Mengenal Panyaraman, Pantangan Lisan dari Leluhur Sunda
Panyaraman jadi salah satu kearifan lokal khas Jawa Barat
Apabila larangan tersebut dilakukan diyakini akan mendapatkan suatu keadaan tertentu.
Mengenal Panyaraman, Pantangan Lisan dari Leluhur Sunda
Panyaraman menjadi menjadi salah satu tradisi lisan yang dimiliki oleh masyarakat Sunda di Jawa Barat dan Banten.
-
Apa yang menjadi tradisi masyarakat Sunda saat musim kemarau? Memasang kincir angin menjadi tradisi masyarakat Sunda saat musim kemarau.
-
Apa jenis tarian yang menjadi bagian dari budaya tradisional di Lampung? Provinsi Lampung memiliki ragam seni dan budaya yang menarik untuk diulas lebih dalam. Salah satu seni dan budaya dalam bidang tari bernama Tari Selapanan.
-
Kapan pantun diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda? Pada 17 Desember 2020, pantun telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda oleh UNESCO.
-
Apa yang dipelajari dari Tradisi Panah Kasumedangan? Belajar dari Tradisi Panah Kasumedangan, Olahraga Tradisional Khas Sumedang Sarat Makna Keunikan lain dari tradisi panahan ini adalah cara membidiknya yang tidak menggunakan mata, melainkan menggunakan hati. Kabupaten Sumedang memiliki julukan sebagai pusat budaya Sunda. Ini karena di kota kecil nan sejuk itu berbagai tradisi buhun atau lama lahir, salah satunya Panah Kasumedangan yang mengajarkan berbagai makna kehidupan.
-
Bagaimana cara orang Sunda menyambut Ramadan dengan tradisi Papajar? Bagi orang Sunda, tak lengkap rasanya jika menunggu bulan puasa tanpa mengadakan kegiatan Papajar.
-
Kapan Tradisi Mantu Kucing dimulai? Tradisi Mantu Kucing dilakukan oleh masyarakat di Dusun Njati, Pacitan, Jawa Timur sejak 1960-an.
Panyaraman biasanya digunakan untuk menasehati anak-anak maupun seseorang melalui kalimat kiasan dengan tujuan membangun etika sosial.
Tradisi ini dilakukan dengan menyampaikan larangan maupun pantangan untuk tidak melakukan suatu aktivitas tertentu.
Jika dilanggar, konon akan mendapatkan suatu hal yang tidak diinginkan.
Panyaraman sendiri sudah diterapkan sejak zaman nenek moyang sebagai salah satu pendidikan kehidupan dari rumah.
Berikut selengkapnya tentang tradisi lisan panyaraman yang melegenda di tanah Pasundan.
Panyaraman adalah bentuk larangan menggunakan bahasa kiasan
Mengutip Jurnal Pendagogi Bahasa, Universitas Kuningan (UNIKU), Kamis (12/10) panyaraman sendiri merupakan bentuk larangan yang menggunakan bahasa kiasan oleh para orang tua zaman dulu.
Biasanya orang yang memberikan nasihat panyaraman akan menggunakan istilah yang tidak masuk akal dan dianggap menakutkan sebagai kiasan. Namun jika dilihat, terdapat makna yang tersembunyi.
Secara utuh, tradisi ini dianggap sebagai upaya perenungan agar terbangun kesadaran moral di tengah keluarga maupun lingkungan sosial.
Merupakan sebuah pantangan
Panyaraman diketahui berasal dari istilah Caram yang memiliki arti larangan untuk mencegah suatu kejadian.
Apabila larangan tersebut dilakukan diyakini akan mendapatkan suatu keadaan tertentu.
Panyaraman juga bisa diartikan sebagai tindakan yang tabu dilakukan oleh seseorang.
Panyaraman diciptakan oleh para pendahulu atau nenek moyang sebagai ajaran moral bagi anak-anak sebelum menjalani kehidupan di tengah masyarakat.
- Peutron Aneuk, Tradisi Lokal Masyarakat Aceh untuk Bayi yang Baru Lahir
- Gunakan Bahan Alami sejak 90 Tahun Silam, Kerupuk Bojonegoro Ini Bikin Ketagihan Warga Lokal hingga Mancanegara
- Mengenal Mitos Pantang Larang, Kearifan Lokal Masyarakat Batubara Sumatra Utara
- Merasakan Kearifan Lokal Sunda di Desa Wisata Selamanik Ciamis, Dapat Penghargaan Kemenparekraf
Contoh panyaraman
Berikut ini terdapat beberapa contoh panyaraman yang berlaku di kalangan masyarakat Sunda dan akan bersifat baik jika tidak dilakukan.
“ulah ngeusian cai pinuh teuing, bisi kawirarangan” , dalam bahasa Indonesia memiliki arti “Jangan mengisi air terlalu penuh, atau akan mendapat masalah”. Ini diartikan bahwa manusia harus bisa memanfaatkan air dengan sewajarnya agar bisa menghemat pengeluaran air.
“Kuwu ulah dahar sabari leumpang” jika diartikan adalah “kepala desa dilarang makan atau minum sambil berjalan”. Ini diartikan bahwa kepala desa harus mencontoh hal yang baik sebagai pemimpin, dan dianggap tidak sopan jika melakukan dua hal tersebut.