Cerita Para Pemain Fun Football di Jogja, Tak Jera Walau Pernah Cedera
Walaupun hanya sebagai ajang senang-senang, Fun Football tak bisa lepas dari risiko cedera.
Akhir pekan menjadi waktu yang paling ditunggu-tunggu bagi Sandi Permana (32). Pria yang bekerja sebagai sales dan marketing pada salah satu hotel bintang empat di Yogya itu rutin mengikuti pertandingan “Fun Football” yang diadakan komunitas Satwa United setiap minggunya.
Ia rutin mengikuti Fun Football setiap akhir pekan demi menjaga kebugaran tubuh. Selain sepak bola, Sandi juga rutin melakoni olahraga lari dan badminton.
-
Bagaimana cara menyaksikan pertandingan Timnas Indonesia U-23 melawan Guinea U-23? Untuk mendukung Garuda Muda di momen krusial ini, Anda dapat menyaksikan langsung pertandingan melalui siaran langsung di RCTI atau mengakses live streaming-nya melalui platform Vision Plus.
-
Apa yang menarik perhatian FIFA? Kemenangan yang mengejutkan dari Timnas Indonesia U-20 atas Argentina U-20 telah menarik perhatian FIFA.
-
Kenapa nama punggung lucu bisa meningkatkan semangat dan kebersamaan dalam tim futsal? Nama punggung lucu bisa menciptakan suasana yang lebih ceria dan menyenangkan di dalam tim. Hal ini dapat meningkatkan semangat dan kebersamaan, sehingga tim lebih kompak dan termotivasi untuk bermain lebih baik.
-
Apa yang menjadi hiburan saat bermain FF? Sambil bermain game, pantun FF lucu ini akan jadi hiburan untuk menghilangkan ketegangan.
-
Bagaimana suasana di Stadion Manahan saat Timnas Jepang U-17 bermain? Supporter Timnas Jepang U-17 seru-seruan membakar semangat timnya saat menghadapi Timnas Spanyol U-17 di babak 16 Besar Piala Dunia U-17 di Stadion Manahan, Solo.
-
Apa yang dilakukan pemain futsal Kota Malang kepada Hanafi? Peristiwa itu bermula saat pemain dari Kabupaten Blitar mencetak gol ke gawang Kota Malang melalui titik putih atau penalti. Para pemain futsal Kabupaten Blitar merayakan gol tersebut dengan selebrasi sujud syukur. Tidak disangka saat Hanafi, pemain futsal Kabupaten Blitar melakukan sujud syukur tiba-tiba ada seorang pemain lawan yang menendangnya dengan keras. Tendangan pemain futsal Kota Malang itu pun membuat Hanafi terlihat menahan sakit.
“Karena konsepnya ‘Fun Football’, kami tidak pernah mengincar menang. Jadi mainnya tidak pernah ‘ngoyo’ (ngotot-red). Istilahnya nyari keringat bareng. Kalau misal kita sudah merasa kelelahan, ya sudah tidak usah dipaksa main lagi,” kata Sandi saat ditemui di Lapangan Ahmad Zaeni, Kalurahan Sidoagung, Kapanewon Godean, Sleman, pada Sabtu (21/9).
Senada, Yohanes Simanjuntak (32), juga menjadikan kegiatan “Fun Football” tiap akhir pekan untuk menjaga kebugaran. Selama bekerja, ia lebih banyak menghabiskan waktu duduk sepanjang hari. Hal ini membuat Fun Football menjadi sarana baginya untuk melampiaskan penat dan stress selama bekerja.
“Apalagi ketemu teman-teman dan bercanda bareng. Bisa bantu imun lah,” imbuh pria yang sehari-hari berprofesi sebagai pengusaha konveksi itu.
Untuk bisa bergabung dalam sebuah pertandingan, setiap pemain harus mengeluarkan iuran antara Rp55-100 ribu. Itu untuk lapangan standar milik desa. Terkadang dalam periode tertentu mereka juga bermain di stadion besar seperti Stadion Sultan Agung Bantul, Stadion Maguwoharjo, bahkan pernah juga main di luar kota seperti di Stadion Manahan Solo.
Bila bermain di stadion bertaraf internasional seperti itu, mereka harus mengeluarkan kocek lebih besar. Namun mereka rela menghabiskan uang banyak asal hobi mereka tersalurkan. Selain itu, ada kebanggaan dan sensasi tersendiri saat bermain di stadion besar.
- Gaya Fun Football di Jogja, Ketika Beragam Kalangan Main Bareng Tak Pandang Usia
- Hadiri Fun Football, Kaesang Optimis Jagoannya Unggul di Pilkada Boyolali 2024
- Kisah Hidup Maladi, Pesepak Bola Asal Karanganyar yang Pernah Jadi Menteri Olahraga
- Segini Total Warga Pendatang Baru ke Jakarta Usai Libur Lebaran
“Kalau main di Stadion Manahan itu iuran per orang bisa sampai Rp200 ribu. Kapan lagi bisa main di sana. Sekalian main ke Solo bareng istri, jalan-jalan, kulineran, sorenya main bola, terus nginep, besoknya baru pulang,” ungkap Yohanes dengan antusias.
Tak hanya sekedar menjaga kebugaran tubuh, bergabung di komunitas Fun Football juga bisa menambah relasi baru terutama bagi Yohanes yang merupakan warga pendatang. Baginya, menjalin hubungan dengan orang baru merupakan hal yang penting agar ia tidak merasa sendiri di perantauan. Ia pun bisa ikut berbagai komunitas Fun Football di Yogya, tak hanya terpaku pada satu komunitas saja.
Risiko Cedera
Walaupun hanya sekedar senang-senang dan tak ada ambisi untuk meraih kemenangan, bermain Fun Football bukannya tanpa risiko. Berbagai benturan yang tak terhindarkan atau salah tumpuan saat jatuh memungkinkan pemain terkena cedera.
Pemain Fun Football lainnya, Alfi Yuda (29) tahun, sempat sekali mengalami cedera anterior cruciate ligament (ACL) yang membuatnya harus absen bermain sepak bola selama dua bulan.
Ia bercerita, waktu itu pertandingan berlangsung dengan tensi tinggi dan komunitas yang ia hadapi tampak berambisi meraih kemenangan. Pada suatu momen ia mengalami benturan keras di bagian lutut dengan kaki pemain lawan.
“Karena kejadian itu, aku harus pakai empat penyangga otot selama tiga bulan. Lutut rasanya seperti goyang. Untung tidak sampai putus ligamennya,” kata Yuda saat ditemui Merdeka.com pada Minggu (6/10).
Selama berkecimpung di dunia Fun Football, Yuda pernah mengalami cedera lain seperti cedera engkel dan memar. Menurutnya, ada beberapa komunitas Fun Football yang menyikapi pertandingan secara serius.
“Ada beberapa pertandingan yang sifatnya kompetitif, apalagi kalau ada hadiah piala-nya. Mereka nyari ‘pride’, nyari gengsi. Karena kalau di komunitas Fun Football itu, makin terkenal komunitasnya, makin banyak orang yang mau ikut. Makin banyak juga yang mau kasih sponsor,” terangnya.
Pengalaman cedera saat bermain Fun Football juga pernah dialami Yohanes. Sama seperti Yuda, kakinya terlibat benturan dengan kaki pemain lawan. Akibatnya bagian engkelnya cedera dan ia harus absen dua bulan bermain Fun Football.
“Saya sampai panggil fisioterapi karena kondisinya mengkhawatirkan sekali. Bengkaknya sampai dua telur. Ngeri banget. Mau jalan atau mau kerja jadi terhambat,” tutur Yohanes menggambarkan kondisinya saat cedera engkel.
Nostalgia Masa Kecil
Walau pernah cedera, mereka tak pernah kapok bermain Fun Football. Bagi Yuda, bermain fun football merupakan cara melepas rasa stress karena bekerja seminggu penuh. Ditambah lagi, ia telah terjun ke dunia sepak bola sejak lama.
Ia teringat saat masih tinggal di kampung halamannya di Cilegon, Banten, ia bukanlah pemain yang Istimewa. Ia tidak pernah ikut sekolah sepak bola. Ia pun sering merasa ‘insecure’ saat melihat teman-teman sepermainannya begitu hebat bermain sepak bola. Namun semua itu berubah saat ia merantau ke Jogja untuk menempuh pendidikan.
Sejak berkuliah di Jogja pada tahun 2013, ia aktif di unit kegiatan mahasiswa (UKM) sepak bola di kampusnya. Dari sana kemampuannya dalam mengolah si kulit bundar terus terasah. Ia tembus ke tim utama dan mewakili almamaternya, Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran, pada berbagai turnamen.
Setelah itu ia dipanggil salah satu tim divisi dua tingkat Kabupaten Sleman untuk turnamen liga yang mereka ikuti. Karena hanya sampai babak play-off, Yuda hanya bermain sebanyak 4-5 pertandingan bersama tim itu.
“Walaupun kariernya singkat, tapi karena dibayar dan diberi akomodasi, bagiku ini adalah sebuah pencapaian,” ujarnya.
Sama halnya dengan Yuda, Yohanes juga tidak pernah kapok bermain Fun Football walau pernah cedera. Baginya, masih bisa bermain sepak bola di usianya yang sudah menginjak kepala tiga adalah sebuah kebanggaan walau hanya sebatas Fun Football. Selain itu, ia jadi teringat masa kecilnya yang sering bermain bola di lapangan kampung.
“Nggak semua orang seusia saya masih bisa bermain sepak bola sampai sekarang. Jadi teringat dulu sore-sore main bola sampai maghrib. Semacam nostalgia masa kecil,” kata Yohanes.