Mengenal Sosok Datuk Itam, Pria Keturunan India Ini Torehkan Sejarah di Tapanuli Tengah
Pria keturunan India ini telah memberikan dampak dan menorehkan sejarah di wilayah Sorkam, sebuah kecamatan di Tapanuli Utara.
Pria keturunan India ini telah memberikan dampak dan menorehkan sejarah di wilayah Sorkam, sebuah kecamatan di Tapanuli Utara.
Mengenal Sosok Datuk Itam, Pria Keturunan India Ini Torehkan Sejarah di Tapanuli Tengah
Pada masa kolonial banyak sekali orang-orang Asia yang berdatangan ke Nusanantara tepatnya di Sumatera Utara. Rata-rata mereka datang untuk mendapatkan peruntungan menjadi seorang pedagang.
Beberapa dari mereka memilih untuk menetap dan berbaur dengan masyarakat Pribumi. Alhasil, seiring berjalannya waktu terjadilah momentum akulturasi dan bahkan ajaran-ajaran agama yang mereka biasa lakukan di negara asal.
-
Siapa pendiri Sumatera Thawalib? Pada tahun 1918, nama Koperasi Pelajar berubah menjadi Sumatra Thawalib yang dicanangkan oleh Ichwan, El Yunusy, Jalaluddin Thalib, dan Inyiak Mandua Basa pada tahun 1919.
-
Siapa pendiri Sumatra Thawalib? Buah pemikiran modern itu terbentuklah Sumatra Thawalib yang menjadi sekolah Islam modern pertama yang berdiri di Indonesia.
-
Siapa pendiri INS Kayutanam? Kontribusi besar Sjafei dalam mendirikan sekolah Indonesisch Nederlansche School atau INS yang berada di desa kecil bernama Kayutanam, Sumatera Barat itu selalu dikenang.
-
Siapa yang membawa Tambua Tasa ke Pariaman? Dikutip dari berbagai sumber, lahirnya pertunjukan musik Tambua Tasa ini konon dibawa oleh orang-orang berkebangsaan India yakni pedagang Gujarat.
-
Mengapa Irwan DA dikenal sebagai 'Pangeran Sumenep'? Hingga saat ini, Irwan tetap aktif di panggung-panggung musik dangdut di daerah asalnya. Dikenal sebagai 'Pangeran Sumenep' dan kini telah menikah, ia berkomitmen untuk senantiasa memanjakan para penggemarnya.
-
Siapa yang mendirikan Sumatera Thawalib? Pada usia 10 tahun, ayahnya mendirikan sekolah dan perguruan tinggi bernama Sumatera Thawalib di Padang Panjang.
Di Tapanuli Tengah, ada satu sosok yang cukup memberikan dampak dan pengaruh bagi masyarakat di sana. Meski awalnya datang untuk berdagang, akan tetapi pria ini justru bisa memberikan pengaruh yang besar.
Siapakah sosok tersebut? Simak informasinya yang dirangkum oleh merdeka.com berikut ini.
Lahir di India
Sosok yang berpengaruh di Tapanuli Tengah ini bernama Abdul Muthalib yang memperoleh gelar Datuk Bandaharo Kayo karena kepiawaiannya dalam berdagang. Abdul Muthalib lahir di Nagur, India Selatan pada tahun 1760 ini kerap dikenal dengan sebutan Datuk Itam.
Mengutip dari situs indonesia.go.id, lahirnya nama Datuk Itam karena kulitnya yang berwarna hitam legam. Nama inilah yang justru familiar di kalangan masyarakat dan juga pemerintah Belanda saat itu.
Dikirim untuk Berdagang
Datuk Itam dikirim oleh Pemerintah Inggris untuk berdagang dan bekerja. Awal kisahnya, Datuk Itam dikirim ke Bengkulu terlebih dahulu. Seiring berjalannya waktu, kehadiran dirinya memberikan pengaruh besar.
Ketika di Bengkulu, ia membangun sebuah kampung bernama "Kampung Nagur" yang diambil dari nama daerah kelahirannya. Sampai sekarang, kawasan tersebut masih berdiri dan berubah nama menjadi Kampung Nala.
Selain membangun kampung, Datuk Itam juga menyebarkan ajaran agama Islam di Bengkulu. Bahkan, sosoknya dianggap pelopor penyebaran Islam di Bengkulu. Keahlian berdagangnya yang tinggi, ia kerap menjadai perantara dagang Inggris di sana.
Lebarkan Sayap
Atas kesuksesannya di bidang perdagangan membuat Datuk Itam mulai melebarkan sayap hingga ke Teluk Tapian Nauli, sebuah daerah di Tapanuli Tengah, Sumatera Utara.
Semua ini bermula ketika Inggris berhasil menemukan daerah dengan potensi daya kapur baru, garam, dan kemenyan di Sumatera Utara dan berencana membuka kantor perwakilan dagang di Tapanuli Tengah. Mendengar kabar itu, Datuk Itam pun ikut berdagang di sana.
Beberapa sumber lain mengatakan bahwa Datuk Itam datang ke tempat ini karena mendapatkan tugas dari Pemerintah Inggris untuk memperkuat perwakilan dagang di Batak sekitar tahun 1793.
Di sisi lain, Datuk Itam tetap konsisten menyebarkan ajaran Islam di Poncan Ketek. Maka dari itu, sosoknya begitu terkenal sebagai pedagang sukses dan seorang pemuka agama Islam yang disegani.
Dirikan Sekolah
Sembari menyebarkan ajaran Islam di sana, Datuk Itam turut menderikan sekolah agama Islam tanpa membayar sepersenpun. Murid-murid yang belajar di sekolah ini rata-rata berasal dari seluruh wilayah Tapanuli.
Keuletan dan kepiawaian Datuk Itam dalam berdagang sekaligus menyebarkan ajaran Islam justru memberikan dampak positif dan mencatatkan sebuah sejarah yang akan terus dikenang hingga masa depan nanti.
Datuk Itam wafat pada tahun 1836 dan makamnya ada di Pulau Poncan Katek. Ia meninggalkan tiga orang istri dan enam orang anak.
Sosoknya juga akrab dengan masyarakat Pribumi karena semasa hidup Ia dikenal tidak segan membantu.