PLTA Berusia Satu Abad Ini Masih Beroperasi di Subang, Dulu Sempat Dibom Pasukan Jepang
PLTA ini jadi saksi kejayaan perkebunan di Subang yang mensejahterakan rakyat.
PLTA ini jadi saksi kejayaan perkebunan di Subang yang mensejahterakan rakyat.
PLTA Berusia Satu Abad Ini Masih Beroperasi di Subang, Dulu Sempat Dibom Pasukan Jepang
Sebuah unit Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) peninggalan Belanda masih berdiri kokoh di Desa Gunungtua, Kecamatan Cijambe, Kabupaten Subang, Jawa Barat.
-
Di mana PLTA Ketenger berada? Salah satu peninggalan Belanda itu adalah PLTA Ketenger, lokasinya berada di Gerumbul Kalipagu, Desa Ketenger, Kecamatan Baturraden.
-
Apa yang dihasilkan oleh PLTA Ketenger? Selain untuk menggerakkan turbin, air dari PLTA Ketenger juga dialirkan menuju saluran irigasi untuk mengairi pertanian sekitar.
-
Mengapa PLTA Ketenger dibangun? Dikutip dari Wikipedia, PLTA Ketenger dibangun untuk memenuhi kebutuhan energi listrik bagi rumah-rumah di Kota Purwokerto, Kabupaten Purbalingga, hingga Kebumen.
-
Siapa yang membangun PLTU Batang? PLTU Batang merupakan proyek dengan pola Kerjasama Pemerintah Swasta skala besar pertama dengan nilai investasi lebih dari USD 4 miliar.
-
Dimana lokasi PLTA Jelok? Tak jauh dari sana terdapat deretan rumah dinas yang dulunya digunakan sebagai tempat tinggal para karyawan PLTA. Saat ini, deretan rumah dinas itu dijuluki sebagai kampung kolonial.
-
Bagaimana perubahan area PKL Sultan Agung? Saat ini, kawasan itu telah ditata oleh pemkot sehingga lebih rapi dan nyaman, dengan jam buka mulai pukul 07.00-17.00 WIB.
Bangunan ini diklaim sebagai PLTA tertua di tatar Sunda, setelah didirikan sekitar tahun 1921.
Nuansa peninggalan kolonial masih tampak jelas, seperti di bagian fasad, desain ruangan mesin sampai tegelnya yang berwarna hitam putih.
Menurut informasi yang berhasil dihimpun, PLTA yang diberinama Gunungtua ini menjadi salah satu pemasok listrik yang berpengaruh di wilayah perkebunan dan tetap beroperasi hingga saat ini.
Yuk kenalan lebih lanjut dengan PLTA Gunungtua yang berusia satu abad ini
Dibangun untuk mengaliri listrik perkebunan
Pembangunan PLTA Gunungtua sendiri sedari awal sudah difokuskan untuk mengaliri listrik di tiga perkebunan teh seperti Wangunreja, Tambaksari dan Ciater.
Dulunya PLTA ini memiliki dua mesin dengan kapasitas yang cukup besar hingga mampu memenuhi kebutuhan listrik dan membantu produksi perkebunan di wilayah Subang. Namun saat ini PLTA tersebut hanya menyisakan satu mesin yang masih bisa digunakan.
“Ini dulunya ada dua mesin untuk kebutuhan listrik di perkebunan, Wangunreja, Tambaksari dan Ciater. Kapasitasnya dulu kalau tidak salah satu mega (megawatt),” kata operator PLTA, Deni dikutip dari YouTube Jejak Siborik.
Memenuhi kebutuhan listrik perkebunan
Merujuk artikel dari laman UIN Sunan Gunung Djati Bandung, dulunya Kabupaten Subang dikelilingi oleh area perkebunan teh, kopi dan kina. Kebun-kebun itu dikelola oleh saudagar tanah bernama Pieter Willem Hofland (P.W Hofland).
Ia merupakan pemilik tunggal kawasan perkebunan tersebut, yang dikelola lewat Pamanoekan en Tjiasemlanden atau unit usaha perkebunan di wilayah Pamanukan sampai Ciasem.
Sebelumnya Subang merupakan daerah kontra produktif, dengan produksi gula, beras dan kelapa yang seadanya. Namun setelah dikelola oleh Skelton dan dilanjut oleh P.W Hofland semuanya semakin maju dengan penambahan infrastruktur dan permukiman pegawai yang layak.
Mulai majunya perkebunan tersebut, pihaknya bersama kalangan terkait lantas membangun PLTA Gunungtua sebagai pilar pemenuhan listrik di sana.
Bisa tetap beroperasi karena memiliki bendungan
Alasan PLTA Gunungtua masih bisa beroperasi lantaran memiliki bendungan yang dapat menampung air sungai. Ini karena mesin-mesin generator sebagai penghasil daya membutuhkan pasokan air yang stabil.
Walau demikian, mesin yang beroperasi saat ini sudah digantikan dengan mesin yang baru buatan Korea. Ini karena mesin-mesin sebelumnya yang dibangun zaman Belanda sudah tidak bisa digunakan.
Saat ini, air sudah tidak bisa diandalkan secara penuh dari bendungan karena musim kemarau. Air hanya bisa dialirkan dari sungai-sungai sekitar.
- 12 Rangkaian Kereta Beroperasi Usai Pembubutan Roda, Ini Jadwal Terbaru LRT Jabodebek
- Melihat Suasana Desa yang Akan Ditenggelamkan untuk Proyek Bendungan, Ada Pohon Jati Berusia 500 Tahun
- Lubang Jepang, Saksi Bisu Kekejaman Zaman Penjajahan di Bukittinggi
- Empat Hari Beroperasi, Penumpang LRT Jabodebek Sudah 96.426 Orang
Tidak beroperasi penuh
Operasional PLTA juga diketahui tidak bisa berjalan secara penuh karena pasokan air yang tidak maksimal.
Bentangan pipa besar dari arah bendungan sejauh kurang lebih 2 km sudah tidak maksimal menghimpun air karena kerap terbawa lumpur.
Ini yang kemudian PLTA ini hanya bisa beroperasi di waktu-waktu tertentu, tergantung pasokan air.
“Sekarang musim kemarau, dan operasionalnya tergantung pasokan air,” kata Deni, menambahkan.
Pernah dibom pasukan Jepang
Seperti dinarasikan pemilik kanal YouTube, bahwa sebelumnya PLTA ini pernah dibom oleh pasukan Jepang saat menjajah Indonesia.
Ketika itu tentara Jepang meluluhlantakkan PLTA karena ingin menguasai daerah tersebut.
Menurut sejarahnya, PLTA Gunungtua dibom oleh pasukan Jepang di tahun 1943 hingga hancur dan tak bisa digunakan.
Namun setelah kemerdekaan, pihak terkait mencoba membangun kembali PLTA Gunungtua dan berhasil mengoperasikannya sampai sekarang.
PLTA Gunungtua menjadi salah satu peninggalan sejarah di Subang yang menarik lantaran berperan penting terhadap kejayaan perkebunan Pamanoekan en Tjiasemlanden yang dulu mensejahterakan warga sekitar.