6 Tokoh Pahlawan Nasional dari Jateng Beserta Jasanya bagi Indonesia, dari Tokoh Militer hingga Pendiri Media
Walaupun masing-masing punya cara yang berbeda, mereka punya peran besar bagi perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajah
Walaupun masing-masing punya cara yang berbeda, mereka punya peran besar bagi perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajah
6 Tokoh Pahlawan Nasional dari Jateng Beserta Jasanya bagi Indonesia, dari Tokoh Militer hingga Pendiri Media
Tanggal 10 November setiap tahun diperingati sebagai Hari Pahlawan. Para pahlawan Indonesia berasal dari berbagai daerah. Di antara pahlawan itu banyak pula yang berasal dari wilayah Jawa Tengah.
Dalam tulisan ini, Merdeka.com akan mengulas lima di antara banyak tokoh pahlawan itu. Mereka menjadi pahlawan nasional dengan jasa-jasa yang beragam. Ada yang berjuang di bidang diplomatik, peperangan, pengabdian masyarakat, dan bidang perusahaan media massa.
Lalu siapa saja mereka? Simak ulasan berikut ini.
-
Siapa yang diangkat menjadi Pahlawan Nasional? Setelah kematiannya yang tragis, nama Amir Hamzah semakin semerbak di telinga masyarakat Indonesia. Ia juga diakui dan dianugerahi Satya Lencana Kebudayaan dan Piagam Anugerah Seni. Sampai puncaknya, pada tahun 1975, nama Amir Hamzah ditetapkan sebagai salah satu Pahlawan Nasional Indonesia.
-
Kapan Raja Ali Haji dianugerahi gelar pahlawan nasional? Pada tahun 2004, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menetapkan Raja Ali Haji sebagai pahlawan nasional Indonesia.
-
Kapan KH Zainal Mustafa diangkat sebagai Pahlawan Nasional? Pada 6 November 1972, KH Zainal Mustafa diangkat sebagai Pahlawan Pergerakan Nasional dengan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 064/TK/Tahun 1972.
-
Kapan Abdurrahman Baswedan mendapatkan gelar Pahlawan Nasional? Atas jasa-jasanya semasa hidup, ia diberi gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Joko Widodo pada 8 November 2018 di Istana Kepresidenan Jakarta.
-
Kapan Chatib Sulaiman diusulkan menjadi pahlawan nasional? Dihimpun dari beberapa sumber, nama Chatib Sulaiman sendiri sudah diajukan menjadi tokoh pahlawan nasional sejak tahun 1974 silam.
-
Kapan Nyai Ahmad Dahlan mendapatkan gelar pahlawan nasional? Atas jasanya terhadap agama Islam dan kaum perempuan, pemerintah menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada Nyai Ahmad Dahlan dengan SK Nomor 042/TK/1971.
RA Kartini
Raden Ayu Adipati Kartini Djojoadhiningrat merupakan tokoh emansipasi perempuan di Indonesia. Namanya cukup populer, bahkan ada hari khusus yang diperingati tiap tahun untuk mengenang jasanya. Semasa hidupnya, ia banyak menulis soal pemikiran-pemikirannya terkait budaya di Jawa yang dipandang sebagai penghambat kemajuan perempuan.
Kumpulan tulisannya dikumpulkan dalam beberapa buku, salah satu yang paling fenomenal adalah buku berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang”.
Dokter Moewardi
Selain itu, ada pula tokoh pahlawan nasional dari kalangan dokter. Di Jateng ada nama dr. Moewardi. Oleh teman-temannya, ia dijuluki “dokter gembel” karena sering mengobati orang-orang miskin tanpa meminta biaya pengobatan. Ia juga aktif turun ke medan pertempuran dengan mengobati tentara yang terluka.
Ia sempat ditawari menjadi menteri oleh Soekarno. Namun ia menolak. Dokter Moewardi tetap memilih berjuang bersama rakyat hingga akhir hayatnya.
Pakubuwono VI
Sri Susuhunan Pakubuwono VI merupakan raja kelima Keraton Surakarta. Semasa hidupnya, ia merupakan pendukung perjuangan Pangeran Diponegoro.
Untuk mengelabui Belanda, ia memainkan sandiwara perang dengan Pangeran Diponegoro. Namun setelah Pangeran Diponegoro tertangkap, persekongkolannya itu akhirnya terungkap juga. Karena ditakutkan akan melakukan pemberontakan, Pakubuwono VI diasingkan ke Ambon pada 8 Juli 1830.
Jenderal Soedirman
Dari tokoh militer, Jateng punya seorang Jenderal Besar TNI Anumerta Raden Soedirman. Berawal dari komandan PETA, selama masa revolusi ia memimpin berbagai pertempuran. Salah satunya adalah memimpin Perang Gerilya saat peristiwa Agresi Militer.
Albertus Soegijapranata
Dari tokoh agama ada seorang Albertus Soegijapranata. Dia adalah uskup pribumi pertama di Indonesia. Pada masa pendudukan Jepang, ia menggunakan kedudukannya untuk memastikan para tawanan perang diperlakukan dengan baik.
Selama pendudukan revolusi, Soegijapranata mengirim beberapa tulisannya ke luar negeri yang kemudian dimuat di majalah Commonweal. Dalam tulisannya, ia menceritakan kehidupan sehari-hari orang Indonesia di bawah kekuasaan Belanda dan menggugat agar masyarakat internasional mengutuk Belanda.
Tirto Adhi Soerjo
Tirto Adhi Soerjo merupakan seorang tokoh pers kelahiran Blora yang menjadi perintis persuratkabaran di Indonesia. Ia menerbitkan surat kabar Soenda Berita (1903-1905), Medan Prijaji (1907), dan Putri Hindia (1908).
Melalui surat kabarnya, Tirto melakukan propaganda berisi kecaman-kecaman pada pemerintah kolonial Hindia Belanda. Karena sepak terjangnya itu ia kemudian disingkirkan dari Pulau Jawa ke Pulau Bacan, Halmahera. Ia meninggal di Batavia pada 7 Desember 1918 dalam usia 38 tahun.