata hitam berbahaya bagi kesehatan mata atau kulit? Tidak," dikutip dari AFP.
-
Apa isi dari surat kabar *Bataviasche Nouvelles*? Mengutip dari berbagai sumber, isi konten tulisan yang ada di surat kabar Bataviasceh Nouvelles ini mayoritas adalah iklan. Ada pula beberapa terbitannya juga memuat aneka berita kapal dagang milik VOC.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
Dalam upayanya menyebarkan agama, Sarma dibantu oleh para keturunan dan mantunya. Sayangnya, walau memiliki upaya yang kuat, misi "gospel"-nya tak berjalan mulus. Hasilnya, menyisakan komunitas yang terpencar bernama Kristen Cikuya. Melansir buku Misionarisme di Banten karya Mufti Ali, berikut sepenggal kisah sejarah penyebaran agama Kristen di Banten.
Sarma dan Peneluran Ajaran Kristen di Keluarga
Gereja Panghareupan di Bogor ©2021 Buku Misionarisme di Banten/ Merdeka.com
Mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Claude Guillot (2008), penyebaran agama Kristen di Banten dimulai setelah Belanda mengirimkan dua lembaga misionaris bernama GIUZ (Genootschap voor In en Uitwendige Zending) dan NZV (Nederlandsche Zending Vereeniging) antara tahun 1854 sampai 1942.
Saat itu, para tenaga penginjil mulai masuk ke kampung-kampung di wilayah Banten, tak terkecuali di Kampung Jengkol, Desa Cikuya. Pada masa itu, sekolah kerohanian didirikan oleh pemilik perusahaan perkebunan lokal yang cukup ternama di sana, bernama Reesink dan Adolf Muhlnickel (mandor).
Keberadaan sekolah tersebut rupanya turut didukung oleh Sarma yang menjadi anak buah Reesink. Sarma menyekolahkan anaknya yang bernama Sondjat di tempat belajar tersebut.
Turun Temurun
Anak pertama Sarma bernama Sondjat menjadi tokoh penting penyebaran Kristen di Banten. Ia membantu penyebaran agama Kristen. Keturunan Sarma lainnya, Paulina, juga mengikuti jejak sang ayah. Sarma kemudian menyuruh anaknya untuk mengikuti pendadaran Missionaris Kristen di Jatinegara.
Saat mengikuti pendadaran tersebut, Sondjat memiliki kedekatan yang cukup baik dengan komunitas F.L Anthing di Batavia hingga mereka saling mengunjungi.
Di bawah gemblengan ayahnya itu, Sondjat menjadi salah satu tokoh Kristen yang berpengaruh di tanah Pasundan. Ia juga berhasil menggubah lagu rohani serta kitab menggunakan bahasa Sunda.
Esther sang Literate Kristen, dan Upaya Mempertahankan Komunitas Cikuya
Dari Sondjat diturunkan ke anaknya, Esther yang giat melakukan upaya misionaris. Sosoknya yang kharismatik, serta memiliki kepiawaian dalam menyampaikan gagasan Kristen membuat warga Jengkol dan Cikuya menyematkannya sebagai sosok yang literate.
"Esther disebut-sebut sebagai perempuan (anak Sondjat) yang berbakat dan aktif, ia merupakan satu dari sembilan wanita yang diangkat sebagai tenaga pembantu kegiatan missionaris oleh Nederlandsche Zending Vereeniging (NZV). Ia juga menjadi anggota Majlis Jemaat Concillium/ Padepokan Gereja Pasoendan," tulis Mufti Ali mengacu Guillot.
Pengaruh Esther membuat komunitas Cikuya tetap bertahan. Dalam sumber Belanda disebutkan, keberaniannya membuat seorang pendeta sekaligus sekretaris NZV gagal menutup kongsi tersebut. Bahkan ia berhasil menambah anggota komunitas Cikuya, dari kalangan janda haji Muslim.
Berpengaruh hingga ke Jawa Barat
Tahun demi tahun, Kristen Cikuya terus dipertahankan oleh para keturunan Sarma. Selain sang anak dan para cucunya, Arjan sang menantu Sarma ikut berperan menyebarkan agama Kristen di tanah Banten. Bahkan, mereka juga melakukan upaya penyebaran hingga ke Jawa Barat
Ia bersama sang kakak yang bernama Sarioen, mengenalkan ajaran yang dikembangkan bernama Apostolik ke komunitas Kristen Panghareupan di Bogor. Kemudian di tahun 1903, bersama sang adik Sarioen, membawa ajaran ke daerah lain seperti Ciranjang, Cianjur hingga Sukabumi.
Selain itu, klan Sarman juga menyebar hingga ke beberapa daerah lain seperti, Tasikmalaya, Sumedang, Tanah Tinggi, Rangkasbitung, dan Bandung. Terkini tidak diketahui secara pasti eksistensi Kristen di Cikuya, namun Mufti menyebut keberadaannya perlahan memudar terlebih saat Jepang masuk ke Indonesia tahun 1942.