Diwariskan Turun-temurun, Begini Keunikan Desa Kerajinan Rajut di Klaten
Hampir 90 persen warga di Dusun Pengkol, Klaten, merupakan pengrajin rajut. Keahlian merajut para warga di sana ternyata telah diwariskan secara turun-temurun.
Ada sebuah dusun di Kabupaten Klaten yang ternyata menjadi pusat kerajinan rajutan yang telah berlangsung sejak lama. Namanya Dusun Pengkol yang berada di Desa Kaligawe, Kecamatan Pedan.
Hampir 90 persen warga di sana bekerja sebagai pengrajin rajut. Keahlian merajut para warga di sana ternyata telah diwariskan secara turun-temurun.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Bagaimana cara membuat Jenang Saren? Mengutip Kemdikbud.go.id, bahan utama yang digunakan untuk membuat jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa.
-
Kenapa Candi Jago dibangun? Sejarah Candi Jago dibangun atas inisiasi Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang sang ayah, Raja Sri Jaya Wisnuaedhana (1248-1268).
-
Bagaimana cara membuat kue jipang? Berasnya dimasukkan ke situ,” ungkap pemilik kanal YouTube Brent Sastro sembari menunjuk sebuah alat pemanas yang dihubungkan ke gas elpiji. Di sebelahnya, tampak sebuah wajan berisi air gula yang dicampur minyak sedang dipanaskan.
“Kalau kerajinan ini sudah turun-temurun. Saya sendiri tidak tahu generasi ke berapa. Sekarang bahannya kenur, kalau dulu dari benang wol,” kata Slamet, Ketua RW 20 Dusun Pengkol, dikutip dari kanal YouTube Liputan6 pada Rabu (19/10). Berikut selengkapnya:
Cara Pembuatan Masih Manual
©YouTube/Liputan6
Jika dulu kerajinan rajut itu dibuat menggunakan benang wol, kini warga memilih menggunakan benang kenur karena karena dinilai lebih kuat dan tahan lama. Cara pembuatannya pun masih manual. Pengrajin yang rata-rata merupakan ibu-ibu itu telah menjadikan produk rajutan sebagai penambah penghasilan keluarga.
“Dari dulu memang kerjaannya seperti ini. saya inisiatif saja, saya menjual bisa menambah penghasilan. Tetangga saya juga dapat penghasilan dari hasil rajut,” kata Anjani, salah seorang pengrajin rajut di Dusun Pengkol.
Produk yang Dibuat
©YouTube/Liputan6
Ada berbagai produk yang dibuat dari teknik rajut. Produk-produk itu antara lain tas, dompet, topi, tempat ponsel, dan beragam produk lainnya sesuai permintaan pasar.
“Ya dibikin paspor, jinjing, silang, serut, bunderan, dompet. Dibikin macam-macam. Nanti kalau ada pesanan topi juga bisa, songkok juga bisa. Kalau konsumen minta songkok ya dikasih, minta topi ya dibikinkan. Gitu saja,” kata Suhanti, salah satu pengrajin rajut dikutip dari YouTube Liputan6.
Dalam sehari, rata-rata pengrajin bisa menghasilkan 5 tas ukuran sedang dan 10 tas ukuran kecil. Harganya bervariasi, mulai dari Rp5.000 hingga Rp50.000 tergantung pada model dan ukuran rajutan. Produk rajutan itu pun telah dipasarkan ke berbagai daerah di Indonesia, mulai dari Surabaya, Semarang, Purwokerto, Jakarta, hingga Kalimantan.