Melihat Cara Crazy Rich Purwakarta Zaman Dulu Isi Liburan, Pilih Kunjungi Hutan untuk Berburu
Mereka tidak menuju pusat keramaian kota, melainkan mendatangi hutan bersama keluarga untuk melakukan beberapa kegiatan.
Sejak zaman dulu, liburan menjadi momen yang paling ditunggu termasuk oleh orang-orang dari kalangan crazy rich. Saat itu, orang-orang dengan harta berlebih alias menak itu tersebar di beberapa daerah, salah satunya Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.
Mereka selalu menyempatkan untuk ke luar rumah bersama istri dan anak-anaknya saat tidak ada kegiatan. Namun tempat seperti apa yang dituju? Jika saat ini, kebanyakan mungkin akan mendatangi pusat perbelanjaan, kebun binatang, atau bahkan luar negeri. Namun hal berbeda justru dilakukan oleh mereka.
-
Apa yang unik dari rumah di Purwakarta ini? Sebuah rumah di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, terbilang unik dan berbeda. Bangunan tempat tinggal itu berdiri di samping tempat pemakaman umum (TPU) Sirnaraga di wilayah tersebut.
-
Bagaimana sejarah Museum di Puro Mangkunegaran? Museum ini terletak tak jauh dari Balai Kota Solo, berdasarkan sejarahnya, museum ini sudah dibangun sejak tahun 1867 dan dulunya digunakan sebagai kantor untuk De Javasche Bank Agentschap Soerakarta.
-
Apa yang diharapkan dari Dana Desa di Purwakarta? “Alhamdulillah, dana desa sangat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat Purwakarta, khususnya yang berada di desa. Ini terlihat dari jumlah Desa Mandiri di Purwakarta yang meningkat menjadi 60 desa, dari yang sebelumnya 25 desa. Capaian ini merupakan lompatan yang luar biasa bagi Purwakarta,” ucap Anne.
-
Dimana letak Purwakarta? Terletak di jantung Provinsi Jawa Barat, wilayah ini tidak hanya dikenal dengan keindahan budaya Sunda, tetapi juga peradaban masa lampau dan masa kininya.
-
Kapan Jalur Lingkar Barat Purwakarta dibangun? Sebelum dibangun jalan lingkar pada 2013, Kecamatan Sukasari yang berada paling ujung di Kabupaten Purwakarta aksesnya tidak layak.
-
Mengapa Desa Wisata Tajur di Purwakarta begitu unik? Desa Wisata Tajur, atau Kampung Tajur, adalah desa unik yang menawarkan pengalaman wisata edukasi dengan menjaga kearifan lokal dan keasrian alam.
Mereka tidak menuju pusat keramaian kota, melainkan mendatangi hutan bersama keluarga untuk melakukan beberapa kegiatan. Ini, sempat menjadi tren di masa lampau dan banyak dilakukan oleh keturunan kerajaan setempat.
Lantas bagaimana cara liburan para menak alias crazy rich Sunda di Purwakarta pada waktu itu? Berikut informasinya.
Menak Sunda sebagai Crazy Rich Jawa Barat
Mengutip jurnal Lontar Universitas Indonesia berjudul “Negara Pasundan 1947- 1950: gejolak menak Sunda menuju integrasi nasional” para menak sebelumnya merupakan keturunan dari kerajaan-kerajaan yang pernah berkuasa di Jawa Barat.
Rata-rata mereka memiliki pengaruh dan masih disegani rakyat, mengingat kerajaan semisal Pajajaran pernah membawa kemakmuran bagi masyarakat sekitar. Dari sana, mereka turut diberikan fasilitas oleh Belanda seperti mengenyam pendidikan sampai menjalankan birokrasi pemerintahan.
Belanda memanfaatkan para menak untuk mempengaruhi rakyat, dan memuluskan jajahan mereka. Ini yang kemudian membuat keturunan kerajaan tersebut biasanya bergelimang harta karena banyak melakukan kerja sama dengan kelompok penjajah.
- Crazy Rich Tanjung Priok Jadi Ketua Pemenangan RK-Suswono Pilkada Jakarta
- Menjelajahi Kota Tua Gresik Kampungnya Para Crazy Rich, Banyak Rumah Megah Bergaya Eropa dan China
- Kisah Crazy Rich Pemilik Pabrik Gula di Probolinggo, Punya Rumah Mewah di Daerah Terpencil
- Potret Kampung Terpencil di Banyuwangi, Warga Andalkan Satu-satunya Truk Milik Crazy Rich Setempat untuk Penuhi Kebutuhan
Namun yang perlu diingat, tidak semua menak seperti itu. Karena, terdapat menak yang juga anti kolonial dan bergerak bersama kelompok-kelompok nasionalis untuk mewujudkan kemerdekaan.
Berlibur ke Hutan
Para menak yang sudah memiliki banyak kekayaan ini sebenarnya masih diliputi kehidupan yang sederhana. Hal ini yang membuat mereka lebih memilih melakukan liburan ke hutan, daripada harus ke luar daerahnya.
Hutan di awal abad ke-19 sampai abad ke-20 pun masih berbeda seperti sekarang, karena belum dialihfungsikan secara besar-besaran dan masih dijaga keasriannya.
Kondisi hutan yang masih rindang dan dipenuhi banyak hewan-hewan liar inilah yang justru disukai para menak. Mereka mendatangi tempat tersebut beberapa kali dalam satu tahun.
Berburu dan Menginap di Hutan
Bisa ditebak apa yang mereka lakukan di hutan? Jawabannya adalah berburu. Menurut catatan sejarah Purwakarta di laman disipusda.purwakartakab.go.id, saat itu para menak di kabupaten tersebut memang banyak yang melakukan aktivitas berburu di alam liar.
Mereka kemudian menyasar hewan-hewan liar seperti rusa, babi hutan, mencek (kijang), peucang (kancil), dan lain sebagainya. Ada yang dijadikan bahan konsumsi, ada pula yang mereka jual ke kalangan tertentu.
Tak jarang anak dan istri mereka turut membantu kegiatan berburu, sehingga hal tersebut menjadi kegiatan yang menyenangkan.
Mendirikan Pesanggrahan
Karena beraktivitas berburu cukup melelahkan, para menak lantas mendirikan semacam pemondokan yang biasa dikenal dengan nama papanggungan (dari kata panggung bahasa Indonesia) atau pesanggrahan (bangunan semi permanen).
Di Kecamatan Bojong, Purwakarta misalnya, yang merupakan pemekaran dari Kecamatan Wanayasa, Desa Pasanggrahan berada di kaki Gunung Burangrang.
Menurut catatan sejarah, tempat yang pernah dikenal dijadikan pesanggrahan adalah di Desa Pesanggrahan, Kecamatan Bojong kawasan kaki Gunung Burangrang. Penamaan Pesanggrahan diduga karena tempat itu dahulu banyak didirikan tempat pemodokan yang ditempati oleh menak.
Merawat Kuda
Sebagai sosok yang juga termasuk bangsawan, para menak atau crazy rich Sunda ini juga memiliki beberapa ekor kuda sebagai hewan peliharaan kehormatan. Kuda, sudah sejak lama dijadikan alat transportasi dan penunjang perang ketika zaman Kerajaan Pajajaran.
Kuda-kuda itu biasa mereka tempatkan di hutan, dan saat masa liburan mereka mengunjungi kandang kuda. Biasanya menak akan merawat dan memandikan kuda-kuda berukuran besar.
Tak jarang, mereka juga menaikinya untuk menjelajah hutan bersama anak-anak. Kuda juga dipacu dan tempat itu kini berada di wilayah Desa Cihanjawar, Bojong, serta masih di lereng Gunung Burangrang.
Beramai-ramai Mengambil Ikan di Sungai
Selain berburu dan merawat kuda, para menak ini juga mengisi liburan dengan berkegiatan “marak”. Dalam bahasa Sunda, marak artinya mengambil ikan beramai-ramai. Ini karena banyak warga yang biasanya turut mencari ikan di sana.
Cara marak ini terbilang unik, yakni air akan dibendung di hulu sungai dan saat air berhenti mengalir di hilir mereka akan lekas menangkap ikan menggunakan alat-alat yang sudah dipersiapkan.
Konon juga, inilah yang menyebabkan banyak tempat di Purwakarta yang berasal dari aktivitas manusia di masa lampau seperti kegiatan marak ini. Beberapa tempat itu di antaranya Parakanceuri yang ada di Kecamatan Kiarapedes dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Subang, Parakansalam dan Parakan Tumenggung.