Menguak Sejarah Banten pada Masa Pra Islam, Diduga Jadi Ibu Kota Kerajaan Kuno
Kerajaan tua itu bahkan sudah ada sebelum era Padjadjaran
Kerajaan tua itu bahkan sudah ada sebelum era Padjadjaran
Menguak Sejarah Banten pada Masa Pra Islam, Diduga Jadi Ibu Kota Kerajaan Kuno
Pada masanya dulu, Banten merupakan salah satu pusat peradaban Islam di Pulau Jawa. Padahal menurut peneliti, peradaban di Banten sudah berkembang jauh sebelum Islam, bahkan sebelum era Kerajaan Padjadjaran.
Bahkan dulunya Banten diduga merupakan salah satu bagian dari ibu kota kerajaan kuno. Kerajaan itu letaknya berada di hulu teluk Banten.
Apalagi di sana banyak ditemukan tembikar kuno yang diperkirakan berasal dari abad ke-12 hingga 14.
-
Siapa yang mendirikan Kerajaan Banten? Walau sebagai peletak pondasi berdirinya Kerajaan Banten, namun Sunan Gunung Jati diketahui tak pernah menjadi raja di sana hingga wafatnya.
-
Kapan Dewan Banteng resmi dibentuk? Sebanyak 612 anggota aktif dan pensiunan menyetujui pembentukan Dewan Banteng ini yang dipimpin oleh Letkol Ahmad Husein. Dewan Banteng resmi terbentuk pada tanggal 25 November 1956.
-
Bagaimana para jawara Banten mendapatkan kekuatannya? Kekuatan magis yang dimiliki para jawara ini bersumber dari para kiai melalui bimbingan khusus. Ilmu-ilmu yang dimanfaatkan untuk memukul mundur penjajah di antaranya brajamusti, kanuragan, dan ilmu kebal.
-
Kapan Kerajaan Sunda masih menguasai Banten? Lalu, ada juga situs Banten Girang yang berbentuk gua dan merupakan peninggalan Kerajaan Sunda saat masih menguasai Banten, sebelum berdirinya Kesultanan Surosowan tahun 932 dan 1030 masehi.
-
Siapa saja yang berperan dalam memajukan Kesultanan Banten? Dari hasil pajak cukai barang-barang yang diperjual belikan mampu membuat kota itu berdaulat dan mendorong lahirnya Kesultanan Banten lewat kepemimpinan Sultan Maulana Hasanudin.
-
Apa tujuan utama pembentukan Dewan Banteng? Dewan Banteng ini berisi mantan anggota perwira maupun prajurit yang merasa kecewa. Terbentuknya Dewan Banteng ini tepat setelah reuni antara perwira aktif dan pensiunan. Mereka kecewa terhadap pemerintah pusat karena dianggap telah melanggar undang-undang dan dianggap cenderung sentralis, sehingga pembangunan di daerah terabaikan.
Kerajaan itu diberi nama Banten Girang. Banyaknya keramik dari Negeri Cina menjelaskan kedekatan kerajaan itu dengan peradaban Cina era Dinasti Tang.
Dilansir dari Indonesia.go.id, dari temuan sumber-sumber Portugis, Banten Girang sebenarnya merupakan ibu kota kerajaan tua. Gambaran Diogo Cuoto pada abad ke-18 menjelaskan tentang kota di tengah teluk yang amat besar.
Panjang kota itu sekitar empat ratu depa di sisi laut dan lebih panjang lagi menjorok ke sisi daratannya.
Pada salah satu bagian kota terdapat benteng dengan tembok bata setebal tujuh jengkal. Bagian atasnya terbuat dari dinding kayu dan bertingkat dua.
Sementara itu, dari sumber China tempat tersebut dinamakan “Wan-Tan”. Sumber Arab yang ditulis pada akhir abad ke-15 menjelaskan pelabuhan di dekat “Djebel Sunda” atau Gunung Gende.
Dilansir dari Indonesia.go.id, satu hal lagi yang menguatkan kondisi Banten Girang sebagai ibu kota kerajaan adalah jejak Sungai Cibanten sebagai sungai besar yang dulunya bisa dilayari kapal-kapal dagang.
Sebuah peta Banten pada tahun 1635 menjelaskan tentang Sungai Cibanten yang lengkap dengan dua jalan penghubung ke ibu kota kerajaan di kiri kanannya.
Sementara itu, catatan orang Denmark tahun 1637 mengungkapkan jika Ia masih bisa menggunakan perahu dari Banten menuju Serang. Jalan di sebelah kiri kanan sungai oleh penduduk sekitar dinamakan “Jalan Sultan” yang membentang menuju sebuah gunung api.
- Pedihnya Hukuman Pengkhianat Mataram Islam, Jasad Dimutilasi lalu Makamnya jadi Anak Tangga Agar Diinjak-injak
- Mengulik Kitab Topah, Bukti Sejarah Perkembangan Agama Islam di Minangkabau
- Kesultanan Perlak, Kerajaan Bercorak Agama Islam Pertama di Nusantara
- Mengenal Tradisi Sekaten, Media Penyebaran Islam Sejak Zaman Majapahit
Pada saat Sultan Hasanuddin dari Cirebon tiba di Banten sekitar abad ke-16, ia tinggal bersama penguasa lama tempat itu bernama Brahmana Kandali.
Di sana pula ia tinggal bersama delapan ratus ajar yang dipimpin oleh Pucuk Umun. Hasanuddin tinggal di sana selama 10 tahun. Para ahli menyimpulkan bahwa selama itu pula proses konversi Islam terjadi di Banten.