Mengulik Kitab Topah, Bukti Sejarah Perkembangan Agama Islam di Minangkabau
Rumah yang kini menjadi Cagar Budaya Kabupaten Agam itu dulunya dijaga oleh Syech Muhammad Saidi beserta keturunannya.
Rumah yang kini menjadi Cagar Budaya Kabupaten Agam itu dulunya dijaga oleh Syech Muhammad Saidi beserta keturunannya.
Mengulik Kitab Topah, Bukti Sejarah Perkembangan Agama Islam di Minangkabau
Di sebuah bangunan layaknya rumah warga pada umumnya di pinggir Jalan Raya Padang-Lubuk Basung, Kampung Durian Kapeh, Kecamatan Tanjung Mutiara, Kabupaten Agam, terdapat kitab bernama Topah.Menurut beberapa sumber, kitab Topah ini menjadi salah satu sejarah perkembangan agama Islam di Sumatra khususnya di Minangkabau. Konon, kitab kuno ini dibawa oleh Syech Burhanuddin Ulakan dari Tanah Suci Mekkah.
Disimpan Dalam Rumah
Melansir dari liputan6.com dan sumber lainnya, tempat disimpannya kitab kuno ini ada di dalam bangunan rumah yang berbentuk segi empat dengan dua tiang penyangga. Salah satu sisi atapnya berbentuk setengah gonjong.
-
Siapa Tokoh Besar Muhammadiyah dari Minangkabau? Nama Buya Haji Ahmad Rasyid Sutan Mansur atau dikenal dengan A.R. Sutan Mansur menjadi salah satu tokoh berpengaruh di Indonesia. Beliau merupakan salah satu tokoh besar Muhammadiyah di Minang dan berkecimpung di dunia politik semasa perjuangan kemerdekaan.
-
Bagaimana cara Tuanku Nan Renceh menegakkan ajaran Islam di Minangkabau? Hukum Islam semakin ketat dan begitu tinggi dengan ditetapkannya aturan jika mereka yang ingin menjadi wali nagari atau kepala pemerintahan, syaratnya harus mampu menjadi imam salat berjemaah.
-
Bagaimana Islam menyebar di Indonesia? Penyebaran Islam di Indonesia pun cukup luas mulai dari Jawa hingga Sumatera, Sulawesi hingga Papua, dan dari pulau-pulau kecil di timur hingga pulau-pulau besar di barat, Islam telah meresap dalam kehidupan dan kebudayaan masyarakat Indonesia dengan cara yang berbeda-beda.
-
Bagaimana Islam masuk ke Indonesia? Proses perkembangan Islam di Indonesia sendiri tidak dilakukan dengan kekerasan atau kekuatan militer, melainkan secara damai dan melalui berbagai jalur seperti perdagangan, perkawinan, pendirian lembaga pendidikan, dan lain sebagainya.
-
Kapan Islam masuk ke Indonesia? Hamka menolak pendapat yang mengatakan bahwa masuknya Islam ke Indonesia pada abad ke-13, sebab pada kenyataannya pada tersebut di Indonesia sudah berdiri suatu politik Islam. Jadi sudah barang tentu Islam telah masuk ke Indonesia jauh sebelumnya, yakni sekitar abad ke-7 Masehi atau pada abad pertama Hijriyah.
-
Bagaimana Sumatera Thawalib berkembang? Setelah terbentuknya Sumatra Thawalib ini para tokoh mulai mengajak secara terang-terangan ke surau di seluruh Sumatra Barat untuk bergabung. Cara ini berjalan sukses dan beberapa surau yang dikepalai oleh Sumatra Thawalib sudah tersebar di beberapa daerah seperti Payakumbuh, Batusangkar, hingga Maninjau.
Rumah yang kini menjadi Cagar Budaya Kabupaten Agam itu dulunya dijaga oleh Syech Muhammad Saidi beserta keturunannya. Kitab Topah ini penuh dengan tulisan arab yang berisikan tentang sejarah Islam.
Usia kitab ini tidak diketahui secara pasti. Bahkan, sampai saat ini tidak ada yang tahu kapan kitab ini bisa berada di tempat tersebut. Namun, kitab Topah menjadi bukti sejarah peradaban Islam di Minangkabau.
Profil Pengarang Kitab
Melansir dari nu.or.id, pengarang kitab bernama Syech Burhanuddin Ulakan adalah salah satu tokoh dalam pemikiran Islam di Nusantara sekaligus tokoh intelektual ulama Nusantara pada abad 17 dan 18.
Pria yang lahir di Ulakan, Padang Pariaman ini adalah ulama besar Minangkabau dan menyebarkan ajaran-ajaran Islam di lingkungan Kesultanan Islam Minangkabau Pagaruyung.
Kerap Dikunjungi Wisatawan
Keberadaan rumah sederhana yang berisikan sebuah kitab yang usianya sudah berabad-abad ini pun jadi perhatian. Rumah ini kerap dikunjungi oleh wisatawan baik lokal maupun mancanegara.
Bahkan keberadaan kitab Topah ini juga kerap digunakan sebagai acara ritual umat Islam. Tak hanya dari daerah Sumbar saja, melainkan dari Malaysia, Brunei Darussalam, dan juga Singapura.
Untuk akses masuk ke dalam ruangan rumah itu tidak bisa sembarangan. Tak semua orang bisa melihat langsung kitab kuno tersebut. Ada di momen tertentu sesuai dengan ritual yang sudah disepakati secara turun-temurun.
Melepas Niat
Tak hanya sebagai acara ritual, beberapa umat Islam juga menjadikan rumah ini sebagai tempat melepas niat atau bernazar. Contohnya seperti ada orang sakit kemudian berniat akan sembuh apabila datang ke tempat ini, maka niat itu akan terlaksana dengan datang ke tempat itu.
Selain Kitab Topah, di dalam bangunan sederhana ini juga ada tiga kitab lain yakni kitab suci Al-Qur'an, Kitab Thasawuf, Kitab Manti' dan Ma'ani.
Tempat ini makin ramai dikunjungi pada saat bulan Ramadan. Tujuan mereka datang adalah untuk berziarah setelah mengunjungi Ulakan.