Sosok I-Tsing, Pendeta Buddha Asal Tiongkok yang Menulis Keberadaan Kerajaan Sriwijaya
Pada tahun 671 Masehi, I-Tsing melakukan perjalanan dari Tionghok ke India. Dalam perjalanan itu ia sempat singgah di Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan besar yang pernah berdiri di Kepulauan Nusantara. Keberadaan kerajaan ini salah satunya diperoleh dari catatan I-Tsing.
Pada tahun 671 Masehi, I-Tsing menulis bahwa ia mengunjungi Kerajaan Sriwijaya dan tinggal selama enam bulan. Dari sanalah ia mencatat tentang kondisi Kerajaan Sriwijaya.
-
Dimana Sri Isyana memimpin? Sri Isyana Tunggawijaya merupakan sosok berkepribadian kuat yang menjadi raja perempuan pertama di Jawa Timur.
-
Kapan Sri Isyana memimpin? Keduanya memimpin mulai tahun 947.
-
Apa kontribusi Teuku Iskandar untuk sastra? Bukan hanya mengumpulkan kitab-kitab miliki ulama tersohor Aceh, ia juga terjun sebagai sastrawan yang turut melahirkan berbagai macam karya yang hebat.
-
Siapa yang ditulis oleh Iddin-Sin? Surat ini adalah komunikasi antara seorang siswa yang dikenal sebagai Iddin-Sin dan ibunya, Zinû.
-
Siapa Teuku Iskandar? Iskandar adalah seorang guru besar, kritikus sastra, dan juga leksikografer yang menempuh pendidikan di Universitas Leiden.
-
Apa warisan Sri Isyana? Salah satu warisan Sri Isyana dan Sri Lokapala adalah pembangunan kompleks Petirtaan Jolotundo di kaki Bukit Bekel, kawasan Gunung Penanggungan.
Pada tahun 685 Masehi, I-Tsing kembali ke Kerajaan Sriwijaya dan menulis bahwa kerajaan itu telah memperluas kekuasaannya hingga daerah aliran Sungai Batanghari.
Lalu siapa sebenarnya I-Tsing?
Sosok I-Tsing
Dikutip dari kanal YouTube Pak Ali Sanggau, I-Tsing lahir di Yanjing, Tiongkok, pada tahun 635 Masehi. Ia menjadi biksu pada tahun 14 tahun. Ia merupakan pengagum Fehsian, seorang biksu terkenal pada zamannya yang melakukan perjalanan ke India pada abad ke-14.
Berkat beasiswa dari seorang dermawan bernama Fong, I-Tsing memutuskan untuk mengunjungi Nalada, pusat pendidikan Buddha di India pada waktu itu. ia kemudian menumpangi sebuah kapal dagang dan tiba pertama kali di pusat Kerajaan Sriwijaya pada tahun 671 Masehi
Biksu Pengelana
Dikutip dari Wikipedia, I-Tsing berkelana lewat laut ke India melalui Jalur Sutra untuk mendapatkan teks agama dalam Bahasa Sansekerta. Teks agama Buddha itu kemudian ia bawa pulang ke Tiongkok dan menerjemahkannya ke dalam bahasa Tionghoa.
Semasa perjalanannya, I-Tsing pernah mengunjungi Kerajaan Sriwijaya di Sumatra pada tahun 671 Masehi. Tulisannya mengenai kerajaan tersebut merupakan salah satu dari sedikit sumber mengenai Sriwijaya.
Ketika mengunjungi Sriwijaya, I-Tsing bertemu dengan para biksu yang datang dari berbagai penjuru kepulauan Nusantara. Dalam buku catatan hariannya, I-Tsing menulis bahwa ada seorang peziarah bernama Hui Ning yang melakukan perjalanan selama tiga tahun di Pulau Jawa untuk menterjemahkan sebuah sutra.
Penterjemahan itu dibantu oleh seorang pakar Jawa bernama Jnanabhadra. Dalam catatan hariannya, ia juga menyinggung tentang Kerajaan Holing atau Kalingga sebagai kerajaan Buddha di Nusantara.
Pelajari Ilmu Agama Buddha
Di wilayah Kerajaan Sriwijaya, I-Tsing mengunjungi pusat-pusat studi agama Buddha. Ia tinggal selama enam bulan di Sriwijaya (Palembang) dan dua bulan di Malayu (Jambi). Dikutip dari Wikipedia, selanjutnya ia menetap selama sepuluh tahun di Sriwijaya, yaitu pada tahun 685 hingga 695.
Selama hidupnya, I-Tsing menuliskan soal agama-agama Buddha yang dipeluk di negeri-negeri yang dikunjunginya. Ia menerjemahkan sekitar 60 teks agama Buddha ke dalam bahasa Tionghoa di antaranya Saravanabhava Vinaya, Avadana (710), dan Suvarnaprabhascottamaraja-sutra.