Perlakukan Sungai Lebih Manusiawi, Ini Kisah Para Penjaga Sungai dari Bandung
Dari tahun ke tahun, komunitas itu terus berkembang hingga terbentuklah sebuah komunitas sungai.
Dari tahun ke tahun, komunitas itu terus berkembang hingga terbentuklah sebuah komunitas sungai.
Perlakukan Sungai Lebih Manusiawi, Ini Kisah Para Penjaga Sungai dari Bandung
Kepedulian akan kebersihan lingkungan terkadang harus dimulai dari inisiatif warga. Hal itulah yang disadari oleh Yadi Supriyadi, seorang aktivis sungai asal Kota Bandung.
Sejak tahun 2009, ia membuat sebuah komunitas lokal peduli lingkungan di tingkat RW yang beranggotakan lima orang. Dari tahun ke tahun, komunitas itu terus berkembang hingga terbentuklah sebuah komunitas sungai. Komunitas itu kemudian diberi nama Cikapundung.
-
Bagaimana masyarakat sekitar memanfaatkan Sungai Sanghyang Kenit? Melimpahnya air di sana membuat masyarakat memanfaatkannya. Warga mengambil air untuk kebutuhan mencuci, dan lainnya.
-
Bagaimana masyarakat kuno membuat ukiran di dasar sungai? Ukiran itu dibuat dengan menggunakan kapak dari batu pecah.
-
Siapa saja yang tergabung dalam komunitas pecinta lingkungan? Pecinta lingkungan adalah kelompok orang atau masyarakat yang menaruh banyak perhatian pada kelestarian alam. Di mana kelestarian lingkungan berperan penting untuk mendukung kehidupan yang baik dan layak di bumi.
-
Bagaimana cara komunitas pecinta lingkungan meningkatkan kesadaran masyarakat? • Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan merawat kelestarian alam.
-
Siapa yang dijuluki pahlawan sungai? Gelar pahlawan kemerdekaan agaknya cocok disematkan kepada Harniwan Obech (53) asal Tasikmalaya, Jawa Barat. Ini karena upayanya memerdekakan sungai di wilayahnya dari tumpukan sampah yang mengganggu ekosistem.
-
Kapan komunitas Wara-wiri Mengajar dibentuk? Sebelumnya Wara-wiri Mengajar berangkat dari sebuah taman baca masyarakat yang dibentuk sejak 2017 lalu.
“Jadi pola kami adalah membersihkan sungai dengan media ban atau tubing. Dengan menggunakan tubing, kita membawa karung bekas, dan mengais sampah di sungai. Dengan cara itu kita tidak akan pernah bosan untuk membersihkan sungai karena bisa sekalian sambil rekreasi,” kata pria yang akrab disapa Yadi, dikutip dari kanal YouTube BRIN Indonesia.
Yadi mengatakan, pada 19 Juni 2011, acara yang digelar Komunitas Cikapundung berhasil mencetak rekor MURI. Saat itu sebanyak 1.500 orang turun ke sungai.
“Ini lebih ke kesadaran masyarakat. Mereka mengenal sungai itu sebagai tempat halaman rumah. Sungai itu sebagai tempat bermain. Sungai itu sebagai tempat peradaban,” jelas Yadi.
Menurut Yadi, apabila sungai sudah menjadi pusat peradaban, maka di sana akan muncul kehidupan interaksi sosial. Tak hanya itu, interaksi dengan alam juga terbentuk dan pada akhirnya interaksi ekonomi akan muncul dengan sendirinya.
Dengan adanya inisiatif menjaga lingkungan itu, masyarakat sudah ikut membantu program pemerintah. Namun tanpa ada fasilitas pemerintah kegiatan masyarakat pun juga sulit terlaksana.
Oleh karena itu dalam setiap kegiatannya, komunitas sungai bekerja sama dengan berbagai pihak seperti Dinas DLHK, PD Kebersihan, pemerintah kota, dan provinsi.
- Makna di Balik Upacara Adat Pamitan, Cara Warga Bandung Barat Minta Izin Sebelum Menambang Batu
- Kementerian PUPR Siapkan Anggaran Bersih-Bersih Sungai hingga Rp5 Miliar Per Sungai,
- Surga yang Dihiasi Sungai-Sungai Menawan untuk Kelompok Ini, Apa yang Mereka Lakukan?
- Menjelajah di Taman Balai Kota Bandung, Taman Tertua dengan Pemandangan Bunga Warna-warni dan Sungai Tengah Kota
Dalam hal ini, Yadi mengatakan tujuan dari komunitas itu adalah memperlakukan sungai secara layak, dengan menganggap sungai sebagai area halaman rumah. Setelah lingkungan sungai bersih, mereka pun bisa memperlakukan sungai sebagai ladang ekonomis. Salah satunya adalah dengan melakukan urban farming di pinggir-pinggir sungai.
“Karena dilakukan di bantaran sungai, urban farming ini tidak mengganggu aliran sungai dan juga tebing-tebing sungai. Jadi boleh dibilang ruang publiknya tetap berjalan, lahan hijaunya ada, tapi bisa menumbuhkan nilai ekonomis,” kata Yadi.
Bagi Yadi, banyak ekosistem di sungai yang perlu dijaga dan dirawat. Dalam hal ini, ia ingin memperlakukan sungai secara lebih “manusiawi”.
“Seperti ekosistem ikan di sungai-sungai kota Bandung yang semakin hilang. Apakah tidak salah kalau sungainya sudah bersih, bantaran sungainya sudah tertata rapi, warga masyarakatnya mau melakukan upaya kegiatan, kita sekali-kali melakukan upaya menghidupkan ekosistem di sungai itu seperti kura-kura, serta ikan-ikan, agar mereka akan berkembang biak seperti biasa,”
Ungkap Yadi dikutip dari kanal YouTube BRIN Indonesia