Begini cerita anak korban eksploitasi dibina di sosial Bambu Apus
Anak-anak yang di sini adalah korban eksploitasi, trafficking, dan kekerasan.
Di Rumah Perlindungan Sosial Anak (RSPA) di Bambu Apus, Jakarta Timur, ini anak-anak bernasib kurang beruntung mendapatkan pembina. Anak-anak yang di sini adalah korban eksploitasi, trafficking, dan kekerasan.
Saat ini, ada 31 anak yang mendapat pembinaan di sana. Usai mereka beragam.
"Latar belakang mereka bermacam-macam. Usia anak-anak di sini tiga tahun hingga tujuh belas tahun," kata Koordinator Rumah Perlindungan Sosial Anak Bambu Apus Jakarta Timur, Ike Mustika, saat berbincang santai dengan merdeka.com, Selasa (29/3).
Dikatakan Ike, anak-anak yang berada di panti sosial mendapatkan pendampingan dan rehabilitasi sesuai dengan usianya. "Setelah assessment bagaimana, apakah anak membutuhkan bimbingan atau seperti apa. Itu kita lihat kondisi anaknya nanti, karena tidak semua anak disamakan bimbingannya. Maka setiap usia mendapatkan bimbingan yang beda, karena berbagai usia. Jadi disesuaikan dengan kemampuan dan keinginan anak," jelasnya.
-
Kapan bayi tersebut meninggal? Penanggalan radiokarbon mengonfirmasi bahwa keduanya meninggal antara tahun 1616-1503 SM.
-
Dimana kekerasan pada anak dilarang? Banyak negara telah mengesahkan undang-undang yang melarang kekerasan terhadap anak.
-
Kenapa bayi sering cegukan? Cegukan pada bayi umumnya merupakan fenomena alami dan tidak perlu menjadi sumber kekhawatiran yang berlebihan bagi orangtua.
-
Apa saja gejala mabuk perjalanan pada anak? Gejala-gejala tersebut antara lain: Mual Muntah Pusing Sakit kepala Lemas Kebingungan Kelelahan
-
Siapa yang berjuang demi anak? “Pada awal kehidupan, orangtua tentu harus membesarkan anaknya, mengasuh, mengajari. Tapi, pada titik tertentu, orangtua justru harus mengajari anaknya kehidupan dengan melepaskan.”
-
Bagaimana anak panah itu ditemukan? Ketika es mencair di gunung tersebut, arkeolog Lars Pilo menemukan anak panah kuno yang sangat unik.
RPSA Bambu apus ©2016 Merdeka.com/Ronauli Manondangi Margareth
Selain karena latar belakang permasalahan yang berbeda, anak-anak di Bambu Apus juga memiliki kondisi fisik yang tak sama dengan anak-anak lainnya.
"Di sini ada anak down syndrome, epilepsi, anak yang autis. Jadi kita ada masing-masing cara penanganannya,"ucap dia.
Ditambahkan dia, untuk metode memulihkan trauma dan kepercayaan dari masing-masing anak tersebut, mereka mendapatkan bimbingan psikolog. Bahkan jika ada anak yang harus mendapatkan perawatan dan pengobatan khusus, pihak RPSA Bambu Apus Jakarta Timur telah bekerja sama dengan Rumah Sakit dan ahli terapist.
"Ya kalau ada anak-anak yang membutuhkan perawatan dan pengobatan khusus, kita sudah bekerja sama dengan Rumah Sakit, Psikolog, pekerja sosial, dan ahli terapist," tutupnya.
Baca juga:
Bocah hebohkan netizen di Malang ternyata anak berkebutuhan khusus
Mengamen tetapi memaksa minta uang, 5 pemuda di Depok diamankan
Kapolsek ini jadi bapak asuh puluhan anak punk Tangerang
Terlantar, 9 anak pengidap HIV/AIDS di Solo akan ditampung
Pemerintah diminta perbanyak fasilitas buat perkembangan bakat anak
Semangat anak-anak jalanan raih pendidikan demi cita-cita masa depan
Perjuangan mereka didik anak jalanan tanpa pamrih