4 Sebab Runtuhnya Bisnis Raja Kretek Kudus, Salah Satunya karena Perang Dunia II
Selama periode tahun 1918 hingga 1934, industri rokok kretek milik Sang Raja Kretek Kudus, Nitisemito mencapai puncak kejayaan. Namun mulai tahun 1939, perusahaan rokok miliknya mulai mengalami kemunduran hingga jejaknya hampir tak bersisa hingga sekarang. Lantas apa penyebab kemunduran itu?
Selama periode awal hingga pertengahan abad ke-20 tepatnya pada tahun 1918 hingga 1934, industri rokok kretek Tjap Bal Tiga milik Raja Kretek Kudus, Nitisemito, mencapai puncak kejayaan. Saat itu pabrik rokok miliknya menjadi yang terbesar se-Indonesia.
Produk-produk rokok miliknya tersebar luas ke seluruh penjuru Nusantara bahkan hingga ke negeri Belanda. Bahkan karena besarnya usaha miliknya, Nitisemito sanggup mempekerjakan belasan ribu buruh pabrik dan menyewa sebuah pesawat Fokker F-200 untuk mempromosikan rokok kretek-nya.
-
Kenapa berita hoaks ini beredar? Beredar sebuah tangkapan layar judul berita yang berisi Menteri Amerika Serikat menyebut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bodoh usai Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 diserang hacker beredar di media sosial.
-
Dimana industri rotan di Cirebon berlokasi? Deretan produk rotan berbentuk kursi kuda, miniatur sepeda, tudung saji sampai ayunan anak menghiasi toko-toko di sepanjang jalan Desa Tegal Wangi, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon.
-
Apa yang ditemukan di Kawasan Industri Batang? Pada tahun 2019, seorang arkeolog asal Prancis bernama Veronique de Groot menemukan sebuah situs diduga candi di Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang di Desa Sawangan, Kecamatan Gringsing, Batang.
-
Kapan puncak kejayaan industri kapuk di Jawa? Puncaknya adalah tahun 1936-1937 di mana kapuk jawa mampu memenuhi 85 persen kebutuhan dunia.
-
Apa yang Presiden Jokowi sampaikan tentang produksi jagung di Gorontalo? "Artinya kalau harganya sudah turun seperti itu, maka produksinya pasti melimpah. Dan kita harapkan produksinya naik, tetapi harganya juga meningkat, ini yang harus dilakukan pemerintah dengan mungkin pembelian-pembelian oleh Bulog," ujar Presiden, Senin, 22 April 2024.
-
Bagaimana dampak cukai rokok terhadap industri hasil tembakau? "Kita dibatasi produksinya, tapi di lain pihak rokok ilegalnya meningkat. Kalau rokok ilegal menurut informasi dari kawan-kawan Kementerian Keuangan, itu hampir 7 persen. Kalau itu ditambahkan kepada produksi yang ada, pasti akan tidak turun," tuturnya.
Namun mulai tahun 1939, pabrik rokok Tjap Bal Tiga mulai mengalami kemunduran secara perlahan hingga usaha itu bangkrut. Lantas faktor apa saja yang menyebabkan bisnis besar milik Sang Raja Kretek itu akhirnya harus berhenti? Berikut selengkapnya:
Kebingungan Memilih Penerus
©YouTube/BETA TV
Dalam bukunya yang berjudul “Raja Kretek; M. Nitisemito”, Erlangga Ibrahim dan Syahrizal Budi Putranto menyebut bahwa Nitisemito yang ingin punya anak laki-laki meminta izin pada Nasilah untuk menikah lagi. Istrinya mengizinkannya dan kemudian ia menikah dengan Sawirah. Dari pernikahan itu, Nitisemito dikaruniai anak laki-laki bernama Soemadji. Dialah yang digadang menjadi penerus bisnis rokok Nitisemito.
Namun hanya beberapa saat setelah Soemadji magang, Akhwan Markoem, cucu Nitisemito dari anak pertamanya, Nahari, berhasil menyelesaikan studinya. Nahari pun meminta ayahnya untuk mengangkat Akhwan memimpin perusahaan.
Dilansir dari Brilio.net, pada awalnya Nitisemito ragu atas permintaan itu. Apalagi waktu itu Akhwan belum berumur 20 tahun. Namun permintaan Nahari mendapat dukungan dari Nasilah. Di sisi lain, keputusan Nitisemito untuk memilih Akhwan jadi penerus mendapat peringatan dari sahabatnya. Menurutnya, Akhwan yang merupakan anak hasil didikan Eropa harus magang terlebih dahulu sebelum dijadikan pemimpin agar memiliki pengalaman.
Kesalahan Pemimpin Perusahaan
©YouTube/BETA TV
Sejak tahun 1936, Akhwan Markoem resmi menjabat sebagai direktur perusahaan. Dilansir dari Brilio.net, hal pertama yang dilakukan Akhwan sebagai pemimpin perusahaan adalah merekrut seorang akuntan dua Belanda, Hj Voren dan Poolman, untuk mengurus keuangan perusahaan. Kebijakan itulah yang membuat keadaan jadi semakin rumit. Apalagi sejak awal pemerintah Belanda telah mengincar Nitisemito yang dicurigai mendanai perjuangan tokoh-tokoh pergerakan nasional.
Maka dicarilah cara untuk menjebloskan Nitisemito dan perusahaannya ke ranah hukum. Uang yang tak terlacak dijadikan dalih bahwa Nitisemito tak membayar pajak yang menyebabkan pemerintah Belanda dirugikan hingga jutaan gulden.
Karena inilah kemudian rumah dan mobil Nitisemito disita. Akhwan yang mengetahui semua ini langsung menuduh M. Karmain, pemimpin perusahaan sebelumnya, sebagai pelaku. M. Karmain kemudian dijebloskan ke Penjara Sukamiskin. Namun enam bulan kemudian Karmain dibebaskan karena tidak ada bukti bahwa ia bersalah.
Pecahnya Perang Dunia II
©2017 Courtesy Library of Congress/Handout via REUTERS
Edy Supratno, pemerhati sejarah Kudus menjelaskan bahwa faktor lain yang menyebabkan hancurnya bisnis rokok kretek milik Nitisemito adalah pecahnya Perang Dunia II. Dia menjelaskan, saat Jepang masuk ke Indonesia, mereka merampas semua aset kekayaan pribumi, tak terkecuali perusahaan milik Raja Kretek itu. Akibat dari perampasan ini, sebanyak 15.000 buruh pabrik Tjap Bal Tiga dirumahkan.
Dalam buku berjudul “Rokok Kretek: Lintasan Sejarah dan Artinya Bagi Pembangunan Bangsa dan Negara”, Amen Budiman menulis bahwa pada tahun 1944-1945, pemerintah Jepang sebenarnya telah memerintahkan Nitisemito untuk membuka pabriknya kembali. Namun usaha itu tetap mengalami kemacetan. Kondisi itulah yang tetap tak berubah hingga Sang Raja Kretek meninggal dunia pada tahun 1953.
Aset-Aset Peninggalan Nitisemito
©YouTube/BETA TV
Selepas meninggalnya Nitisemito, para keturunan Nitisemito menjalani kehidupan masing-masing. Gambaran bahwa mereka merupakan keturunan Raja Kretek pun tak terlihat. Beberapa aset peninggalan Nitisemito kabarnya juga telah dijual, di antaranya satu dari dua Rumah Kembar yang konon sudah berganti kepemilikan.
Sementara itu pabrik rokok seluas 6 hektare yang dulunya sanggup menampung belasan ribu karyawan kini telah hilang tak bersisa. Hal itu pula yang terjadi pada aset-aset lain milik Nitisemito seperti gedung bioskop, studio radio, dan juga Villa Nitisemo yang berada di Salatiga.