'Merdeka' Sebelum Indonesia, Ini 7 Fakta Depok yang Pernah Jadi Negara Sendiri
Disebutkan, Depok yang berada persis di sebelah selatan Jakarta ini, sempat tidak mengakui kemerdekaan Republik Indonesia setelah diumumkan oleh Presiden Soekarno di tahun 1945, lho.
Selama ini kita mengenal Depok sebagai salah satu kota di Provinsi Jawa Barat. Kota Depok berbatasan langsung dengan DKI Jakarta. Siapa sangka, jika kota yang menjadikan buah belimbing sebagai ikonnya ini, ternyata pernah menjadi negara yang berdaulat, sebelum Republik Indonesia ada.
Disebutkan, kota yang berada persis di sebelah selatan Jakarta ini, sempat tidak mengakui kemerdekaan Republik Indonesia setelah diumumkan oleh Presiden Soekarno di tahun 1945, lho.
-
Bagaimana besaran THR PNS Depok? Disebutkan, untuk besaran THR yakni penghasilan gaji 100 persen dari penghasilan satu bulan yang diterima pada bulan Maret.
-
Apa yang dijual di Depok? Sebelumnya, polisi membongkar sindikat jual beli bayi melalui media sosial Facebook yang terjadi di wilayah Depok, Jawa Barat. Dalam kasus ini, polisi total menangkap delapan pelaku.
-
Kenapa berita hoaks ini beredar? Beredar sebuah tangkapan layar judul berita yang berisi Menteri Amerika Serikat menyebut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bodoh usai Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 diserang hacker beredar di media sosial.
-
Kapan THR PNS Depok dicairkan? Pemberian THR bagi ASN Depok direalisasikan pada Selasa (26/3). Pencairan dilakukan setelah adanya Peraturan Wali Kota (Perwal) Nomor 15 tahun 2024 tentang Teknis Pemberian THR dan Gaji 13.
-
Kapan nama surat kabar Benih Merdeka diubah? Akhirnya pada tahun 1920, ia mengubah nama menjadi "Mardeka".
-
Apa nama surat kabar pertama yang terbit di Jogja? Melalui sebuah unggahan pada 9 Mei 2024, akun Instagram @sejarahjogya menampilkan dua surat kabar yang pertama kali terbit di Jogja. Koran satu bernama “Mataram Courant” dan satunya lagi bernama “Bintang Mataram”.
Berikut 7 fakta tentang Depok yang jarang orang tahu:
Digagas oleh Anggota VOC
Gambar Cornelis Chastelein
http://poestahadepok.blogspot.com/ ©2020 Merdeka.com
Adalah Cornelis Chastelein, seorang tuan tanah yang baik hati bahkan menentang segala kebijakan kolonialisme yang menyiksa para rakyat Indonesia di masa lalu.
Dikutip dari historia.id, Chastelein merupakan seorang warga Belanda keturunan Prancis yang memiliki peran penting di kongsi dagang VOC. Ia berperan sebagai pencatat tata kelola buku perdagangan dan bisnis di tahun 1675.
Semakin berjalannya waktu, ia merasa tak sejalan dengan konsep VOC yang banyak membebani rakyat. Ia memang dikenal anti perbudakan karena dianggap bertentangan dengan ajaran di Kitab Injil.
Karena masalah tersebut, Chastelein keluar dan beralih menjadi pengusaha. Usahanya berkembang pesat dan mengantarkannya menjadi pengusaha kaya raya. Chastelein memiliki tanah seluas 1240 ha di selatan Jakarta dan menananaminya dengan berbagai jenis komoditas seperti indigo, coklat, sirsak, nangka, dan belimbing, rempah serta kopi.
Diwariskan pada Para Budak
Selama mengelola bisnisnya, pria yang juga penginjil tersebut dibantu oleh 150-an budak yang ia sebut sebagai hamba atau asistennya. Para budak tersebut didatangkan dari sejumlah daerah di Indonesia Bali, Makassar, Malaka, bahkan ada yang dari Sri Lanka.
Dalam kutipan sejarah yang tertulis di Jejak-Jejak Masa Lalu Depok: Warisan Cornelis Chastelein (1657—1714), karya Jan-Karel Kwisthout, para budak tersebut sengaja didatangkan dari beberapa wilayah yang ahli dalam teknik pengelolaan lahan pertanian dan perkebunan. Chastelein berharapan, tanah Depok yang subur bisa terkelola dengan baik dan bermanfaat.
Berawal dari Organisasi Kristen Pertama di Indonesia
Dalam buku itu juga, disebutkan cikal bakal dari Negara Depok berawal dari organisasi Kristen Protestan pertama di Indonesia yang didirikan Chastelein. Organisasi itu dibentuk sebagai ‘pelanggengan kekuasaan’ dengan nama, De Eerste Protestantse Organisatie van Kristenen (organisasi Kristen pertama).
Salah satu tujuan didirikan organisasi tersebut, ialah mengenalkan agama melalui pendekatan yang lebih humanis. Pendekatan ini jauh dari kesan kekerasan dan perbudakan.
Dikelola Budak Belanda yang Merdeka
Youtube Pamflet Generasi ©2020 Merdeka.com
Menurut dosen sastra Belanda, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UI, di balik semua usaha Chastelein, ada juga berupaya mewujudkan cita-cita pemerintah Belanda. Namun, Chastelein melakukan pendekatan yang berbeda.
“Sebagai penguasa tanah Depok, Chastelein ingin mewujudkan cita-cita memerintah dengan pendekatan soft-power dan penyebaran nilai Kristen” ujar Lilie Suratminto, dosen Sastra Belanda FIB UI.
Seiring berjalannya waktu Chastelein sakit dan berpesan kepada seluruh hambanya, agar mengelola seluruh lahan. Pesan itu disampaikan melalui surat wasiat yang diberikan di tahun 1714 melalui kebijakan kepemilikan bersama.
Para budak tersebut diwariskan 12 nama ‘marga’ dari ajaran yang ia bawa yaitu, Bacas, Iskah, Jacob, Jonathans, Josef, Laurens, Leander, Loen, Samuel, Soedira, Tholense, dan Zadok. Nama-nama itu, saat ini dikenal sebagai ‘marga’ asli Belanda Depok, keturunan asli dari Chastelein.
Berdirinya Negara Depok
Setelah Chastelein wafat pada 28 Juni 1714, para budak lantas dimerdekakan dan membentuk semacam organisasi yang disempurnakan. Hingga, menjadi sebuah sistem pemerintahan warisan Chastelein dengan pemimpin tertinggi serta asisten, yang merupakan cikal bakal Presiden dan Wakil Presiden dari Negara Depok.
Dilansir dari laman arsip Lentera Timur, Depok terus berkembang hingga di tahun 1871. Seorang advokat dari Belanda Mr.M.H. Klein merealisasikan perkembangan Depok menjadi sebuah republik dengan meletakan batu pertama bernama “Desa Republik”. Pembentukan tersebut dipimpin oleh G. Jonathans, warga Belanda Depok yang dipilih menjadi presiden dan M. F. Jonathan sebagai wakilnya.
Semenjak itu, Negara Depok berdiri dan lahirlah semacam peraturan perundang-undangan negara di tahun 1871 hingga 1876. Peraturan tersebut kembali disempurnakan di tahun 1913 bernama reglemen van het land Depok atau Regulasi Negara Depok. Dalam aturan itu disebutkan, masa kepemimpinan presiden yang hanya boleh memimpin selama tiga tahun.
Sempat Tidak Mengakui Kemerdekaan Indonesia
Youtube Dimensio Rajawali Muda ©2020 Merdeka.com
Kejayaan Negara Depok atau Desa Republik Depok perlahan mulai berakhir di era usai kemerdekaan Republik Indonesia. Berawal dari Depok yang tidak mengakui akan kemerdekaan Indonesia. Walau tidak menyatakan resmi, penolakan Depok terlihat dari gaya hidup yang “sangat Belanda”, dari para bangsa yang dikenal dengan sebutan “Kaoem Depok” atau “Depok Dalem”.
Pernyataan itu juga diakui oleh putra Johanes Matheis Jonathans, mantan presiden Depok terakhir, yang dikutip dari Gedoran Depok, karya Wenri Wanhar. Ttahun 1945, terdapat berbagai gesekan yang mengakibatkan warga Indonesia mendesak Depok, karena masih ‘beraroma Belanda’.
Sisa Kejayaan Negara Depok
Rumah Sakit Harapan yang merupakan sisa kejayaan Negara Depok/Dream.co.id ©2020 Merdeka.com
Setelah mengalami berbagai teror di masa “Gedoran Depok”, para warga keturunan Belanda tersebut ikut melebur dengan Bangsa Indonesia di tahun 1952. Mereka akhirnya, mendirikan komunitas bernama Yayasan Lembaga Cornelis Chastelein (YLCC).
Yayasan tersebut hingga kini menjadi perawat warisan berupa bangunan gereja, pemakaman Belanda, sekolah, dan hingga mengadakan berbagai kegiatan sosial.