Kisah Gereja Tua Kaliceret, Bangunan Kayu Tanpa Paku yang Telah Berusia Ratusan Tahun
Bangunan ini dulunya sempat miring karena tertiup angin, namun bisa tegak kembali karena tertiup angin dari arah yang berbeda
Bangunan ini dulunya sempat miring karena tertiup angin, namun bisa tegak kembali karena tertiup angin dari arah yang berbeda
Kisah Gereja Tua Kaliceret, Bangunan Kayu Tanpa Paku yang Telah Berusia Ratusan Tahun
Di Desa Mrisi, Kecamatan Tanggungharjo, Kabupaten Grobogan, terdapat sebuah gereja tua yang sudah berusia ratusan tahun.
Bangunan tua itu didominasi oleh cat putih dan biru. Di depan bangunan itu terdapat sebuah lonceng kuno yang terbuat dari konstruksi kayu.
-
Bagaimana gerakan tarian Gegerit? Ciri khas dari Tari Gegerit ini adalah setiap penari harus bergerak patah-patah dalam keadaan setengah jongkok sambil terus memainkan sayap yang ada di bahunya.
-
Kapan bahaya Gua Kematian terungkap? Bahaya dari gua kecil ini terungkap secara tidak sengaja saat pembangunan kompleks Recreo Verde sedang berlangsung.
-
Apa yang menjadi ciri khas Gereja Merah Kediri? Gaya arsitektur gereja ini adalah Neo Gotik dengan denah persegi berukuran 30,75 x 10,6 meter Bangunan yang menghadap ke timur ini terkesan ramping, sementara tingginya memberikan kesan memukau. Gereja Merah terdiri dari lima ruangan yang melayani berbagai fungsi. Mulai ruang informasi, ruang utama, balkon, ruang konsistori, dan menara, serta sebuah ruang bawah tanah yang saat ini sudah ditutup.(Foto: Kemdikbud RI)
-
Kapan kue pleret disajikan? Mengutip situs Indonesian Chef Association (2020), pleret biasanya disajikan pada hari-hari tertentu, seperti acara pernikahan, khitan dan sebagainya.
-
Apa itu kue pleret? Pleret adalah panganan tradisional berbahan dasar tepung beras yang diolah sedemikian rupa hingga mempunyai ragam bentuk, rasa dan warna.
-
Kenapa Kue Tapel mirip Kue Leker? Cita rasa gurih, harum dan sedikit manis berpadu jadi satu di tiap porsinya. Belum lagi teksturnya cukup unik, yakni renyah di luar dan lembut di dalam, membuat Kue Tapel mirip kue leker.
Bangunan Gereja Kristen Jawa Tengah Utara (GKJTU) konstruksinya didominasi oleh material kayu. Namun yang membuat bangunan ini unik dan berbeda adalah konstruksinya yang nyaris tanpa paku.
Menurut Pendeta Agus Tri Harjoko, pemimpin umat Kristen di gereja itu, bangunan itu pernah nyaris roboh karena tertiup angin yang sangat kencang.
“Karena ukurannya hanya 10x20 meter saja. Dulu waktu miring kami sempat gelisah. Namun puji Tuhan bisa tegak sendiri. Penyebabnya juga sama, tertiup angin dari arah yang berlawanan,” kata Pendeta Agus dikutip dari liputan6.com.
Konstruksi bangunan yang lentur dan bisa tegak kembali itu kemungkinan disebabkan oleh plat besi pipih yang menempel di dinding kayu. Fungsi besi pipih itu menyerupai sabuk yang melingkar dan mengikat seluruh bangunan yang berarsitektur Jawa-Belanda.
“Itu sebabnya gereja ini unik dan nyaris tanpa paku. Ketika miring, umat sempat memberi penyangga di beberapa bagian gereja. Tapi mereka terkejut setelah gereja tegak sendiri,” ungkap Pendeta Agus.
Pada masa penjajahan hingga awal kemerdekaan, bangunan gereja itu menjadi satu dengan rumah sakit. Namun dalam perkembangannya rumah sakit di sana dipindah ke pusat Kota Purwodadi.
Gereja ini usianya sudah lebih dari 100 tahun. Tapi tidak banyak renovasi yang dilakukan selain mengganti lantainya dengan keramik.
Sementara lonceng yang berada di bagian depan dulunya menjadi satu di bangunan utama gereja. Namun karena suaranya sangat keras dan bisa membuat tanah bergetar, lonceng itu ditempatkan di rumah khusus.
“Selain lantai kita memindah lonceng dari dalam gedung ke depan. Kita buatkan bangunan sendiri agar pas dibunyikan tidak merusak gedung,” kata Agus.
- Melihat Sisa Kejayaan Jalur Kereta Api Rangkasbitung - Pandeglang, Rel Ditumbuhi Pohon dan Tembus ke Rumah Warga
- Bahaya Ulang Tahun saat Bertugas, Prajurit TNI Ini Dapat Kejutan Tapi Enggan Terima
- Tersisa 6 Bulan, Begini Rupa Pembangunan IKN Nusantara yang Bakal Gelar HUT RI Ke-79
- Kisah Gereja Paling Bersejarah di Yerusalem, Ternyata Kuncinya Dipegang Keluarga Muslim Turun Temurun
Terkait bisa pulihnya bangunan yang miring itu, Dosen Teknik Sipil Universitas Soegijapranata, Djoko Setidjowarno, mengatakan bahwa secara manajemen teknis penggunaan material kayu dilakukan terkait ketersediaan material untuk menyelesaikan bangunan.
Tidak hanya kayu sebagai material, keberadaan bangunan gereja itu lokasinya tak jauh dari Stasiun Tanggung yang merupakan stasiun pertama serta jalur kereta api pertama di Indonesia.
Maka keberadaan gereja di sana bisa menjadi satu kesatuan dengan pembangunan stasiun tersebut.
“Dalam konstruksi pekerja juga memanfaatkan besi rel di atas pondasi. Bangunan bisa kembali tegak, tidak lepas dari keberadaan besi sebagai pengikat bangunan sehingga bangunan tetap kokoh kendati sempat miring. Dan saat ada satu bagian tertarik angin, maka bagian lain akan ikut kembali tegak,”
kata Djoko memberi penjelasan tentang bangunan gereja yang sempat miring lalu tegak kembali dengan sendirinya itu.