4 Fakta Ungker Jati, Kuliner Ekstrem Khas Blora untuk Sambut Datangnya Musim Hujan
Ungker Jati merupakan salah satu kuliner yang berasal dari Blora. Di kalangan masyarakat asli Blora, kuliner ini memiliki kandungan protein tinggi. Selain itu, rasanya juga gurih. Tak heran banyak orang yang mencari makanan ini. Hanya saja, makanan itu terbuat dari bahan dasar kepompong.
Ungker Jati merupakan salah satu kuliner yang berasal dari Blora. Di kalangan masyarakat asli Blora, kuliner ini memiliki kandungan protein tinggi. Selain itu, rasanya juga gurih. Tak heran banyak orang yang mencari makanan ini.
Namun, Ungker Jati terbuat dari bahan dasar yang tak biasa, yaitu kepompong. Biasanya, warga Blora berburu Ungker Jati saat awal musim hujan.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Bagaimana cara membuat Jenang Saren? Mengutip Kemdikbud.go.id, bahan utama yang digunakan untuk membuat jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa.
-
Kenapa Candi Jago dibangun? Sejarah Candi Jago dibangun atas inisiasi Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang sang ayah, Raja Sri Jaya Wisnuaedhana (1248-1268).
-
Bagaimana cara membuat kue jipang? Berasnya dimasukkan ke situ,” ungkap pemilik kanal YouTube Brent Sastro sembari menunjuk sebuah alat pemanas yang dihubungkan ke gas elpiji. Di sebelahnya, tampak sebuah wajan berisi air gula yang dicampur minyak sedang dipanaskan.
Kartini, salah seorang ibu rumah tangga di Blora mengungkapkan, Ungker Jati menjadi menu andalannya saat memasak untuk keluarga. Dia mengolah Ungker menjadi oseng-oseng dan dicampur dengan daun kedondong.
“Rasanya makin sedap. Kami sekeluarga sama-sama hobi makan Ungker Jati,” ungkap Kartini dikutip merdeka.com dari liputan6.com pada Selasa (29/9). Berikut selengkapnya:
Marak pada Musim Hujan
©2020 liputan6.com
Di Blora, Ungker Jati akan bermunculan di awal musim hujan. Hewan ini biasanya akan menyerang pohon jati yang daunnya baru saja tumbuh.
Saat musim kemarau itu, ulat jati yang tinggal di pohon akan turun ke tanah dengan cara terjun menggunakan air liur yang membentuk sulur. Saat di tanah, hewan itu mencari tempat bersembunyi seperti di balik daun atau di balik batu.
Di sanalah Ungker Jati akan membungkus tubuhnya dengan air liur dan butiran tanah. Proses ini membuat mereka berubah menjadi kepompong berwarna cokelat kehitaman.
Diburu Warga
Saat musim hujan tiba, para warga yang tinggal di sekitar hutan jati Blora berangkat ke hutan pada pagi hari untuk berburu Ungker Jati dan berakhir pada sore hari. Setelah itu, hasil buruannya dibungkus dengan daun jati dan ditawarkan kepada pengendara yang melewati jalan-jalan di sana.
Dengan maraknya media sosial, warga juga memanfaatkan Facebook, Twitter, maupun Instagram untuk berjualan Ungker. Mereka berjualan lewat media sosial dengan mencantumkan foto beserta nomor hp yang bisa dihubungi.
“Satu gelas ungker saya tawarkan Rp15 ribu. Kalau satu kilogram Rp150 ribu. Jika harga cocok, langsung saya antar,” kata Andri, salah satu pedagang Ungker via media sosial dikutip dari infopublik.id.
Momen Tepat Berburu Ungker
©2020 liputan6.com
Walaupun muncul saat musim hujan dan jarang dijumpai pada musim kemarau, musim Ungker biasanya hanya berlangsung beberapa pekan.
Maryam, salah satu pemburu Ungker Jati, mengungkapkan berdasarkan pengalamannya hewan itu akan lebih mudah diperoleh ketika terik matahari berselang-seling dengan turunnya hujan.
Ukuran ungker sebenarnya cukup kecil, yaitu antara satu hingga dua sentimeter. Biasanya penduduk berburu Ungker sembari menggembalakan sapi.
Sudah Jadi Tradisi
Di kalangan warga Blora, berburu Ungker sudah jadi tradisi saat memasuki musim hujan. Walau begitu, pada nyatanya tidak semua warga Blora menyukai kuliner tersebut. Ada pula warga yang berburu Ungker hanya sekedar untuk bersenang-senang.
“Saya itu sebenarnya nggak doyan. Cuma seneng carinya saja. Ramai-ramai dengan warga lain. Nanti kalau sudah dapat banyak mau tak bawa pulang buat dimasak. Orang-orang di rumah yang pada doyan. Kalau saya nggak doyan, geli melihatnya,” ujar Teguh, salah satu warga Blora dikutip dari blorakab.go.id.