Kisah Hidup Kiai Sadrach, Penginjil Tanah Jawa yang Disegani Belanda
Perkembangan Agama Kristen di Indonesia tak bisa lepas dari sepak terjang para misionaris dari Eropa pada zaman Hindia Belanda pada abad ke-19. Namun misi mereka di negeri jajahan saat itu tidak membawa banyak keberhasilan, hingga muncul seorang pribumi bernama Kiai Sadrach.
Perkembangan agama Kristen di Indonesia tak bisa lepas dari datangnya para misionaris dari Eropa pada zaman Hindia Belanda. Perkembangan ajaran itu semakin masif terutama sepanjang abad ke-19.
Namun misi mereka di Hindia Belanda tidak membawa banyak keberhasilan. Jumlah penduduk yang berhasil mereka kristenkan masih sangat sedikit dan tidak sesuai ekspektasi. Hingga akhirnya muncul seorang pribumi bernama Kiai Sadrach.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Bagaimana cara membuat Jenang Saren? Mengutip Kemdikbud.go.id, bahan utama yang digunakan untuk membuat jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa.
-
Kenapa Candi Jago dibangun? Sejarah Candi Jago dibangun atas inisiasi Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang sang ayah, Raja Sri Jaya Wisnuaedhana (1248-1268).
-
Bagaimana cara membuat kue jipang? Berasnya dimasukkan ke situ,” ungkap pemilik kanal YouTube Brent Sastro sembari menunjuk sebuah alat pemanas yang dihubungkan ke gas elpiji. Di sebelahnya, tampak sebuah wajan berisi air gula yang dicampur minyak sedang dipanaskan.
Dengan membawa misi menyebarkan ajaran Kristen, Sadrach berkeliling wilayah Jawa Tengah dan sekitarnya dan menyebarkan ajaran tersebut pada masyarakat di desa-desa. Metodenya berhasil. Bahkan pada tahun 1898, jumlah pengikutnya mencapai lebih dari 7.000 orang.
Namun cara dakwahnya itu banyak ditentang bahkan oleh misionaris Belanda sendiri karena apa yang ia ajarkan banyak yang tidak sesuai ajaran Kristen. Lantas siapa sebenarnya Kiai Sadrach dan bagaimana pula sepak terjang selama masa hidupnya? Berikut selengkapnya:
Masa Muda Kiai Sadrach
©Wikipedia.org
Tidak banyak yang tahu seperti apa masa kecil Kiai Sadrach. Namun dari sebuah manuskrip, diketahui bahwa dia meninggalkan kedua orang tuanya untuk berkelana ketika masih muda. Selama pengelanaan itu, Sadrach berguru pada para kiai di pondok pesantren di Jawa Timur.
Setelah itu, ia melanjutkan pengembaraannya ke Batavia. Di sana ia ikut tinggal pada keluarga Kajeng Gubernur Jenderal Rat van Anthing. Oleh sang gubernur, ia dititipkan pada seorang pendeta bernama Domini King.
Setelah beberapa tahun di Batavia, Sadrach meninggalkan kota itu tanpa pamit. Mengutip dari buku berjudul Kiai Sadrach: Riwayat Kristenisasi di Jawa, Ia berjalan kaki tanpa bekal hingga Semarang. Di sana ia berguru pada Kiai Tunggul Wulung yang juga tokoh pribumi penyebar agama Kristen.
Membabat Hutan
©sejarahkita.com
Setelah beberapa tahun di Semarang, Sadrach kemudian pergi dan membabat hutan di daerah Jepara. Cukup lama ia tinggal di daerah itu sambil mengelola pekarangan di lahan bekas hutan itu. Namun suatu hari ia mendengar wangsit untuk meninggalkan tempat itu.
Sadrach meninggalkan desa hasil karyanya itu dengan mata berlinang. Setelah itu, ia segera pergi ke Purworejo dan bertemu Pendeta Philips. Oleh Philips dan istrinya, Sadrach diangkat menjadi anak. Dengan senang hati, dia ikut Pendeta Philips menyebarkan ajaran Kristen di daerah Purworejo. Oleh Pendeta Philips, Sadrach mendapat julukan “sang gembala”.
Penginjil Tanah Jawa
©iainkediri.ac.id
Dari Pendeta Philips, Sadrach banyak belajar bagaimana menyebarkan ajaran Kristen. Hal itu ia praktikkan dan pada akhirnya membuahkan hasil. Pertama-tama dia mengkristenkan sahabatnya waktu tinggal di pesantren, Kiai Kasanmentaram, lalu saudaranya, pengikut-pengikutnya, serta pemuka-pemuka adat lain bersama pengikutnya.
Ada cara unik bagaimana Sadrach menyebarkan ajaran Kristen. Ia biasanya mengunjungi guru-guru terkemuka di daerah itu dan mengajak debat mengenai masing-masing keyakinannya. Dalam perang debat itu, ada semacam perjanjian di mana pihak yang kalah akan masuk dan meyakini ajaran sang pemenang.
Dengan cara ini, Sadrach berhasil mengkristenkan beberapa kiai dalam waktu beberapa tahun. Hal ini juga berlaku pada murid-murid kiai itu yang juga berbondong-bondong pindah agama.
Tidak Disukai Misonaris Belanda
Cara Kiai Sadrach menyebarkan ajaran Kristen rupanya tidak disukai para misionaris Belanda. Mereka menganggap apa yang disampaikan Sadrach dianggap sesat dan tidak sesuai ajaran Kristen.
Mereka melaporkan peristiwa-peristiwa yang mengungkap bahwa para pengikut Sadrach tidak betul-betul memahami ajaran Kristen, misal menganggap Sadrach adalah Ratu Adil dan disamakan pula dengan Yesus.
Maka tak pelak, hubungan Sadrach dengan para misionaris Eropa sepanjang perjalanannya hampir selalu diwarnai konflik. Namun pada akhirnya hubungan mereka mereda dan masing-masing bisa menyesuaikan diri dengan pemahaman yang mereka bawa.