Potret Kampung Pedalaman Cianjur Ini Bikin Nostalgia, Warung Kopinya Serasa Tahun 1980-an
Deretan rumah penduduk masih berbentuk tradisional zaman dulu.
Deretan rumah penduduk masih berbentuk tradisional zaman dulu.
Potret Kampung Pedalaman Cianjur Ini Bikin Nostalgia, Warung Kopinya Serasa Tahun 1980-an
Berkunjung ke kampung ini seperti berada di tahun 1980-an. Pasalnya, deretan rumah penduduk masih berbentuk tradisional zaman dulu. Keramahan warganya juga khas warga pedesaan yang hangat dan bersahaja.
Kampung ini diketahui bernama Rawameong, Desa Pusaka Jaya, Kecamatan Pasirkuda, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Letaknya berada di wilayah pegunungan, sehingga memiliki udara yang sejuk terlebih saat pagi hari.
-
Dimana letak Kampung Cipancur yang terkenal dengan rumah-rumah di tengah sawah? Punya cita-cita pindah ke desa setelah pensiun? Mungkin Kampung Cipancur, Desa Mandalasari, Kecamatan Puspahiang, Tasikmalaya ini bisa jadi pilihan.
-
Mengapa orang di kampung itu merasakan seperti melihat Ponorogo tahun 1970-an? Mereka teman-teman dari Ponorogo pernah datang ke sini. Mereka melihat kami lalu mereka bilang merasakan Ponorogo tahun 1970-an. Malahan mereka bilang budaya seperti ini di Ponorogo sudah banyak yang hilang. Jadi kalau mau lihat Ponorogo tahun 1970-an, datanglah ke kampung kami,”
-
Di mana Kampung Cikabuyutan berada? Kampung Cikabuyutan, Desa Tenjowaringin, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya merupakan daerah yang berbatasan dengan Kabupaten Garut.
-
Mengapa pemandangan Kampung Cikabuyutan seperti lukisan? Dilihat sepintas, pemandangan di sini mirip di lukisan. Rumah warga punya halaman depan sawah dan bukit Salah satu yang didambakan orang kota adalah memiliki halaman rumah yang indah.
-
Bagaimana Cianjur menjadi sebuah kota modern? Mengutip laman Protokol dan Komunikasi Kabupaten Cainjur, wilayah tersebut pernah menjadi sebuah kota modern dengan bangunan megahnya.
-
Apa fungsi utama Kampung Gandekan di masa lalu? Dulunya wilayah ini dikenal sebagai salah satu wilayah tersibuk. Hal ini dikarenakan kampung itu dulunya merupakan kawasan perdagangan terkemuka.
Suasana ala puluhan tahun lalu semakin terasa saat warganya mulai beraktivitas sejak pagi hari, seperti menjemur pakaian, menyapu dan mengantar anak-anak menuju sekolah.
Penasaran bagaimana pesonanya? Yuk intip suasana jadul di kampung tersebut selengkapnya.
Warga Sudah Beraktivitas Sejak Pagi Buta
Mengutip Youtube Garut Turunan Kidul, aktivitas warga di kampung tersebut sudah dimulai sejak pagi-pagi buta.
Mereka mulai membuka jendela dan pintu rumah tradisionalnya, sejak pukul 04:30 WIB pagi.
Tampak para ibu yang mulai menjemur pakaian, menyapu halaman dan beraktivitas di luar rumah layaknya masyarakat di pedesaan.
Suasana ini benar-benar membawa pemandangan khas masa kecil, ketika masih belum mengenal wilayah perkotaan modern.
Deretan Rumahnya Masih Terbuat dari Kayu
Wilayah Kampung Cimeong ini juga memiliki pemandangan yang langka di era modern seperti sekarang.
Banyak rumah warga yang dibangun menggunakan bahan utama kayu dan geteng tanah liat. Bentuk rumahnya juga tidak berdempetan, alias jarak antar rumah yang berjauhan.
Seluruh rumah bergaya Sunda lawas itu juga dibangun dengan model rumah panggung, yang di zamannya sebagai pelindung penghuni rumah dari binatang buas dan bencana banjir.
Jalanan di sana juga masih berupa tanah, dan belum diaspal maupun dirabat beton. Walau demikian, lingkungannya tampak bersih dan terjaga dari sampah sehingga jauh dari kesan kumuh.
- Potret Rumah Tradisional Jawa di Purbalingga, Punya Banyak Kamar Jadi Buruan Konten Kreator
- Mengunjungi Kafe Nostalgia di Serang, Suasananya Khas Rumah Nenek
- Bak Nostalgia, Begini Momen Penumpang Turun Beli Jajan saat Kereta Berhenti di Stasiun Kecil Pedalaman
- Begini Potret Para Pedagang Jadul Tahun 80an dari Warteg Hingga Penjual Kerupuk Dijamin Bikin Nostalgia
Warungnya Kental Nuansa 1980-an
Kemudian, nuansa khas 1980an makin terasa dengan adanya sebuah warung yang berada di kampung tersebut.
Letaknya ada di tengah desa dengan bangunan yang sederhana berbahan gedek bambu dan kayu.
Dalam keterangan di unggahan video tersebut disebutkan bahwa warung menjajakan kebutuhan pokok sehari-hari, termasuk menyediakan kopi. Menurut sang penjual, model warung begini sering ia jumpai saat masih kecil di tahun 1980 silam.
“Nuju alit mah warungna biasa wae, siga kiyeu (waktu saya kecil mah warung-warungnya masih biasa bentuknya, seperti ini),” kata pemilik warung
Asal Usul Nama Cimeong
Ditambahkan pemilik warung yang merupakan warga asli Cimeong, asal usul nama kampungnya berasal dari cerita orang tua zaman dulu.
Kala itu, terdapat kucing hutan besar yang berkeliaran di kampung tersebut dan masuk ke parit atau kubangan di sawah. Dalam bahasa Sunda, “Ci” artinya air (merujuk pada kubangan) sedangkan “Meong” berarti kucing hutan.
“Saur sepuh mah baheula aya meong, nuju ka luar, ka rawa, terus paeh (kata orang tua, dulu itu ada kucing dari hutan terus ke luar dan ke rawa lalu mati),” katanya lagi.
Kampung ini menjadi tempat yang menarik untuk dijelajahi, dengan keindahan pemandangan dan keramah tamahan warganya.