Panen Cuan dari Jual Mi Pakai Bajaj, Pemuda Jaksel Ini Raup Omzet hingga Rp100 Juta Per Bulan
Meski menggunakan gerobak bajaj, nyatanya usaha yang ia jalankan berbuah manis. Selama 2 bulan berjualan, ia bisa meraup omzet hingga Rp100 juta per bulan.
Bajaj ini bukanlah angkutan umum yang dulu biasa dijumpai di jalanan ibu kota. Namun, kendaraan roda tiga ini justru merupakan gerobak mi. Di balik dagangan mi unik itu, ada sosok pemuda kreatif yang tinggal di wilayah Jakarta Selatan (Jaksel) bernama Satria Dinata.
Meski tak lazim karena memakai gerobak bajaj, nyatanya usaha yang ia jalankan bisa berbuah manis. Selama 2 bulan berjualan, ia mampu meraup omzet hingga Rp100 juta per bulan.
-
Kapan Baihaki memulai bisnis lakbannya? Memasuki usia yang ke-29, Baihaki menjadi pekerja lepas sebagai sales di sebuah perusahaan sepeda motor.
-
Bagaimana Baihaki memulai bisnis lakban nya? Sebelum memulai bisnis barunya, dia melakukan riset. Hampir 95 persen industri UMKM membutuhkan lakban. Sehingga, komoditas tersebut bagi Baihaki merupakan kebutuhan yang memiliki pasar secara luas. Dalam merintis usahanya, Baihaki menawarkan lakban secara 'door to door'. Aktivitas itu dia lakukan bersamaan dengan kegiatannya sebagai pekerja lepas sales sepeda motor.
-
Apa yang dijual oleh mantan tukang cuci piring tersebut di gerobak bajaj? Sesuai namanya, menu yang dijual adalah beberapa jenis pasta, spageti dan varian pizza.
-
Siapa yang memberi dukungan dan apresiasi atas kesuksesan bisnis pempek ini? Kisah bisnis istri polisi ini seketika menuai beragam tanggapan dari publik. Banyak apresiasi hingga dukungan yang dilayangkan bagi keduanya.
-
Apa bisnis yang sukses dibangun Baihaki? Baihaki merupakan pria asal Kecamatan Butuh, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Sejak kecil, dia tidak terpikir akan memiliki usaha dengan omset ratusan bahkan miliaran rupiah. Dalam wawancara yang diunggah dalam akun YouTube HaloBos, Baihaki bercerita, dia merantau ke Jakarta usai lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA). Di ibu kota, dia menjajal semua pekerjaan yang bisa mendatangkan rupiah. Hampir 20 tahun, Baihaki menjadi seorang pekerja.
-
Siapakah pengusaha muda yang sukses berjualan cireng di Bogor? Seorang gadis 20 tahun di Bogor, Jawa Barat, membuat langkah besar dalam hidupnya dengan cara berjualan cireng di gerobak pinggir jalan.
Satria pun membagikan tips suksesnya, meski hanya berjualan makanan di bajaj dan sering mengalami kegagalan. Bocorannya, ia turut mengikuti pola tren industri kuliner yang saat ini tengah digandrungi.
Seperti apa kisah inspirasinya? Yuk, belajar dari sosok Satria Dinata, seorang pemuda yang sukses di bidang usaha kuliner dengan bermodalkan bajaj.
Mencoba Peruntungan di Bidang Kuliner
Diungkap Satria, pengalamannya berjualan menu bakmi baru berjalan selama dua bulan. Itupun banyak proses yang harus ia lalui, sebelum mencapai titik seperti sekarang.
Salah satunya adalah melalui berbagai percobaan, di mana usaha sebelumnya yakni fesyen sempat ia jalani dan kini memilih fokus di bakmi bajaj karena dianggap berpeluang besar.
“Usaha bakmi bajaj ini sudah berjalan selama dua bulan, sebelumnya sempat usaha baju,” ujar Satria dalam program Berani Berubah di kanal YouTube Liputan6, dikutip Merdeka.com, Selasa (22/10).
Jual Bakmi Sehat
Mi yang dijual Satria sangat istimewa. Selain bertema Asian dengan menu andalannya bakmi Hongkong, dirinya juga menjaga kulitas dan kandungan gizi dari menunya.
Sebagai lulusan ahli gizi di Institut Pertanian Bogor (IPB), produk yang dihasilkan tidak serta-merta harus lezat. Namun, kandungan gizi tetap perlu diperhatikan sebagai salah satu nilai tambah dari kualitas yang dijajakan.
“Kebetulan background saya ahli gizi, jadi enggak pake MSG sama sekali tapi diganti kaldu yang dikristalkan. Ini juga sama sekali enggak pakai garam,” katanya.
Bajaj Jadi Ikon
Penggunaan bajaj bukan tanpa alasan. Dirinya mengaku ingin menjadikan gerobak anti-mainstreamnya ini sebagai ikon dari produk bakminya. Bajajnya pun bukan sembarang bajaj, karena sebelumnya sudah dimodifikasi dengan diberi peralatan masak hingga lemari penyimpan produk.
Bajaj yang dipakai juga higienis, sehingga produk bakmi yang dijual tetap terjaga kebersihannya yang tentunya beperngaruh pada rasa.
“Jadi kami coba pakai konsep, bakmi pakai bajaj, dan si bajaj ini yang jadi ikonnya jadi punya nilai plusnya,” terang Satria.
Kunci Sukses Bakmi Bajaj
Ditambahkannya, berjualan bakmi memakai bajaj mampu menjadi pembeda dari usaha serupa lainnya. Bajaj sebagai kendaraan ciri khas Jakarta di masa silam kembali ia hadirkan agar makin unik.
Selain itu, dirinya juga menangkap peluang dengan berpindah dari satu kafe ke kafe lainnya. Cara ini akan membantu Satria menjaring pasar. Usahanya pun terbukti ampuh, karena ratusan porsi bisa ludes dalam satu hari.
“Untuk di weekend 100 sampai 200 porsi bisa terjual, sedangkan weekday itu 100 porsi. Sebulan itu, omzetnya lumayan, bisa di angka Rp50 sampai Rp100 juta per bulannya,” ungkap Satria.
Disukai Pelanggan
Penggunaan bajaj juga terbukti mampu menarik pelanggan, terlebih jika di wilayah tempat berjualannya yakni Jalan Prapanca Raya, Cipete Utara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan belum dijumpai usaha serupa.
Salah satu pelanggan bernama Yazid mengaku menyukai cita rasa bakmi Hongkong yang disajikan. Ia juga kagum dengan konsep bajaj yang ikonik.
“Karena di Jalan Prapanca ini belum ada bakmi ya, terus gerobaknya juga unik kan,” katanya.
Jajakan Menu Bakmi yang Berbeda
Sebagai salah satu strategi marketing, Satria tidak sekedar menjual bakmi biasa. Ia menjajakan aneka variasi menu tersebut mulai dari bakmi Chinese, bakmi Bangka hingga bakmi Hongkong.
Mengutip Instagram Bakmie Tiga Roda, jenis mi juga tersedia yang biasa dan karet dengan sensasi unik dan lezat. Bagi penyuka pedas, ada juga bakmi chili oil yang kini tengah viral. Topingnya juga berbeda, mulai dari jamur merang, daging cincang hingga ayam panggang.
Untuk harganya dibanderol mulai dari Rp20 ribu hingga Rp40 ribuan, dengan isian toping yang bervariasi dan melimpah.
Dalam menjalankan usahanya, Satria tidak sendiri, dirinya turut berkolaborasi dengan rekannya agar bisa terus berkembang.