Melihat Sisa Kejayaan Kereta Api Garut Abad ke-19, Ada Stasiun di Tengah Hutan
Berabad-abad berlalu, rupanya sisa kejayaan jalur kereta api ini masih bisa disaksikan melalui sebuah stasiun bernama Cipelah. Sayang, kondisinya memprihatinkan
Di abad ke-19, pemerintah Hindia Belanda memulai kebijakan baru yakni cultuurstelsel. Negara melakukan penanaman komoditas rempah, kopi, teh hingga kina besar-besaran untuk mendongkrak perekonomian.
Kebetulan, tiga jenis komoditas itu tumbuh subur dan menghasilkan panen yang maksimal di wilayah Jawa Barat (saat itu Priangan). Permintaan pun terus meningkat, baik di skala lokal maupun internasional.
-
Bagaimana jalur kereta api di Padang Panjang di bangun? Mereka meminta insinyur dari Inggris untuk merancang jalur kereta dengan geografis di Minangkabau yang cenderung banyak bukit dan lembah.
-
Apa yang menjadi ciri khas jalur kereta api Rangkasbitung - Pandeglang saat ini? Rel bahkan sudah ditumbuhi pohon di bagian tengahnya yang berarti usia rel sudah lebih tua dari tumbuhan besar tersebut.
-
Kapan jalur kereta api Jogja-Bantul ditutup? Karena kalah bersaing dengan kendaraan pribadi maupun angkutan umum, PJKA akhirnya menutup jalur tersebut pada tahun 1973.
-
Bagaimana jalur kereta di Stasiun Manggarai dibagi? Jalur-jalur di Stasiun Manggarai dibagi sesuai dengan 3 tingkatan bangunan di stasiun ini, yaitu kereta bawah tanah, kereta jalur layang, dan kereta jalur utama.
-
Mengapa jalur kereta api Kedungjati-Ambarawa-Magelang-Yogyakarta ditutup? Jalur kereta api Kedungjati-Ambarawa-Magelang-Yogyakarta dulunya merupakan jalur strategis militer Hindia Belanda. Namun sejak tahun 1976, jalur kereta api itu ditutup.
-
Di mana letak situs peninggalan Majapahit di Kalimantan Barat? Situs tersebut berada di tengah pemukiman penduduk dan hanya berjarak 300 meter dari tepi Sungai Pawan.
Untuk menunjang penyaluran hasil bumi ini, jalur transportasi dimodernisasi dengan membangun rel kereta api seperti di wilayah Garut, Jawa Barat. Pembangunan jalur transportasi massal ini dilakukan oleh perusahaan Staatsspoorwegen (SS) dengan investasi yang cukup besar.
Hadirnya kereta api terbukti mampu mengantar hasil perkebunan secara cepat, hingga perputaran uang turut meningkat. Salah satu jalur legendaris di Priangan adalah Garut-Cibatu-Cikajang yang saat ini usianya mencapai 135 tahun.
Berabad-abad berlalu, rupanya sisa kejayaan jalur kereta api uap ini masih bisa disaksikan melalui sebuah stasiun yang letaknya di Tambakbaya, Kecamatan Cisurupan namun dengan kondisi yang memprihatinkan bernama Stasiun Cipelah.
Sisa Kejayaan Jalur Garut-Cibatu-Cikajang
Berdasarkan catatan sejarah di Wikipedia, Pemerintah Hindia Belanda melalui perusahaan Staatsspoorwegen (SS)-nya di akhir 1800-an tengah gencar-gencarnya melakukan eksperimen jalur kereta api di wilayah Priangan.
Bukan tanpa alasan upaya ini penuh tantangan, sebab, kontur wilayah Priangan sebagian besar merupakan daerah pegunungan yang terjal dan sulit dijangkau. Staatsspoorwegen (SS) pun sempat kewalahan membelah perbukitan dengan teknologi yang masih terbatas untuk membangun rel kereta yang kokoh.
- KAI Ungkap Kondisi Stasiun dan Jalur Kereta di Sukabumi Usai Diguncang Gempa Bumi
- Melihat Sisa Kejayaan Jalur Kereta Api Rangkasbitung - Pandeglang, Rel Ditumbuhi Pohon dan Tembus ke Rumah Warga
- KAI Batalkan Perjalanan Kereta Api Akibat Banjir Semarang, Ini Daftar Kereta Terdampak
- Mengulik Sejarah Berdirinya Stasiun Cikajang, Stasiun Kereta Api Tertinggi di Asia Tenggara
Belum lagi kereta uap pun harus yang bermesin ganda agar mampu berjalan dengan beban berat di jalur menanjak. Setelah 1875 Staatsspoorwegen (SS) diresmikan, proyek eksperimen untuk menghubungkan Priangan dengan Yogyakarta pun dikejar hingga proyek selesai pada 1894.
Kepala proyek saat itu, R.H.J. Spanjaard, mengaku jalur Garut-Cikajang jadi rute yang paling sulit. Hal ini mengingat posisi stasiun Cikajang yang berada di atas ketinggian 1.246 meter di atas permukaan laut.
Jadi Bukti Persaingan Perusahaan Kereta Api Pemerintah dan Swasta
Ketika itu, terjadi persaingan sengi tantara swasta dan pemerintah. Keduanya saling adu strategi untuk membangun banyak jalur dengan rute tersulit namun layak untuk dilalui.
Berdasarkan jurnal yang ditulis Iwan Hermawan dari Pusat Riset Arkeologi Prasejarah dan Sejarah, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berjudul “Jalur Garut-Cikajang: Pengembangan Perkeretaapian Di Selatan Jawa Barat Masa Kolonial, Studi kasu: Garut--Cikajang Line: Railways Development in the Southern of West Java in Colonial Period” Sebelum hadirnya Staatsspoorwegen (SS), sebenarnya sudah ada perusahaan kereta api swasta bernama NV Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NISM).
Perusahaan ini, sempat mendapat sorotan positif lantaran berhasil membangun jalur rumit yakni Buitenzorg-Batavia dan Semarang-Solo-Yogyakarta.
Tak ingin ketinggalan, pemerintah Hindia Belanda kemudian mendirikan Staatsspoorwegen (SS) yang kemudian berani mengambil resiko untuk membangun jalur-jalur lebih rumit di pedalaman Priangan yakni Bandung-Cilacap dan Cilacap-Yogyakarta.
Agar semakin diakui, SS turut membangun jalur cabang di daerah pedalaman yakni Cikudapateuh--Ciwidey (1921 dan 1924), Dayeuhkolot--Majalaya (1922), Rancaekek-- Tanjungsari (1921), Cibatu--Garut--Cikajang (1889 dan 1930), Tasikmalaya--Singaparna (1911), dan Banjar--Cijulang (1916 dan 1921) hingga dianggap berhasil mengintegrasikan pulau Jawa.
Priangan Selatan Menjadi Maju
Dibangunnya jalur ekstrem, membuat wilayah Priangan menjadi terhubung. Daerah-daerah tetangga Bandung seperti Garut, Sukabumi, Tasikmalaya, Garut, Banjar hingga perbatasan Jawa Tengah mulai terkoneksi dan banyak didirikan permukiman.
Perekonomian pun perlahan meningkat, karena hasil perkebunan berhasil diangkut ke kota-kota besar. Di sepanjang jalur juga banyak dibangun stasiun-stasiun kecil sebagai penunjang komoditas dari para petani agar mudah diangkut.
Salah satu stasiun kecil yang saat itu didirikan Belanda adalah Cipelah yang berada di jalur Garut-Cibatu-Cikajang. Saat ini kondisinya cukup memprihatinkan dan terletak di tengah-tengah hutan.
Stasiun Cipelah yang Kini Tinggal Puing
Stasiun kecil Cipelah jadi salah satu jejak kejayaan kereta api di Priangan sejak akhir 1800-an yang masih tersisa. Sayangnya, kondisinya sangat memprihatinkan karena ratusan tahun terbengkalai.
Dilansir dari unggahan di kanal Youtube Yusril Rizky Pratama, letak stasiun ini ada di tengah-tengah hutan dan perkebunan warga Kampung Cipelah. Saat ini hanya tersisa rangka tembok beton yang sudah usang.
Kabarnya, rel kereta berada di jalan setapak yang ada persis di depan bangunan puing stasiun dan kini sudah hilang jejaknya.
Masih Ada Jembatan Rel
Tak jauh dari sana, juga terdapat peninggalan lainnya berupa jembatan sepanjang kurang lebih 50 meter. Jembatan ini berbahan baja, dengan kondisi yang juga sudah usang serta berkarat.
Kondisi jembatannya juga sudah ditutupi pepohonan rimbun, dan tidak terdapat pembatas jembatan. Kondisi ini riskan karena berada di atas ketinggian, dengan bagian bawah merupakan sungai yang kering.
Tak jauh dari sana, juga terdapat stasiun kecil lainnya bernama Patrol Girang. Kondisinya juga tak kalah memprihatinkan, karena tinggal puing dan letaknya berada di tengah-tengah permukiman warga.