Dramatis, Begini Proses Evakuasi Ibu dan Bayinya di Tengah Banjir di Rembang
Ada sebuah kisah dramatis di balik banjir yang terjadi di Rembang. Saat itu, petugas mengevakuasi seorang ibu dan bayinya yang terjebak di rumah. Sebelum evakuasi itu, dinding rumah jebol lalu air masuk dengan derasnya menuju ke dalam rumah. Lantas seperti apa proses evakuasi itu berlangsung?
Pada Sabtu (15/10), banjir melanda Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Banjir itu tercatat melanda 12 desa yang tersebar di Kecamatan Kaliori, Sumber, dan Lasem. Menurut catatan BPBD Rembang, banjir itu merendam sebanyak 1.996 rumah.
Ada sebuah kisah dramatis di balik banjir itu. Pada evakuasi penduduk di Desa Mateseh, Kecamatan Kaliori, petugas mengevakuasi seorang ibu dan bayinya yang terjebak di rumah.
Dilansir dari kanal YouTube Musyafa Musa pada Minggu (16/10), seorang ibu bernama Solikhatun (22) itu belum genap sebulan pasca persalinan.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Bagaimana cara membuat Jenang Saren? Mengutip Kemdikbud.go.id, bahan utama yang digunakan untuk membuat jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa.
-
Kenapa Candi Jago dibangun? Sejarah Candi Jago dibangun atas inisiasi Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang sang ayah, Raja Sri Jaya Wisnuaedhana (1248-1268).
-
Bagaimana cara membuat kue jipang? Berasnya dimasukkan ke situ,” ungkap pemilik kanal YouTube Brent Sastro sembari menunjuk sebuah alat pemanas yang dihubungkan ke gas elpiji. Di sebelahnya, tampak sebuah wajan berisi air gula yang dicampur minyak sedang dipanaskan.
Rumah Solikhatun sebenarnya terhitung jauh dari Sungai Randugunting yang meluap. Namun karena banjir cukup tinggi, dinding rumah yang terbuat dari bambu sempat jebol. Air pun masuk dengan deras menuju ke dalam rumah. Lantas seperti apa proses evakuasi korban banjir di Remang itu berlangsung? Berikut selengkapnya:
Menolak Dievakuasi
©YouTube/Musyafa Musa
Saat banjir terjadi, kondisi Solikhatun begitu lemah. Saat banjir masih kecil, sebenarnya aparat babinsa dan perangkat desa setempat sudah menawarkan untuk dievakuasi. Namun mertuanya menolak sehingga Solikhatun memilih untuk tetap bertahan.
Bahkan saat air makin meninggi, keluarga itu masih belum punya niat untuk mengungsi. Hingga kemudian banjir mulai meninggi hingga kurang dari 10 cm dari tempat tidur Solikhatun
Saat itulah sang kakak, Asmu’i, yang tinggal di luar desa, berinisiatif datang ke rumah Solikhatun. Di saat itulah Asmu’i membujuk adiknya agar bersedia dievakuasi. Saat itulah Solikhatun bersedia, kemudian baru tim SAR menjemput dengan menggunakan perahu karet.
Solusi Terbaik
©YouTube/Musyafa Musa
Nur Rohmad Somad, petugas penolong dari BPBD Rembang, mengatakan bahwa proses evakuasi berjalan lancar. Suami Solikhatun membopong bayinya sementara petugas membopong Solikhatun menuju perahu karet. Pelan-pelan, perahu karet menjauh dari genangan banjir. Solikhatun bersama bayinya kemudian diungsikan ke rumah kerabatnya di Desa Babatan, Kaliori.
Nur Rohmad mengatakan, evakuasi korban banjir tersebut menjadi solusi terbaik untuk mengantisipasi kemungkinan banjir susulan. Apalagi, kebanyakan warga di Desa Meteseh memilih bertahan di rumah masing-masing. Faktor menjaga rumah menjadi alasan utama mereka.