Indonesia Punya 15 Segmen Megathrust, Ini Penjelasan BRIN Indonesia
Terdapat 15 segmen megathrus di Indonesia. Masing-masing segmen punya sejarah kegempaannya masing-masing
Saat ini, isu megathrust menjadi pembicaraan hangat di masyarakat selain kondisi carut marut politik yang sedang tidak stabil. Apalagi megathrust berpotensi bisa menyebabkan gempa besar hingga tsunami dengan ketinggian lebih dari 5 meter.
Di Indonesia, zona megathrust tersebar di sepanjang pantai barat pulau Sumatera, selatan Jawa, Bali, hingga Nusa Tenggara. Beberapa gempa besar dan tsunami pernah terjadi di zona megathrust seperti gempa dan tsunami Aceh tahun 2004, gempa Mentawai 2010, serta gempa Nias tahun 2005. Tak menutup kemungkinan di masa depan peristiwa serupa bisa terjadi.
-
Apa itu megathrust? Belakangan ini, isu megathrust kembali mencuat. Padahal megathrust merupakan sebuah fakta yang tak terbantahkan di mana keberadaannya telah menyebabkan sejumlah bencana gempa dan tsunami mulai dari Aceh tahun 2004, Pulau Nias tahun 2005, dan Pangandaran tahun 2007.
-
Kapan megathrust mungkin terjadi? Namun ia mengatakan bahwa tak ada yang tahu kapan peristiwa itu terjadi.
-
Dimana wilayah yang paling rentan terhadap megathrust? Daerah paling rawan kalau gempa megathrust terjadi di kemudian hari adalah wilayah sepanjang pesisir pantai selatan Jawa yang melintang dari ujung barat di Ujung Kulon hingga ujung paling timur di Banyuwangi.
-
Kenapa megathrust bisa menyebabkan tsunami? Jadi kalau itu terjadi gempa, walaupun dengan magnitude sama, tetapi dampaknya bisa lebih besar yang di darat. Hanya saja kalau megathrust itu punya dampak lain yaitu tsunami," kata Agus.
-
Bagaimana masyarakat Bantul bersiap menghadapi megathrust? Untuk menghadapi kemungkinan terjadinya gempa dan tsunami megathrust, BPBD Bantul sudah beberapa kali melakukan simulasi bencana. Selain itu, pihaknya bersama BMKG dan masyarakat membentuk program kelurahan siaga tsunami.
-
Mengapa Megalodon punah? Di mana populasi jenis-jenis makanan yang menjadi sumber makanan megalodon, seperti mamalia laut, mungkin menjadi langka, yang menyebabkan kematian megalodon.
Melalui video yang dibagikan pada 2 September 2024, pakar kegempaan dari Pusat Riset Kebencanaan Geologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Nuraini Rahma Hanifa menjelaskan terkait potensi kegempaan di Indonesia serta langkah mitigasi yang dihadapi. Apalagi banyak penduduk yang belum sepenuhnya memahami potensi bahaya dari zona gempa yang ada di sekitar mereka. Berikut selengkapnya:
Segmen Megathrust di Indonesia
Nuraini menjelaskan bahwa terdapat 15 segmen megathrust di Indonesia. Keberadaannya tersebar mulai dari sepanjang pantai barat pulau Sumatera-Jawa-Nusa Tenggara di selatan, lalu ada yang di utara Pulau Sulawesi, utara Kepulauan Maluku, dan kawasan Laut Banda.
Ia mengatakan bahwa gempa megathrust merupakan peristiwa yang siklusnya terus berulang, walaupun periode waktu rentan terjadinya cukup panjang.
Saat ditanya tentang di mana lokasi ancaman paling serius, Nuraini mengatakan bahwa hal ini harus dihubungkan dengan tingkat kepadatan penduduk di masing-masing daerah.
“Artinya kalau kita mempertemukan bahaya megathrust yang besar dengan penduduk yang paling padat maka risikonya menjadi lebih tinggi di Pulau Jawa ini,” terang Nuraini.
- Peneliti BRIN Ungkap Sederet PR Hadapi Ancaman Gempa Megathrust
- Peneliti BRIN Blak-blakan Ungkap 15 Segmen Megathrust di RI, Bisa Picu Gempa hingga Magnitudo 9,2
- Potensi Megathrust di Indonesia, Menteri Basuki Klaim Tol-Gedung Lolos Uji Tahan Gempa
- Mengenal Bahaya Gempa Megathrust Ancam Guncang Indonesia, Jangan Diremehkan
Upaya Mitigasi
Nuraini mengatakan, megathrust sendiri merupakan sebuah fenomena alam. Ia akan menjadi sebuah bencana jika muncul banyak korban jiwa. Menurutnya, risiko bencana itu bisa dikurangi apabila masyarakat sudah siap dengan mitigasi bencana. Salah satunya adalah membangun rumah tahan gempa serta mempersiapkan jalur evakuasi untuk menghindari terkena tsunami. Maka dari itu, berbagai inovasi terkait mitigasi bencana perlu dikembangkan.
“Termasuk inovasi dalam science communication, sistem pemantauan, sensor, dan teknologi. Dan aspek science teknologi dalam mitigasi bencana itu sangat banyak sekali. Makanya kita sangat mendorong riset inovasi yang bisa dikembangkan, terutama melibatkan anak-anak muda yang dekat dengan teknologi itu sendiri,” terangnya dikutip dari kanal YouTube BRIN Indonesia.
Upaya Terhadap Diri Sendiri
Nuraini menjelaskan upaya mitigasi yang paling penting harus dilakukan oleh diri sendiri. Jika gempa terjadi, mitigasi pertama yang perlu dilakukan adalah melindungi bagian kepala, selanjutnya mengenali jalur evakuasi tercepat dan terdekat, dan apabila terjebak dalam reruntuhan ada baiknya menyediakan pegangan peluit.
Saat terjebak di reruntuhan, kita bisa langsung membunyikan peluit agar segera bisa diketahui oleh tim penyelamat bahwa masih ada orang yang hidup dan memerlukan pertolongan di puing-puing bangunan,” pungkas Nuraini dikutip dari kanal YouTube BRIN Indonesia.