Terdampak Kekeringan, Begini Pilunya Warga Majalengka Harus Cuci Baju di Sungai yang Keruh
Kondisi ini sudah dialami warga selama sebulan terakhir.
Kondisi ini sudah dialami warga selama sebulan terakhir.
Terdampak Kekeringan, Begini Pilunya Warga Majalengka Harus Cuci Baju di Sungai yang Keruh
Periode musim kemarau memunculkan masalah seperti menyusutnya debit air, sampai kesulitan untuk mengaksesnya. Ini karena curah hujan di masa tersebut sudah semakin jarang sehingga sumber mata air tidak dapat menyimpan cadangan.
-
Kenapa pendaki Gunung Lawu dilarang memakai baju berwarna hijau? Salah satu larangan yang cukup populer adalah larangan mendaki dengan jumlah ganjil. Meskipun tidak ada aturan resmi yang tertulis, kepercayaan masyarakat setempat menyatakan bahwa pendaki yang berjumlah ganjil dapat digenapkan oleh makhluk gaib atau kekuatan supranatural lainnya. Selain larangan jumlah ganjil, ada juga larangan memakai baju berwarna hijau selama pendakian. Konon, memakai baju hijau dapat menyebabkan penculikan oleh Ratu Pantai Selatan. Meskipun sebagian orang mungkin mempertanyakan keterkaitan antara Gunung Lawu dan pantai selatan yang jauh, masyarakat dan para pendaki masih tunduk pada aturan ini.
-
Dimana warga membuat lubang di dasar sungai? Di Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Banyumas, air sungai jadi kering kerontang akibat musim kemarau.
-
Bagaimana Thariq Halilintar dan teman-temannya membersihkan sampah di Sungai Ciliwung? Thariq Halilintar, bersama Haris Vriza, Sarah Tumiwa, Azriel Hermansyah, Aaliyah Massaid, dan peserta aksi lainnya, terjun ke sungai untuk membersihkan sampah yang mencemari lingkungan.
-
Siapa yang dijuluki pahlawan sungai? Gelar pahlawan kemerdekaan agaknya cocok disematkan kepada Harniwan Obech (53) asal Tasikmalaya, Jawa Barat. Ini karena upayanya memerdekakan sungai di wilayahnya dari tumpukan sampah yang mengganggu ekosistem.
-
Bagaimana masyarakat kuno membuat ukiran di dasar sungai? Ukiran itu dibuat dengan menggunakan kapak dari batu pecah.
-
Siapa yang membersihkan sampah di Sungai Ciliwung? Thariq Halilintar mengajak beberapa temannya untuk turut serta membersihkan tumpukan sampah yang menggenang di Sungai Ciliwung sebagai bagian dari aksi sosial.
Di Desa Bantrangsana, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, musim kemarau turut berdampak, hingga warga terpaksa mencuci pakaian di Sungai Cideres yang keruh. Tak ada pilihan lain dari warga, karena ini cara tercepat agar kebutuhan mencucinya bisa terpenuhi. Terpantau di lokasi, sejumlah ibu rumah tangga bergantian mencuci pakaian keluarga mereka karena air di rumahnya sudah tidak bisa mengalir.
Mencuci di air sungai keruh jadi pilihan
Menurut keterangan dari warga, menggunakan air yang tidak layak terpaksa dilakukan karena air bersih sudah tidak mengalir ke rumah mereka selama satu bulan terkahir. Hal ini akhirnya membuat para ibu rumah tangga memanfaatkan sumber-sumber air yang ada, termasuk aliran sungai. Padahal, kondisi sungai juga mengalami penyusutan hingga airnya banyak tercampur pasir.
“Ini sudah sebulan kesulitan air bersih, akhirnya mencuci di sungai,”
kata salah seorang warga bernama Abibah, mengutip YouTube Liputan6, Selasa (8/8).
merdeka.com
Tak apa kotor asal cepat
Abibah mengaku tidak masalah menggunakan air sungai di desanya itu, walau dalam kondisi yang tidak layak. Menurutnya, selama air di sungai tersebut masih ada dan bisa digunakan, dirinya akan tetap mencuci di sana. Dirinya bersama warga lainnya tak ada pilihan lain, karena air benar-benar tak mengalir.
- Kondisi Terkini Banjir di Tembalang Semarang, Ratusan Warga Mengungsi
- Turun Langsung ke kebun Berseragam Lengkap Kasad Pakai Topi Caping Tanam Jagung Untuk Swasembada Pangan
- Selalu Tampil Kompak dengan Warna Mentereng, Outfit Kelompok Ibu-Ibu Ini Curi Perhatian
- Datangi Makam Ibu yang Terdampak Banjir, Aksi Perempuan Ini Curhat Kesepian Jalani Sahur Sendiri Tuai Haru
“Nggak ada air bersih, biasanya kan ada yang bayar tiap bulan. Jadi mendingan ke sungai cepat, biarpun nggak bersih,”
kata Abibah.
merdeka.com
Sumber air jadi rebutan
Abibah menambahkan, ketika air di sumber utama mengalir, dirinya terpaksa harus berebut dengan warga lain yang juga belum tentu kebagian. Menyusutnya air ini diduga karena musim kemarau yang belakangan melanda di wilayah Kabupaten Majalengka. “Nggak papa nyuci di sungai, kotornya dikit,” kata dia menambahkan.
Warga juga membuat kolam di pinggir sungai
Selain Abibah, warga lain juga turut memanfaatkan air sungai di desanya itu, salah satunya dengan membuat bendungan sederhana dari bebatuan.
Air yang tersisa kemudian dibiarkan penuh, dan jika sudah luber akan dialirkan ke rumah-rumah warga ala kadarnya. Selain itu, terdapat juga warga lain yang menanam sayuran kangkung di pinggiran sungai, demi bisa bertahan hidup untuk dikonsumsi. Dampak dari kemarau tahun ini juga membuat sumur warga dan sumur bor pemerintah desa ikut mengering.