Kerja Berat Tapi Upah Tak Dibayar, Ini Sejarah Demo Buruh Era Penjajahan Belanda
Sejarah gerakan buruh di Indonesia muncul tak lepas dari diterapkannya sistem Tanam Paksa pada abad ke-19. Sejak peraturan ini diterapkan, para petani yang sebelumnya merupakan pekerja lepas diubah paksa menjadi buruh tani.
Hari Buruh yang diperingati setiap 1 Mei tercetus dari kesepakatan internasional. Padahal dunia buruh di Indonesia punya sejarahnya sendiri.
Dikutip dari Bantenprov.go.id, sejarah gerakan buruh di Indonesia muncul tak lepas dari diterapkannya sistem Tanam Paksa pada abad ke-19. Sejak peraturan ini diterapkan, para petani yang sebelumnya merupakan pekerja lepas diubah paksa menjadi buruh tani. Mereka wajib menanam komoditas tani yang diinginkan pemerintah dan hasil panennya dibayar dengan harga murah.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Bagaimana cara membuat Jenang Saren? Mengutip Kemdikbud.go.id, bahan utama yang digunakan untuk membuat jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa.
-
Kenapa Candi Jago dibangun? Sejarah Candi Jago dibangun atas inisiasi Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang sang ayah, Raja Sri Jaya Wisnuaedhana (1248-1268).
-
Bagaimana cara membuat kue jipang? Berasnya dimasukkan ke situ,” ungkap pemilik kanal YouTube Brent Sastro sembari menunjuk sebuah alat pemanas yang dihubungkan ke gas elpiji. Di sebelahnya, tampak sebuah wajan berisi air gula yang dicampur minyak sedang dipanaskan.
Pada masa berikutnya, mulai muncul berbagai perusahaan swasta yang bergerak pada bidang perkebunan maupun pabrik gula di Hindia Belanda. Para buruh banyak yang bekerja di perusahaan swasta itu.
Seiring waktu, muncul demo-demo buruh yang menuntut ketidakadilan karena mereka diberi beban kerja yang berat dengan upah minim. Salah satu aksi demo yang pertama kali tercatat dalam sejarah Indonesia adalah tahun 1882. Saat itu para buruh pabrik gula di Yogyakarta melakukan aksi mogok kerja demi menuntut keadilan.
Tak hanya di Yogyakarta, berbagai bentuk aksi buruh di era penjajahan Hindia Belanda juga terjadi di berbagai tempat. Berikut selengkapnya:
Demo Para Penanam Tebu di Batang
©YouTube/Learning Resources
Pada 22 Oktober 1842, kontrolir di Kabupaten Batang melaporkan sejumlah 40 desa yang penduduknya melakukan Culturdienst tebu untuk masa tanam tahun sebelumnya belum dilunasi upahnya. Upah mereka tidak dilunasi karena dianggap belum cukup menyetorkan pajak tebu sesuai dengan jumlah yang sudah ditentukan.
Namun penanam tebu tersebut tidak mau melunasi pajak natura yang dibebankan melainkan berbalik melakukan tuntutan kenaikan upah. Protes ini terjadi pada 24 Oktober 1842 yang diikuti oleh 600 penanam tebu dari 51 desa.
Pemogokan Buruh di Yogyakarta
©YouTube/Learning Resources
Di Yogyakarta, pemogokan buruh tahun 1882 terjadi dalam tiga gelombang massa. Lokasi pemogokan berada di daerah Kalasan dan Sleman.
Isu pemogokan itu dipicu oleh banyak hal di antaranya upah, kerja gugur gunung yang terlalu berat, kerja jaga yang dilakukan satu hari dalam satu pekan, kerja Morgan yang tetap dilaksanakan walau tidak lazim dilakukan, upah tanam yang sering tidak dibayar, harga bambu petani oleh pabrik yang terlalu murah, dan kekerasan terhadap para petani.
Zaman Liberal
©YouTube/Learning Resources
Setelah tahun 1870, perkembangan dunia industri semakin cepat. Masa itu dikenal dengan nama zaman liberal. Era baru ini direspons secara baik oleh kalangan swasta Eropa. Mereka menyewa tanah dengan jangka waktu panjang hingga 75 tahun. Investasi ini tak hanya dilakukan di Jawa, namun juga di Sumatra.
Pada saat perkebunan-perkebunan tembakau di daerah Deli mulai dibuka tahun 1863, perusahaan itu mendatangkan para buruh dari Melayu dan Jawa. Mereka diikat dengan kontrak yang tidak dapat diakhiri oleh sang buruh. Apabila para buruh itu melarikan diri, mereka akan diberi hukuman.