Fenomena Langka, Ini 4 Fakta Terjadinya Gempa di Perairan Utara Jawa
Gempa Jepara yang terjadi pada Selasa pagi (7/7) pukul 5.54 sebenarnya merupakan peristiwa yang cukup langka karena pusat gempanya berada di pesisir utara Pulau Jawa. Padahal lokasinya berada jauh dari zona subduksi Lempeng Indo-Australia dengan Lempeng Eurasia. Lalu kenapa gempa itu bisa terjadi?
Pada Selasa pagi (7/7) pukul 5.54, warga Jawa yang khususnya tinggal di wilayah Jawa Tengah dikejutkan oleh sebuah gempa berkekuatan 6,1 Skala Richter yang berpusat di perairan Laut Jawa tepatnya 53 km arah barat laut Kota Jepara dengan kedalaman 578 km.
Menurut keterangan BMKG, gempa tersebut tidak berpotensi terjadinya tsunami. Walau begitu, cakupan getaran itu terasa cukup luas hingga wilayah Bali.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Bagaimana cara membuat Jenang Saren? Mengutip Kemdikbud.go.id, bahan utama yang digunakan untuk membuat jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa.
-
Kenapa Candi Jago dibangun? Sejarah Candi Jago dibangun atas inisiasi Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang sang ayah, Raja Sri Jaya Wisnuaedhana (1248-1268).
-
Bagaimana cara membuat kue jipang? Berasnya dimasukkan ke situ,” ungkap pemilik kanal YouTube Brent Sastro sembari menunjuk sebuah alat pemanas yang dihubungkan ke gas elpiji. Di sebelahnya, tampak sebuah wajan berisi air gula yang dicampur minyak sedang dipanaskan.
Namun, gempa yang terjadi pagi itu sebenarnya merupakan fenomena yang cukup langka mengingat pusat gempa berada di perairan utara Jawa. Padahal biasanya, gempa yang mengguncang Jawa berpusat di perairan selatan Jawa yang dekat dengan zona subduksi Lempeng Indo-Australia dengan Lempeng Eurasia.
Lalu, kenapa bisa terjadi gempa di perairan utara Jawa? Berikut selengkapnya:
Fenomena Langka
©Bmkg.go.id
Gempa yang mengguncang Pulau Jawa biasanya berpusat di perairan selatan karena letaknya yang dekat dengan zona subduksi. Beberapa gempa itu juga terkadang disertai gelombang tsunami. Walau begitu, bukan berarti wilayah perairan utara Pulau Jawa tidak bebas dari ancaman bencana itu.
Pada 2018, Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG Daryono mengatakan gempa bumi yang berpusat di Laut Jawa merupakan fenomena langka yang menarik karena kejadian tersebut jarang terjadi. Dia merujuk pada peristiwa gempa 5,3 SR yang terjadi pada 119 km sebelah utara Kota Indramayu dengan kedalaman sekitar 625 km.
“Meskipun gempa dengan pusat gempa yang dalam di utara Indramayu ini tidak berdampak, namun peristiwa ini sangat menarik untuk dicermati dalam konteks ilmu kegempaan atau seismologi,” kata Daryono dikutip dari Liputan6.com pada 23 Juni 2018.
Pengaruh Pergerakan Lempeng
©pmfias.com
Walaupun jauh dari zona subduksi Lempeng Indo-Australia dengan Eurasia, gempa yang terjadi di perairan utara Pulau Jawa tak bisa lepas dari pengaruh pergerakan kedua lempeng tersebut. Merujuk pada gempa Februari 2020 yang terjadi di 69 km timur laut Bangkalan, Madura, gempa itu terjadi akibat pergerakan Lempeng Indo-Australia yang menujam ke bawah Lempeng Eurasia.
Dilansir dari Esdm.go.id, gempa yang terjadi di Laut Jawa dengan kekuatan 6,2 dan kedalaman 592,2 km itu dikategorikan sebagai gempa bumi dalam (deep-focus earthquake). Namun karena pusat gempanya cukup dalam, guncangannya akan dirasakan lebih meluas.
“Aktifnya deep-focus earthquake di Laut Jawa ini menjadi petunjuk bagi kita semua bahwa proses subduksi lempeng di zona subduksi dangkal, menengah, dan dalam Pulau Jawa masih sangat aktif,” jelas Daryono pada 2018.
Titik Rawan Gempa Meningkat
©Esdm.go.id
Dilansir dari merdeka.com pada 26 Januari 2018, titik rawan gempa di Indonesia meningkat secara signifikan sejak 2010, tak terkecuali di wilayah pantai utara Jawa. Bahkan pada 2017, titik rawan gempa di wilayah tersebut meningkat sebanyak 27 titik.
“Peningkatan jumlah sesar aktif cukup signifikan pada jalur utara Jawa mulai dari Cirebon-Semarang-Surabaya,” kata Kepala Penelitian dan Pengembangan Kementerian PUPR Danis H. Sumadilaga.
Riwayat Gempa Laut Jawa
©2019 Merdeka.com
Peristiwa gempa di perairan utara Pulau Jawa seperti yang terjadi di Jepara bukanlah yang pertama kali terjadi. Pada 19 Oktober 2016, gempa berkekuatan 6,7 Skala Richter (SR) terjadi di utara Jawa Barat dengan kedalaman 615 km di bawah permukaan laut. Sementara itu pada 23 Juni 2019 terjadi gempa yang berpusat di sebelah utara Indramayu dengan kekuatan 5,3 SR dengan kedalaman 625 km.
Ada pula gempa berkekuatan 4,2 SR dengan kedalaman 673 km yang pusatnya berada di 19 km sebelah barat laut perairan Tuban pada 11 Juni 2020. Selain itu, ada pula gempa berkekuatan 6,2 SR dengan kedalaman 592,2 km di sebelah timur laut Bangkalan yang terjadi pada 6 Februari 2020.