Uniknya Kampung Sempurmayung di Sumedang, Warga Masih Gunakan Rumah Adat Sunda
Warga di Sempurmayung masih menggunakan rumah adat Sunda sebagai tempat tinggalnya.
Warga di Sempurmayung masih menggunakan rumah adat Sunda sebagai tempat tinggalnya.
Uniknya Kampung Sempurmayung di Sumedang, Masih Dihuni Warga dengan Rumah Adat Sunda
Kampung Sempurmayung yang terletak di Desa Cimarga, Kecamatan Cisitu, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat terbilang unik. Pasalnya masih banyak warga tinggal di rumah berbentuk tradisional Sunda. Belakangan, lokasi tersebut dikenal sebagai permukiman adat. Saat menjelajah ke Sempurmayung, nuansa kearifan lokal Sunda begitu kental. Masyarakatnya ramah dan menyambut baik siapapun yang datang. Pengunjung bisa melihat uniknya bangunan-bangunan rumah dengan gaya panggung lawas.
-
Apa yang ditawarkan di Kampung Kawangi, Sumedang? Pengunjung bisa mendapatkan tiga keuntungan sekaligus yakni kuliner Sunda yang lezat, panorama alam yang indah dan kebudayaan lokal yang bikin nostalgia.
-
Apa saja yang ditawarkan tempat wisata di Sumedang? Tempat wisata Sumedang akan memberikan pengalaman seru dan menarik selama liburan. Tempat wisata Sumedang ini sayang untuk dilewatkan.
-
Di mana Kampung Sukatinggal berada? Adapun lokasi perkampungan tersebut berada di Kampung Sukatinggal, Desa Deudeul, Kecamatan Taraju, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.
-
Apa saja tempat wisata yang bisa dikunjungi di Sumedang? Sumedang, sebuah kabupaten di Jawa Barat yang terkenal dengan tahu dan sambalnya, ternyata memiliki banyak tempat wisata yang menarik dan populer. Mulai dari wisata alam, budaya, hingga religi, Sumedang menawarkan berbagai pilihan destinasi yang bisa Anda kunjungi bersama keluarga, teman, atau pasangan.
-
Apa keunikan Kampung Paniis di Sumedang? Kampung Paniis di Desa Cienteung, Kecamatan Darmaraja, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, memiliki bentuk atap bangunan yang unik. Tiap warga di sana masih mempertahankan bentuk suhunan atau atap rumah yang bergaya khas zaman penjajahan Jepang.
-
Apa yang diabadikan dalam Monumen Lingga di Sumedang? Monumen Lingga ini menggambarkan kebesaran hati dan kepemimpinan Pangeran Suria Atmaja.
Selain bangunan tradisional, daerah tersebut juga memiliki panorama indah karena berada di dataran tinggi, pegunungan Lingga yang sejuk. Tradisi lokal di kampung ini juga masih diikuti oleh warga setempat. Lokasi ini bisa menjadi alternatif tempat untuk mengenal bentuk rumah adat Sunda yang mulai sulit ditemui. Berikut informasi selengkapnya.
Berdiri Rumah-Rumah Adat
Mengutip kanal YouTube Baraya Sumedang, Kamis (13/7), di sepanjang rute perkampungan Sempurmayung, masih berdiri rumah-rumah adat yang ditempati oleh warga sekitar. Jika ditilik dari bentuknya, rumah adat di kampung tersebut memiliki gaya Julang Ngapak. Secara filosofis, Julang Ngapak menggambarkan bentuk atap yang menyerupai seekor burung yang tengah mengepakkan sayapnya. Bentuk atapnya tampak melebar, dengan bagian dengan dan belakangnya memiliki motif berbentu “X” sebagai gambaran dari kepala dan ekor burung. Untuk strukturnya, rumah adat Julang Ngapak di Sempurmayung juga mempertahankan ciri khasnya, yakni berbentuk panggung.
Dibuat dengan kayu
Keunikan lainnya adalah dari sisi konstruksinya yang masih menggunakan kayu dan anyaman bambu. Walau tidak semua seperti itu, namun upaya pelestarian bentuk asli rumah orang Sunda masih dipertahankan warga setempat. Foto: YouTube Baraya Sumedang
Tak hanya itu, secara tata lingkungan sekitar rumah juga terbilang dijaga oleh beberapa warga di sana, sehingga rapi dan bersih. Beberapa rumah juga ditanami rumput halus yang jadi tempat bermain anak yang nyaman. “Jadi ini salah satu peninggalan di Kampung Sempurmayung, namanya rumah adat Julang Ngapak dengan bentuk yang unik, yakni nyungcung (mengerucut ke atas),” kata sang kreator, sebagaimana dikutip Merdeka.
Tergeser mModernisasi
Salah satu warga bernama Romli mengatakan bahwa saat ini Kampung Sempurmayung sudah banyak berubah. Sebelumnya terdapat hampir seratusan rumah dengan bentuk Julang Ngapak yang serupa, namun saat ini hanya tersisa sebanyak 60 an rumah. Beberapa di ataranya sudah dirombak menjadi rumah modern, maupun diperbaharui dengan konstruksi rumah panggung biasa. “Dulunya begitu (kampung adat), sekarang mah sudah berubah, hanya tersisa 60, ” kata Romli, di unggahan YouTube Baraya Sumedang.
- Kisah Kampung Mati di Gunungkidul, Kini Hanya Tersisa Dua Rumah di Puncak Bukit
- Melihat Rumah Orang Sunda di Kampung Naga Tasikmalaya, Lantai Dapurnya Bisa Kelola Sisa Makanan
- Warung Tertinggi di Atas Gunung Sampah Bantargebang, Dagangan Dipenuhi Lalat
- Sisi Lain Gunung Sampah Bantar Gebang, Ternyata di Atasnya Ada Warung Makanan Laris Manis Walau Dipenuhi Lalat
Dulunya Ditinggali Warga Transmigran
Berdasarkan informasi yang dihimpun, Kampung Sempurmayung dahulunya disiapkan pemerintah setempat untuk warga Sumedang yang kembali setelah bertransmigrasi di Kalimantan dan Aceh. Banyak warga sekitar wilayah Kabupaten Sumedang, seperti Tanjungsari yang dulunya tinggal di Kalimantan, dan kini tinggal di Sempurmayung. Namun sebagian warga transmigran itu kembali ke desa kelahirannya, dan kini Sempurmayung kebanyakan ditempati oleh warga Cimarga dan Cisitu.
Menurut keterangan warga setempat, kampung ini didirikan pemerintah sekitar awal tahun 2000 an. Jalanan di sana juga terbilang bagus karena sudah menggunakan rabat beton walau di beberapa sisi masih rusak.