Uniknya Tradisi Wakare di Majalengka, Warga Satu Kampung Gotong Royong Angkat Rumah
Warga secara kompak menggotong rumah ke kampung tetangga untuk mengingat kejamnya tentara Jepang di masa penjajahan
Warga secara kompak menggotong rumah ke kampung tetangga untuk mengingat kejamnya tentara Jepang di masa penjajahan
Uniknya Tradisi Wakare di Majalengka, Warga Satu Kampung Gotong Royong Angkat Rumah
Masa penjajahan Jepang di masa silam melahirkan tradisi unik di Majalengka bernama Wakare. Warga bergotong royong untuk memindahkan rumahnya ke kampung tetangga agar lebih aman. Sampai sekarang, wakare masih dipertahankan sebagai pengingat anak-cucu kelak.
-
Di mana tradisi undangan berhadiah ini ditemukan di Majalengka? Tradisi undangan unik ini masih dilestarikan warga di hampir tiap wilayah Kabupaten Majalengka seperti Sukawana, Kadipaten, Leuwimunding, Cijati, Kertajati sampai Panyingkiran.
-
Dimana Kampung Adat Urug yang memiliki tradisi menumbuk padi ini berada? Kampung Urug di Desa Kiara Pandak, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, mejadi salah satu permukiman adat yang tersisa di wilayah Jawa Barat.
-
Bagaimana warga Desa Mliwis menjaga tradisi Nyadran? “Sudah turun-temurun sejak zaman simbah-simbah kita dulu. Kita kasih undangan ke warga-warga kalau tiap tanggal 15 ruwah diadakan doa bersama, dan satu minggu sebelumnya diadakan bersih-bersih makam,” kata Widiatmoko, tokoh masyarakat Desa Mliwis.
-
Kapan Tradisi Mantu Kucing dimulai? Tradisi Mantu Kucing dilakukan oleh masyarakat di Dusun Njati, Pacitan, Jawa Timur sejak 1960-an.
-
Kapan warga Kampung Adat Urug biasanya melakukan tradisi menumbuk padi? “Biasanya nutu itu sebulan sekali, kalau ada tetangga yang ingin memakai beras,” kata salah seorang warga, Sri Wulandari, mengutip YouTube Balai Kebudayaan Wilayah IX Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kamis (4/1).
-
Mengapa warga Lebak melakukan Tradisi Ujungan? Menariknya, tidak ada perselisihan setelah tradisi itu dilakukan. Yang ada hanya senda gurau dan tawa ceria dari warga untuk memperkuat persaudaraan.
Kegiatan menggotong rumah bersama
Seperti disinggung sebelumnya, wakare adalah kegiatan menggotong rumah milik warga oleh para tetangga di Kampung Wates, Desa Jatisura, Kecamatan Jatiwangi, Kabupaten Majalengka.
Di era sekarang, tradisi ini hanya sebatas simbolisasi melalui replika rumah yang berukuran lebih kecil dan ringan dari aslinya.
Secara kompak, warga memindahkan rumah dari Kampung Wates ke kampung lain dan akan berkumpul untuk memakan makanan tradisional secara bersama-sama di lokasi pemindahan.
Warga mengenakan pakaian tradisional
Pada tahun ini, tradisi wakare telah diadakan warga Kampung Wates, Jatiwangi pada Senin 14 Agustus 2023 lalu.
Di hari itu, warga serempak mengenakan pakaian tradisional seperti kebaya untuk perempuan, camping dan pakaian hitam dengan caping untuk kaum laki-laki.
Mereka juga sesekali menyanyikan lagu tradisional dan meneriakkan kata wakare yang dalam bahasa Jepang artinya, pindah atau pergi segera. Saat pelaksanaannya, tradisi ini dimaknai sebagai simbol perjuangan warga melawan perampasan tanah sewenang-wenang oleh penjajah.
Melintasi perkampungan di Majalengka
Dalam sekali pelaksanaan wakare terdiri dari beberapa kelompok warga yang menggotong replika rumah berbahan bambu dan beratap daun. Ini menggambarkan bentuk rumah yang lazim dimiliki warga di paruh tahun 1940 an.
Mereka berjalan sekitar 3 kilometer, melintasi area sawah, permukiman dan perkampungan warga di Majalengka menuju tanah lapang di Kampung Pilang.
Kalangan perempuan juga terlihat menggendong dan membawa serta anak-anaknya sampai acara wakare selesai.
Wakare bermula dari pengusiran warga satu kampung oleh Jepang
Adapun sejarah wakare bermula di tahun 1942-1943 ketika pasukan kolonial Jepang pertama kali berlabuh di Majalengka.
Dahulu mereka kebingungan mencari lahan kosong untuk dijadikan sebagai pangkalan militer karena masih didominasi hutan belantara. Kemudian dengan unsur paksaan, pasukan Jepang memilih Kampung Wates untuk dijadikan markas dan mengusir warga.
- Mengenal Tradisi Ujungan di Lebak, Warga "Saling Pukul" untuk Perkuat Persaudaraan
- Serunya Tradisi Ngubyag saat Kemarau di Ciamis, Tangkap Ikan di Sungai Pakai Tangan Kosong untuk Eratkan Silaturahmi
- Uniknya Tradisi Dudus di Serang, Warga dan Pengguna Jalan Disiram Air Kembang untuk Tolak Bala
- Tradisi Bedah Teteg Cueran di Klaten, Warga Saling Berebut Ikan di Kolam Lumpur
Dengan bernada tinggi, pasukan Jepang mengusir warga dengan berkata “wakare, wakare, wakare!” yang artinya pergi sekarang, pergi sekarang.
Warga pun memilih meninggalkan tanah mereka dan membawa serta rumah, perabotan serta alat pertanian agar aman.
Sumber: Instagram Pepepsae, Antara, Jabar Explore