Melihat Nuansa Sunda Kuno di Kasepuhan Cisungsang Lebak, Konon Warisan Raja Pajajaran
Kabarnya, tanah di Kampung Cisungsang merupakan titipan dari Raja Sunda yang bersahaja bernama Pangeran Walasungsang.
Kabarnya, tanah di Kampung Cisungsang merupakan titipan dari Raja Sunda yang bersahaja bernama Pangeran Walasungsang.
Melihat Nuansa Sunda Kuno di Kasepuhan Cisungsang Lebak, Konon Warisan Raja Pajajaran
Di Kabupaten, Lebak, Banten, terdapat satu lagi perkampungan Sunda kuno selain Baduy bernama Kasepuhan Cisungsang.
Nuansa tradisional khas nenek moyang amat terasa di sini, melalui berbagai acara tradisinya.
Kasepuhan Cisungsang diketahui berada di Desa Cisungsang, Kecamatan Cibeber, dengan topografi khas pegunungan dan dataran tinggi. Ini menjadikan warga di sana bermata pencaharian sebagai petani dan juga berternak.
-
Bagaimana Desa Wisata Osing Kemiren menjaga kelestarian budaya? Masyarakat desa ini masih mempertahankan bentuk rumah sebagai bangunan yang memiliki nilai filosofi. Keistimewaan tersebut masih menjaga tradisi-tradisi yang sudah ada sejak nenek moyang mereka seperti, barong ider bumi, tumpeng sewu, arak-arakan dan seni barong. Masyarakat di Desa Wisata Osing juga hidup berdampingan dengan jiwa gotong royong, tradisi musyawarah yang terus terjaga.
-
Kenapa Desa Wisata Gunungsari memilih budaya Jawa sebagai daya tarik utamanya? Pemilihan budaya jawa sebagai daya tarik utama Desa Wisata Gunungsari dilatarbelakangi oleh keinginan masyarakat melestarikan budaya warisan nenek moyang.
-
Kenapa Desa Nunuk Baru dianggap sebagai destinasi wisata budaya Sunda? Bagi siapapun yang mengunjungi Desa Nunuk Baru akan mendapatkan berbagai pengalaman menarik seputar budaya karuhun (nenek moyang) tanah Sunda.
-
Kenapa Desa Wisata Osing Kemiren ditetapkan sebagai cagar budaya? Desa Wisata Osing adalah salah satu desa adat di Banyuwangi yang terkenal dengan kebudayaan Osing yang kental. Oleh sebab itu, pemerintah pun menetapkannya sebagai cagar budaya dan pengembangan Desa Wisata Suku Osing.
-
Apa kegiatan budaya yang pernah dilakukan di Hutan Babakan Siliwangi? Hutan Babakan Siliwangi dulunya terbuka bagi masyarakat umum lewat sejumlah kegiatan budaya, salah satunya adu domba.
-
Bagaimana pemandangan di Desa Wisata Ciasihan? Mengutip Instagram Disparbud Jabar, Selasa (3/10), hal pertama yang bisa ditemui dan dirasakan saat menginjakan kaki di desa wisata Ciasihan adalah pemandangannya yang cantik dan berhawa sejuk.
Di kalangan masyarakat Sunda kuno, kegiatan bertani identik dengan berbagai acara kebudayaan seperti Angklung Buhun dan Dog-dog jor yang biasa dipentaskan saat memasuki masa panen.
Kemudian, warga juga memiliki tradisi leuit, yakni menyimpan padi di rumah-rumah khusus sebagai cara untuk bertahan hidup di tengah situasi sulit.
Kentalnya suasana Sunda di sini tak terlepas dari asal usul kehadiran kampung tersebut di masa lampau. Kabarnya, tanah di Kampung Cisungsang merupakan titipan dari Raja Sunda yang bersahaja bernama Pangeran Walasungsang.
Penasaran dengan kampung adat tersebut? Yuk kenalan lebih jauh.
Gambar: Youtube Mang Dhepi Channel.
Asal Usul Nama Cisungsang
Merujuk kebudayaan.kemdikbud.go.id, Cisungsang terdiri dari dua kata dalam bahasa Sunda. Pertama, "ci," yang merupakan singkatan dari kata "cai" ataui air. Sedangkan "sungsang" memiliki arti terbalik atau berlawanan dengan keadaan yang seharusnya.
Oleh karena itu, nama Cisungsang dapat diartikan sebagai air yang mengalir kembali ke hulu. Sedangkan, dalam Kamus Bahasa Sunda Lama, sungsang adalah sejenis tumbuhan berbau dan agak beracun yang menyerupai anggrek.
Dalam tradisi Sunda, penamaan suatu tempat dengan nama sungai atau tanaman yang banyak tumbuh di sekitarnya adalah hal yang lazim. Kini, Cisungsang adalah nama sungai, desa, dan kasepuhan.
Nuansa Perkampungan Sunda Kuno Amat Terasa
Kasepuhan Cisungsang memiliki karakteristik khas yang merupakan kombinasi antara kampung dan sawah di daerah lembah yang subur.
Sebelum tahun 1960-an, sebagian wilayah Desa Cisungsang didominasi oleh huma, atau tradisi menanam sawah di ladang kering khas kebudayaan nenek moyang.
Karena hasil dari ladang ini dianggap kurang, lahan persawahan dibuka untuk mendapatkan hasil padi yang lebih optimal.
- Larangan Berjudi Sudah Ada Sejak 650 Tahun Lalu, Ini Buktinya
- Melihat Pusaka Kuno Meriam Beranak di Kotawaringin Barat, Dibuat dari Darah 8 Manusia
- Kental dengan Nuansa Kerajaan Kuno, Intip Pemandian yang Dibangun oleh Sultan Pakubuwono X Suasananya Asri
- Dulu Ladang Luas Pemandangannya Indah, Begini Kisah Kampung Bersejarah Hadiah Raja di Tengah Kota Surabaya
Ladang tersebut kemudian dialihfungsikan menjadi kebun yang ditanami buah-buahan, pohon kayu albasiah, dan cengkeh. Sekarang, Cisungsang telah berkembang menjadi permukiman yang cukup padat, dengan rumah-rumah yang berdempetan.
Sebagian besar rumah dibangun secara permanen dengan dinding bata dan atap genting. Namun, masih ada beberapa rumah panggung yang terbuat dari kayu dan bambu dengan atap nipah, terutama di kawasan yang disebut Padepokan Pasir Koja.
Menjelajah di Cisungsang akan dapat merasakan bagaimana kehidupan masyarakat Sunda kuno sebelu mengenal teknologi.
Masih Pertahankan Tradisi Pertanian
Masyarakat di sana, sampai sekarang melestarikan tradisi pertanian yang sudah dijalankan sejak turun temurun.
Mereka tak boleh melibatkan berbagai tekonologi modern, terutama pupuk kimia untuk menyuburkan tumbuhan padi. Beberapa upacara tersebut di antaranya Nibakeun Sri ka Bumi, Ngamitkeun Sri ti Bumi, Ngunjal, Rasul Pare di Leuit, dan Seren Taun.
Upacara tradisional ini biasanya diiringi dengan pertunjukan kesenian tradisional seperti angklung buhun dan dog-dog lojor, yang berfungsi bukan hanya sebagai hiburan tetapi juga sebagai penolak bala.
Khusus dalam upacara Seren Taun, hampir semua jenis kesenian tradisional Kasepuhan Cisungsang ditampilkan, termasuk angklung buhun, dogdog lojor, sisindiran, ngagondang, wayang golek, ujungan, silat baster, rengkong, celempung, karinding, dan betok.
Dipimpin oleh Sesepuh Adat
Struktur lembaga adat Kasepuhan Cisungsang masih dipimpin oleh seorang sesepuh adat yang biasa disebut abah.
Dalam menjalankan tugas, jabatan tertinggi itu dibantu oleh perangkat yakni penasihat, dukun, paraji, panei, bengkong, amil dan rendangan. Sebelumnya, abah merupakan keturunan Mbah Rukman yang dahulu melakukan babat alas di sana.
Tradisi debus yang kerap ditampilkan dalam gelaran acara kebudayaan di Banten
Sebagai ketua adat, abah memiliki keahlian dalam pertanian dan bertindak sebagai pemberi doa dan restu bagi semua kegiatan warga.
Keputusan abah sangat dihormati, dan pelanggaran terhadap larangannya diyakini akan mendatangkan malapetaka.
Jika terjadi pelanggaran, ada ritual khusus yang disebut lukun untuk mencegah musibah, yaitu semacam pengakuan dosa yang disertai doa-doa tertentu.
Kepemimpinan di Kasepuhan Cisungsang telah mencapai empat generasi, dengan abah saat ini adalah Abah Usep.
Dalam menjalankan tugasnya, abah dibantu penasihat yang memberikan berbagai pertimbangan dan beberapa orang dengan keahlian khusus seperti dukun, paraji, panei, bengkong, amil, dan rendangan yang bertanggung jawab dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat termasuk kesehatan, pertanian, dan ritual adat.
Tanah Titipan Raja Pajajaran untuk Lindungi Warga dari Teknologi yang Sulit Dibendung
Mengutip Youtube Mang Dhepi, jika ditarik asal usulnya, kampung Cisungsang merupakan warisan para karuhun.
Dahulu kasepuhan ini merupakan tanah warisan dari Raja Kerajaan Pajajaran yakni Pangeran Walangsungsang.
Ia menitipkan amanah agar kelak para penghuni di tanahnya bisa terbendung dari berbagai hal negatifi akibat tak terbendungnya kemajuan teknologi.
Abah Rukman menjadi sosok yang menjaga warisan murni dari pendahulunya hingga kini diturunkan kepada generasi selanjutnya.
Berbagai aspek kehidupan di Kasepuhan Cisungsang diatur oleh adat, mulai dari pembangunan rumah, siklus hidup manusia, hingga aktivitas ekonomi. Yang utama, mereka menjalankan ibadah sesuai keyakinan Islam. Dalam hal ini, agama dan tradisi berjalan seiring, mengatur kehidupan masyarakat adat Kasepuhan Cisungsang.
Gerbang masuk Kasepuhan Cisungsang.